Parenting: Never-Ending Learning



Mengikuti berbagai kuliah via whatsapp mengenai parenting kembali membuka wawasan saya. Bahwa menjadi orang tua adalah never-ending learning. Pengasuhan anak sejak dalam kandungan butuh ilmu. Penerapan ilmu juga berbeda pada anak usia dini, usia sekolah, remaja dan dewasa. Kita perlu mempersiapkan diri dengan bekal ilmu sebanyak-banyaknya sebelum menjadi orang tua. Pun terus belajar saat menjadi orang tua.  Tugas kita sebagai orang tua tak pernah usai. Bahkan saat anak-anak kita beranjak dewasa, berumah tangga dan menjadi orang tua. Kita tetaplah orang tua mereka.

Pada kenyataannya, penerapan ilmu yang telah kita dapatkan terkadang tak sejalan dengan apa yang terjadi di lapangan. Bisa jadi dalam satu keluarga akan didapati pola pengasuhan yang berbeda terhadap kakak dan adik. Tentunya karakter setiap anak yang berbeda juga akan berpengaruh pada pemilihan pola asuh. Meski sejatinya teori psikologi tentang parenting berlaku secara universal, terkadang masih didapati pengecualian untuk kasus-kasus tertentu. Oleh sebab itu, orang tua dan calon orang tua harus terus mengasah diri. Dimulai dengan meng-upgrade pribadinya agar ia siap menjadi orang tua. Jika berbekal ilmu parenting saja masih membuat kita kalang kabut menghadapi anak-anak kita, apa jadinya jika kita abai dengan ilmu pengasuhan anak? Bukankah anak-anak adalah amanah dari Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, tak hanya di dunia namun juga di akhirat?  Allah berfirman dalam ayat cinta-Nya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, ..." (Q.S. At-Tahrim: 6). Lantas bagaimana pertanggungjawaban kita di hadapan Allah kelak?

Yang seringkali tak disadari banyak orang adalah proses pengasuhan ini bahkan sudah dimulai sejak memilih pasangan. Islam telah menerapkan kriteria pemilihan pasangan untuk dijadikan suami atau istri. Silahkan memilih seorang perempuan atau laki-laki berdasarkan fisiknya, hartanya atau keturunannya. Tapi sebaik-baiknya pilihlah ia karena agamanya. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, baginda bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR. Bukhari no. 4700).

Seorang perempuan dan laki-laki yang memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang baik akan menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Dengan ketaatannya, mereka senantiasa berupaya menjaga amanah dari Tuhannya dengan mendidik anak sebaik-baiknya. Jadi, pilihlah calon orang tua terbaik menurut versi islam untuk anak-anakmu kelak. Jika kita sudah menikah, belum terlambat bagi kita dan pasangan untuk memperbaiki diri menjadi lebih takwa lagi. Lihatlah para nabi dan generasi hebat di masanya yang lahir dari rahim para perempuan shalihah dan hasil didikan laki-laki shalih. Maka, mari shalihkan diri sebelum meminta anak shalih.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar