Menghidupkan Olahraga Sunnah bersama Muslimah Swimming Squad

Oleh: Mega Anindyawati (MSS Sidoarjo Kota) 



“Gerakkan kakinya dorong ke samping. Lututnya kurang nekuk. Habis lurus jangan terlalu cepat nekuk kakinya, Mbak, kasih jeda,” kata Mbak Afi yang pagi itu menjadi pelatih renang kami. 
 “Gini bener nggak yah..” gumamku di dalam gelembung H2O berwarna biru sembari membuka tutup kedua kaki, berusaha menggapai tepian kolam.
Diantara sekitar sepuluh orang yang baru berlatih hari itu, empat diantaranya sudah lancar menggerakkan kaki. Sementara lima sisanya masih sibuk melalui berbagai tahapan seperti latihan nafas dan berdamai dengan rasa takutnya di dalam air. Saya tertahan di tahapan latihan kaki.
 “Tenaganya sudah kuat, tapi masih mikir ya waktu jalan,” komentar Mbak Afi kembali tertangkap gendang telinga.
Pantas saja, karena kakiku bukan kaki katak.

Muslimah Swimming Squad (MSS)

Perkenalan saya dengan Muslimah Swimming Squad (MSS) bermula dari ajakan seorang kawan untuk masuk grup. Komunitas berenang untuk muslimah ini diinisiasi oleh Bunda Euis Kurniawati, seorang founder dan trainer kelas pengasuhan online. Belajar renang gratis, cukup bayar tiket masuk dan infaq sukarela yang digunakan untuk kegiatan sosial. 

MSS mengajak para muslimah untuk menjalankan salah satu olahraga sunnah Rasul, yaitu berenang. Target MSS adalah muslimah bisa berenang gaya dada/katak dan uitimate. Para pelatih kerap menggaungkan bahwa bisa berenang itu bonus, yang terpenting kita bisa sehat dengan menjalankan sunnah Rasul. 

Para pelatih di MSS adalah para muslimah yang mahir berenang. Di Sidoarjo Kota ada Mbak Afi, Mbak Reni, Mbak Layla dan Mbak Yuniar yang setia menemani. Kami jauh lebih nyaman berenang karena para pelatihnya adalah sesama perempuan. Biasanya membayar pelatih untuk belajar berenang perlu merogoh kantong lebih dalam dan kebanyakan pelatih renang adalah laki-laki.

Latbar MSS

 Sebelum berenang, kami biasanya melakukan pemanasan ringan dengan cara menggerakkan kaki, tangan, kepala, dan tubuh agar tidak kram saat berenang. Pernah suatu kali saya langsung latihan gerakan kaki setelah beberapa detik masuk kolam. Walhasil, kaki saya kaku.
 Setelah pemanasan, secara bertahap kami diajarkan enam tahapan latihan agar bisa berenang gaya dada. Enam tahapan tersebut ialah:

1. Menahan nafas
Saya pertama kali ikut latihan renang MSS bersama Mbak Afi, seorang terapis ABK. Beliau mengajarkan latihan nafas dengan cara membuka mulut lebar-lebar dan menarik nafas panjang lalu masuk ke dalam air dan berdiam selama beberapa detik. Jika merasa sudah tidak kuat boleh keluar dari air dan kembali mengambil nafas. Latihan nafas ini adalah dasar ketika belajar berenang karena kita membutuhkan nafas panjang selama di dalam air, jelas Mbak Afi.

2. Mengambang 
Setelah kami bisa menahan nafas selama beberapa saat, kini saatnya belajar mengambang. Kedua tangan boleh berpegangan di tepi kolam selama mengambang. Kuncinya adalah rileks dan biarkan tubuh menyatu dengan air. Dan, taraaa… mengambang pun sukses dilakukan.

3. Meluncur
Tahapan ketiga setelah mengambang adalah meluncur. Pada dasarnya, meluncur ini hampir sama dengan mengambang. Bedanya, jika saat mengambang tangan kita berpegangan pada tepi kolam, ketika meluncur kedua tangan kita terentang ke depan. Jadilah tubuh kita akan terhanyut maju terbawa aliran air.

4. Gerakan kaki gaya katak
Lakukan gerakan tekuk-tendang-lurus secara bergantian, seperti halnya katak saat berenang. Kesulitan saya saat belajar berenang adalah melatih gerakan kaki. 

5. Gerakan tangan gaya katak
Belajar renang sesi kedua saya lanjutkan pada pertemuan MSS berikutnya dengan Mbak Reni. Selain melancarkan gerakan kaki gaya katak, saya juga belajar gerakan tangan. Perlu waktu cukup lama bagi saya untuk melancarkan gerakan kaki dan tangan serta menyeimbangkannya. Ketika sebagian besar muslimah sudah keluar dari kolam, saya dan tiga orang kawan masih asyik bermain air sampai tak terasa matahari sudah berada di atas ubun-ubun kepala. Para peserta yang sudah bisa berenang gaya dada akan dimasukkan ke dalam grup alumni MSS untuk menambah jam terbang.

6. Uitimate dan mengambil nafas saat berenang
Uitimate adalah posisi tiduran di atas air. Bisanya digunakan jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi di laut lepas, misal korban kecelakaan yang tenggelam. Bisa juga dilakukan saat capek latihan renang dan ingin santai sejenak. Mbak Renilah yang mengajari saya ultimate. Posisinya seperti tidur telentang dengan dagu dan kepala yang sedikit diangkat. Saat melakukan uitimate, tubuh kita harus rileks. Alhamdulillah, ultimate dengan mudah saya lakukan.
Latihan ketiga saya dengan MSS adalah belajar mengambil nafas saat berenang. Mbak Afi mengajarkan bagaimana gerakan tangan yang membuka saat kepala akan muncul ke permukaan untuk mengambil nafas. Mengambil nafas tetap dilakukan lewat mulut dan dikeluarkan melalui hidung. Untuk tahapan terakhir ini, saya belum bisa melakukannya. Sayangnya, latihan MSS harus dihentikan dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan karena adanya wabah covid-19.

Hambatan dan solusi

1. Pakaian renang
Karena saya belum punya pakaian renang muslimah, saya memutuskan untuk memakai celana olahraga panjang, kaos longgar dan kerudung lebar yang dipeniti agar tidak lepas saat dipakai. Sembari mengumpulkan rupiah demi membeli pakaian renang yang tebal dan menutup aurat tapi tetap ringan dan nyaman dipakai saat di air, saya nyicil beli kacamata renang dulu, hehehe. Kata mbak Afi, kacamata renang itu penting bagi yang baru belajar berenang, jadi fokus kita hanya berlatih gerakan, bukan berusaha menjaga pandangan mata supaya tidak kemasukan air. 

2. Tempat renang
Kolam renang umum biasanya bercampur antara laki-laki dan perempuan. Rasa risih tentu menghampiri saat ada lawan jenis yang berenang di kolam yang sama. Untuk mengatasinya, saya memilih jadwal pagi hari saat jam kerja. Weekend biasanya padat dan banyak pengunjung laki-laki.

3. Waktu renang dan child-caregiver
Meluangkan waktu sesuai jadwal pelatih dan mencari pengasuh si kecil menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Alhamdulillah, waktu senggang lebih fleksibel bagi full-time mommy seperti saya dan ada kakek-neneknya yang mendukung untuk menjaga si kecil selama beberapa jam saat saya latihan renang. 

Kesan selama mengikuti MSS

“Belajar renang itu mudah, kenapa tidak dari dulu saja.” 

Selama enam tahun saya berenang karena masuk pelajaran olahraga wajib di sekolah, rasanya cuma main air saja. Maksimal saya hanya bisa meluncur dengan kaki yang berkecipak berisik. Memang saat itu belum benar-benar ada guru yang mengajari renang tiap individu.

Namun, saat saya belajar renang bersama MSS rasanya begitu mudah dan menyenangkan. Dalam satu sampai tiga kali pertemuan, alhamdulillah saya sudah bisa, tinggal melancarkan gerakan dan menambah jam terbang. Saya sangat bersyukur Allah memberi kemudahan. 

Menyenangkan, karena saya bisa reuni dengan senior dan bertemu kawan baru. Meskipun baru kenal rasanya kami jadi lebih mudah akrab. Semua itu tidak lepas dari peran founder yang memfasilitasi kami, para pelatih yang mau meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta sabar dan telaten mengajari kami, teman-teman yang juga saling memotivasi dan membantu belajar temannya yang belum bisa. Semoga Allah membalas setiap kebaikan dan mencatatnya sebagai amal jariyah.

Sukses selalu Muslimah Swimming Squad, semoga selalu menebar kebaikan dan manfaat.



Wanna join MSS? Klik Here



#MuslimahSwimmingSquad
#WritingContest

0 $type={blogger}:

Posting Komentar