Fase Egosentris dan Parenting dalam Islam


Seorang anak perempuan berusia 3 tahun, Rara, merebut mainan yang sedang dimainkan temannya. Meski temannya itu berusia lebih tua darinya, dia tak gentar. Ketika teman-temannya memainkan permainan yang lain, Rara kembali meminta mainan yang sedang dimainkan tersebut. Saat bermain bersama dia sering menyuruh orang lain, bahkan orang dewasa, melakukan permainan sesuai skenarionya. Sementara murid saya yang masih TK, Risma, seringkali ngambek dengan berdiri di pojok ruangan dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada saat keinginannya tak dipenuhi.

Apa yang dilakukan Rara dan Risma adalah disebabkan fase egosentris mereka. Menurut Howard Gardner, seorang anak kecil adalah sosok egosentris total. Bukan karena dia selalu memikirkan kepentingan dirinya, namun sebaliknya dia tidak memiliki kemampuan berpikir tentang dirinya sendiri. Dia tidak bisa membedakan dirinya dengan orang lain. Dia menganggap semua orang memiliki perasaan yang sama dengannya. Bahkan hewan dan tumbuhan mempunyai perspektif yang sama seperti dirinya.

Fase egosentris ini dimulai saat anak usia 0-2 tahun. Fase pertama terjadi saat anak usia 2-5 tahun. Sedangkan fase kedua terjadi ketika anak berusia 5-7 tahun. Apa yang harus dilakukan orang tua untuk menuntaskan fase egosentris anak? Orang tua diharapkan memenuhi segala kebutuhan anak, seperti pemenuhan kebutuhan menyusui hingga anak berusia 2 tahun. Sejalan dengan hal ini, firman Allah dalam Al-Qur'an menerangkan: "Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna." (Q.S. Al-Baqarah: 233).

Selain itu anak sebaiknya dikenalkan pada keluarga besarnya dan mendapatkan kasih sayang yang cukup dari mereka. Saat berada pada fase egosentris ini, anak belum memahami tentang kepemilikan barang. Orang tua sebaiknya tidak memaksa anak berbagi barang milik anak dengan orang lain saat mereka tidak mau melakukannya. Orang tua bisa meminjamnya saat anak sudah puas bermain. Atau orang tua bisa meminta izin saat ada teman atau saudaranya yang ingin meminjam barang tersebut. Apabila ada anak dibawah usia 7 tahun yang sudah mau berbagi bukan berarti dia telah memahami konsep kepemilikan. Hal itu dikarenakan orang tua memintanya untuk berbagi sehingga anak hanya ingin mendapat pujian. Pemenuhan kebutuhan anak saat usia 0-7 tahun yang dilayani bak raja inilah yang diajarkan menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Tholib. Beliau mengatakan 7 tahun pertama (0-7 tahun) perlakukan anak-anakmu seperti raja, 7 tahun kedua (8-14 tahun) didiklah mereka sebagaimana halnya tawanan dan 7 tahun ketiga (15-21 tahun) perlakukan mereka sebagai sahabat.

Menuntaskan fase egosentris anak ini menjadi hal yang penting. Sebab anak akan merasa dipenuhi haknya dan tidak mudah tantrum. Ke depannya, anak yang tuntas fase egosentrisnya akan memiliki self-esteem (harga diri). Menurut Stuart dan Sundeen, self esteem adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dengan kata lain, anak yang memiliki self esteem telah terpenuhi kebutuhannya sehingga mampu menahan nafsu untuk mencapai lebih.

Ada beberapa tanda tuntasnya fase egosentris:
1. Anak tahu mana barang miliknya dan yang bukan.
2. Anak menjaga barang miliknya dengan baik.
3. Anak tidak akan merebut barang orang lain.
4. Anak berani melawan saat barang miliknya diambil paksa.
5. Anak bersedia berbagi barang miliknya dengan sukarela.

Semoga kita sebagai orang tua bisa terus belajar dan menerapkan pengasuhan yang tepat untuk anak-anak kita.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar