Berikut beberapa tips berbicara dengan anak yang dikutip dari buku "An Islamic Lifetime Parenting" karya Hani Fatma Yuniar:
1. Keep information short and simple (kiss).
- Saat hendak belajar, minta anak untuk menata meja belajarnya. Setelah selesai dilakukan baru boleh menginstruksikan untuk berdoa dan mulai mengeluarkan bukunya. Jangan terlalu panjang dalam memberikan instruksi pada anak. Biarkan mereka menyelesaikan suatu pekerjaan baru instruksikan hal lain.
Baca juga: Bahasa Cinta untuk Ananda
2. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah. Gunakan rumus 7-38-55. Keberhasilan komunikasi dengan anak hanya 7% dari suara, 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh.
- Bunda pernah melakukan hal ini saat mengajarkan berbicara bahasa inggris pada anak-anak. Bunda menggunakan bahasa inggris full tanpa menerjemahkannya seraya menaik-turunkan intonasi dan menggerakkan gesture bunda. Respon yang bunda dapat adalah: "Iya bu, ngerti kok." Hehe, kelihatan lebay sich tapi seriously it works.
3. Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan.
- Rumah bunda sering dijadiin taman bermain anak. Pasalnya bunda emang nyediain sekotak mainan dan segambreng buku bacaan. Seneng sih kalo ada anak-anak yang sering main. Jadi rame rumahnya. Etapiii yang bikin bunda capek tuh kalau ada anak yang habis mainan gak diberesin. Jadilah bunda yang harus ngerapiin. Huft, lumayan olahraga sih! Pengeeen rasanya bunda bilang ke anak itu, "Ibu tuh pengen kamu beresin mainan setelah dipakai." bukannya "Ibu gak suka kalo habis main gak diberesin."
4. Fokus ke depan, bukan masa lalu.
- Ketika ada murid bunda yang curhat masalah nilai ulangannya yang jelek, bunda berkata, "Udah gak papa, yang ini buat pelajaran, besok kalau mau ulangan belajar dulu yach biar lebih baik lagi."
5. Ganti kata "Tidak Bisa" menjadi "Bisa" sebab otak akan bekerja sesuai apa yang kita pikirkan.
- Ada seorang murid bunda yang menangis dan selalu merasa tertekan saat mengerjakan soal sebab ia merasa tidak mampu. Bunda berusaha untuk menyemangatinya dengan mengatakan bahwa "Kamu pasti bisa!" dan memujinya "Good job!" saat berhasil mengerjakan dengan baik.
6. Fokus pada solusi, bukan masalah.
- Ada dua orang murid laki-laki yang suka bercanda dengan cara beradu fisik sehingga tanpa sengaja melukai teman perempuannya. Bunda katakan "Lain kali tolong jangan bercanda seperti itu ya, kasian kan kalau kena temannya."
7. Jelas dalam memberikan pujian atau kritikan.
- Saat ada yang membereskan meja belajar selepas digunakan, bunda katakan, "Terima kasih kamu baik sekali sudah membantu ibu membereskan meja."
Sebaliknya, ketika ada yang berkata tidak baik pada temannya, bunda sampaikan, "Ibu tidak suka kalau kamu berbicara seperti itu."
8. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman.
- Saat ada anak yang nilainya jelek atau belum menguasai pelajaran bahasa inggris. "Ibu dulu juga pernah dapat nilai jelek di pelajaran sejarah, tapi setelah ibu belajar akhirnya ibu bisa."
9. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan obervasi.
- Ada seorang anak perempuan usia 3 tahun yang gemar bercerita pada bunda. Suatu ketika ia berkata, "Aku habis ke Selamat Ulang Tahunnya Sherina."
Bunda pun merespon, "Oh seru ya.. Di rumahnya?"
"Tapi gak di rumah, di Ayam (maksudnya restoran ayam)" Hehehe..
10. Ganti kalimat yang menolak/mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati.
- Bunda menghindari mengatakan "Gitu aja gak bisa!" saat ada anak yang belum bisa mengerjakan soal yang bunda berikan. Sebaliknya bunda akan mengatakan, "Mana yang sulit? Sini ibu bantu terangin lagi."
11. Ganti perintah dengan pilihan.
- Kalau yang ini, bunda punya pengalaman sama murid kembar yang berkemauan keras (baca: agak susah diatur). Jadi, mereka suka rame dan heboh sendiri di kelas. Akhirnya bunda sering kasih pilihan, "Mau diam sebentar atau bantu miss nerangin di depan?". Yeah, it works. Meski kadang masih nyahut milih pilihan yang gak ada, pada akhirnya mereka akan diem ndengerin.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar