#Matrikulasi Batch 8 Institut Ibu Profesional : Karakter Moral Ibu Profesional

Setiap orang tentu pernah mengalami suatu masa dimana ia merasa terpuruk. Merasa kalah, lemah, dan kecenderungan negatif lainnya. Demikian pula saya. Masa-masa ini membuat hari-hari gelisah. Hati tak tenang, rasanya uring-uringan.



Baca juga:


Pada titik itu rasanya saya ingin berhenti, berbalik, atau bahkan lari. Tapi saya sadar semua itu sama sekali tak menyelesaikan. Yang ada hanya keputusasaan yang terus menggerus semangat. Saya ingin menyerah. Melambaikan bendera putih. Tapi ada sesuatu yang lain yang kemudian mendorong saya, meraih tangan saya, mengajak saya bangkit. “Hey, kamu tak sendiri,” katanya. “Ada jutaan kepala yang pernah mengalami hal yang sama. Bahkan mereka berada dalam posisi yang lebih buruk darimu.”
Lantas, apa yang membuat mereka bangkit? Apa yang membuat mereka pada akhirnya kembali berlari mengejar mimpi? Terus merangkak walau berat, tetap berjalan meski tertatih. “Ingatlah kembali hakikat penciptaanmu di dunia ini,” dengungnya lagi. Saya seolah tertampar. Apa yang saya lakukan selama ini sudah sejalan dengan apa yang diinginkan-Nya saat menciptakan kami, yang dikatakan malaikat sebagai mereka yang membuat kerusakan di bumi? 

Neuron dan sinapsis dalam otak saya berkelindan mengeja setiap adegan kehidupan yang digariskan-Nya. “Come on, apa memaafkan sesuatu yang buruk di masa lalu sesulit itu? Tidak! Kau hanya menyimpan api. Yang jika terus kau pelihara akan menjadi noda hitam yang bercokol hatimu.” Saya mulai berusaha memaafkan. Perlahan, meski terkadang tak mudah. Tapi saya harus bisa.

Baca cara menyembuhkan inner child disini. 


Adegan lain yang merupakan manifestasi munajat panjang saya menjelma. Sesuatu kembali menampar saya. “Bukankah ini yang selama ini kau idam-idamkan? Lantas, kenapa sekarang kau abaikan, seolah ia tak pernah menjadi bagian dari asa yang kau rajut?” Ya, saya harus berbenah. Menata hati lebih bijak lagi. Mengatur segala urusan. Menempatkan skala prioritas agar tak ada yang terdzalimi. Jundi kecil itu, dia anugerah terindah-Nya, yang tak semua orang mendapatkan amanah tersebut. Dikirim langsung oleh-Nya dengan ekspedisi bernama kesabaran yang dibawa kurir doa. Tidak, saya tak boleh menyia-nyiakannya. Terima kasih Ya Rabb telah mengantarkan saya menjadi bagian dari Institut Ibu Profesional untuk bisa belajar lebih baik lagi dalam mengelola diri menjalani peran sebagai seorang ibu. Simak kisah saya disini.

Tak selesai sampai disitu, ketakutan lain membayang. Menjelma sesuatu hitam pekat yang meninggalkan getir. Ya, impian untuk berdakwah melalui tulisan. Mimpi yang saya rajut semenjak manusia belum mengenal kata smartphone. Akankah ia kandas begitu saja? Tidak! Saya sadar pada akhirnya saya takkan pernah bisa melepasnya walau berat.

Intip tips-tips seputar dunia penulisan disini.


Coz I know I can be better. 


#matrikulasibatch8
#navigasidanberaksi
#institutibuprofesional
#belajardarirumah


0 $type={blogger}:

Posting Komentar