Seorang yang memiliki sifat pemikir dan kerap merasa was-was perlu menata diri sebelum menjadi orang tua. Demikianlah yang terjadi pada Ani. Kehilangan janin yang baru berusia beberapa minggu membuatnya tersadar untuk berbenah diri. Allah memberinya cobaan tersebut untuk menguatkan hatinya. Membesarkan hati agar senantiasa berbaik sangka akan ketentuan-Nya dan menghalau kekhawatiran yang sering menghinggapi. Ani belajar untuk tidak terlalu banyak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang belum terjadi. Belajar pasrah sepenuhnya. Menggantungkan asa hanya pada-Nya. Ia kini sadar sepenuhnya bahwa manusia hanya menjalani apa yang telah digariskan padanya dengan berusaha sebaik-baiknya. Selebihnya, itu urusan Allah. Sebab bagaimana mungkin Allah akan berkenan menitipkan janin di rahimnya jika ia sendiri masih dihantui ketakutan yang tak berarti?
Saat tengah menanti kehadiran buah hati pengganti si jabang bayi itulah Allah mendatangkan banyak anak ke rumahnya. Ia pun belajar dari anak-anak ini. Salah seorang anak yang sering datang ke rumahnya adalah Putri, balita berusia 2 tahun. Gaya belajar anak sekecil Putri adalah menyentuh, membongkar mainan, mengetuk-ketukkannya dan memasukkannya ke mulut. Ani belajar untuk terus waspada dan mendampinginya.
Putri adalah seorang pembelajar auditori dengan kecerdasan musikal. Setidaknya itulah yang diamati Ani. Putri suka sekali mendengarkan musik. Kepala dan badannya spontan bergoyang saat lagu diputar. Kata-kata yang diucapkannya juga tak jauh dari kata bernada. Saat Putri bermain ke rumahnya, Ani turut menstimulasinya dengan menyanyi lagu anak-anak atau mengetuk-ketukkan spidol ke meja belajar. Balita seusia Putri memang paling menggemaskan.
Ketika Ani tengah mengandung anak pertama yang cukup lama dinantinya, Allah mendatangkan seorang anak usia pra-sekolah untuk mengajarinya. Ada Berbi, anak usia PAUD, yang suka sekali bertandang ke rumahnya. Berbi adalah tipikal pembelajar kinestetik dengan kecerdasan linguistik. Ia anak yang aktif bergerak dan memegang benda apapun yang dilihatnya. Pernah suatu waktu Berbi menumpahkan tinta spidol papan tulis ke atas lantai. Ani yang melihatnya lantas beristighfar dan belajar memahami bahwa Berbi sedang berproses untuk belajar. Sambil mengepel lantai rumahnya yang kotor, wanita itu menanamkan pikiran positif ke dalam dirinya agar tidak marah dan memaklumi perbuatan Berbi. Beberapa saat kemudian, Berbi kembali ke rumah Ani dengan membawa lap basah. Sepertinya anak perempuan itu berinisiatif baik dengan membersihkan lantai.
Kegemaran Berbi adalah 'membaca buku'. Berbi memang belum bisa membaca tapi ia suka membolak-balikkan buku cerita bergambar dan membuat ceritanya sendiri. Yang menbuat Ani takjub adalah Berbi bercerita dengan lancar seolah sedang membaca buku itu. Selain itu, Berbi suka bertanya banyak hal. Apa yang dilihatnya, ia tanyakan pada Ani. Saat pertanyaannya terjawab, muncul pertanyaan sambungan. Begitu seterusnya sampai Berbi merasa puas. Ada kalanya Ani harus belajar untuk lebih bersabar dalam menjawab pertanyaannya yang seolah tiada habisnya. Ya, akan sangat baik bagi anak seusia Berbi yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk menstimulusnya dengan mengajaknya bercerita.
Selain Putri dan Berbi, ada beberapa anak lain yang juga kerap menghabiskan waktu bermain mereka di rumah Ani. Ani banyak belajar dengan mengamati perilaku mereka dan mengaitkannya dengan teori parenting yang tengah dipelajarinya. Hmm.. Menjadi orang tua memang tidak mudah, tapi yakinlah kita akan mampu mendidik anak-anak kita sesuai syariat islam dengan pertolongan-Nya. Kuncinya adalah senantiasa memohon kepada Allah agar kita diberi kesabaran dan kemampuan untuk mengarahkan anak-anak kita ke jalan yang baik dan diridhoi-Nya. Sebab Allahlah sebaik-baiknya pendidik.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar