Panggilan CintaNya

Kumandang adzan terdengar nyaring dari TOA masjid. Rasa malas masih menggelayutiku. Membuatku enggan beranjak dari tempatku berbaring. Sinetron di televisi menggodaku untuk tetap setia menonton. Namun ketukan di pintu mau tak mau membuatku beranjak. Dari balik pintu nampak anak bungsuku yang baru pulang kuliah.

Saat membukakan pintu itulah, aku melihat sesosok perempuan muda yang berjalan tertatih dengan kedua tongkatnya. Rumah kami memang tepat berada di depan masjid, jadi aku bisa melihat dengan jelas keberadaannya. Meski rumahnya lumayan jauh, aku kerap menjumpainya datang lebih awal sebelum waktu sholat tiba.

Kudengar kabar yang beredar bahwa kecelakaan motor hampir merenggut nyawanya. Motor yang dikendarainya dihantam mobil katana. Ia tersungkur diantara kedua ban mobil dan sebulan lebih menjadi 'senior' di rumah sakit. Tulang punggungnya patah dan tak mampu mengeluarkan urine secara normal. Saat beberapa tetangga menjenguknya, ia hanya terkulai lemah.

Musibah yang menimpanya membuat gadis itu lebih dekat pada Rabb-Nya. Pun semangatnya untuk menuju panggilan cintaNya sungguh luar biasa. Keadaan tak menghalanginya untuk istiqomah datang sholat lima waktu berjama'ah.

Kini kulihat ia tersungkur panjang dalam sajadahnya. Saat ia duduk, nampak matanya sembab dan basah oleh air mata. Sebelumnya aku tak pernah peduli pada orang-orang yang berjalan memenuhi panggilanNya. Namun kini, aku merasa tertampar melihat bulir-bulir bening itu mengalir di tengah munajatNya. Bagaimana bisa ibadahnya sesyahdu itu?

Sementara aku? Saat rasa ngantuk menyerang, sholat subuh pun lewat. Kala kerjaan menumpuk, dhuhur yang jadi sasaran empuk. Ketika rasa capek bertengger, ashar jadi pe-er. Waktu maghrib yang harusnya khusyuk seringkali mengantuk. Apalagi isya saat mata sudah mulai terkatup. Padahal usiaku sudah lebih dari separuh abad. Namun masih betah bersenda gurau di dunia fana ini. Ah, apakah aku menginginkan diberi cobaan dulu sehingga bisa sekhusyuk gadis itu? Ataukah aku baru bertobat saat malaikat maut mencabut paksa ruh ini dari jasadnya?

Iqomah sang muadzin membuyarkan lamunanku. Bergegas aku melangkahkan kaki ke kamar mandi. Mengambil wudhu lantas melaksanakan sholat untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar