(BUKAN) cuma ucapan

"Assalamu'alaikum," sapa seorang kawan dengan senyum sumringah saat berpapasan denganku di koridor kampus.
Aku gelagapan. Bingung harus menjawab apa. Bukannya lupa cara jawab salam, etapi yang ngasih salam nih teman non-muslim.
 "Eeh.. Iya," Itu yang akhirnya terlontar sambil menyungging senyum dipaksakan. Tiga saudara beda ibu bapak di ujung sana terlihat mengulum senyum. Setelah agak dekat Nasywa akhirnya berkata, "Jawabnya 'wa'alaikum'"
"Ya.. Aku gak tahu gimana cara jawab salam kalo yang ngucapin beda akidah sama kita, Nas hehe."
Sekarang beberapa teman dekat kawan yang tadi mengucap salam mulai mendekatinya. Mereka bergantian mengucapkan selamat hari raya. Kami berempat hanya diam mematung. Tak beranjak sedikitpun untuk memberi ucapan yang sama.
"Emang boleh gak sih kita ngucapin selamat untuk hari raya non-muslim?" tanya Almira setelah geng itu ngeloyor ke kantin.
"Itu kan cuma ucapan," sahut Dewi. "Asal kita gak meyakininya gak apa kan?"
"Sekarang aku tanya Wi, kalo orang masuk islam caranya gimana?"
"Ngucapin dua kalimat syahadat."
"Kalo orang nikah?"
"Yah ijab qabul lah."
"Nah, itu kan juga pake kalimat. Apa itu bisa dikatakan 'cuma' kalimat?" pertanyaan Nasywa membuat Dewi berpikir. "Kalimat syahadat yang diucapkan itu menjadi tanda bahwa seseorang itu masuk islam. Sedangkan kalimat dalam ijab qabul yang menjadikan sah tidaknya pernikahan."
"Kalo kita ngucapin selamat untuk hari raya non-muslim artinya sama aja kita meng-iya-kan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Nas?" simpul Almira.
Nasywa memberi jempolnya, "Pinter."
"Kalo orang non-muslim suruh ngucapin dua kalimat syahadat pasti juga gak mau kan karena itu artinya mereka masuk islam? Apa itu 'cuma' kalimat?" Nasywa kembali menerangkan.
"Lakum diinukum waliyadin. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku." Aku mengutip surat Al-Kafirun ayat 6.
"Ooh.. Jadi bukan berarti kita gak toleran ya dengan gak ngucapin selamat?" Dewi  paham.
"Yup. Toleransi kan bisa diwujudkan dengan cara saling menghormati saat pemeluk agama lain sedang beribadah, rukun hidup bertetangga mereka dan berbagai cara lainnya."
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong (termasuk berita bohong bahwa Nabi Isa adalah Tuhan, pen) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (An-Nuur : 15)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh ada seseorang yang mengucapkan suatu kalimat yang membuat Allah murka, ia menganggap perkataan itu biasa saja, padahal hal itu menjerumuskannya ke dalam neraka Jahannam sejauh 70 tahun perjalanan”
(HR. Bukhari dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani).

0 $type={blogger}:

Posting Komentar