Dibuka : taman bermain dan tempat penitipan anak

Saat weekend rumah biasanya rame kedatangan anak-anak tetangga. Di rumah kami memang ada sekardus mainan dan beberapa buku bacaan. Kalau anak-anak itu sudah maen, rumah tak ubahnya kapal pecah. Yah, 11-12 lah sama tempat penitipan anak-anak. Tinggal nagih tarifnya saja pas orang tua mereka datang hehehe..

Suatu sore seorang anak laki-laki berusia 3,5 tahun, Juna, bertandang ke rumah bersama pamannya yang masih duduk di bangku SMP. Ayah yang memang sayang anak-anak langsung mengajaknya bermain bola sepak. Ia keasyikan maen hingga hari menjelang senja. Sang paman yang mengajaknya pulang kewalahan karena Juna tak mau pulang. Ia akhirnya mengadu pada kedua orang tua keponakannya. Mereka pun menjemput Juna menggunakan sepeda motor.
"Ayo, Papa-Mama mau pergi. Ikut ya?"
"Nggak!" jawabnya tegas tanpa menoleh pada orang tuanya. Ia masih asyik memainkan si bundar plastik berwarna kuning.
"Juna pulang dulu ya, besok maen lagi," Ayah ikutan membujuk.
"Ditinggal lho ya.." kata Papa Juna.
"Hem"
"Ikut yuk, nanti maen disana," bujuk Mama Juna lagi.
"Iya, tapi sama om," ujar Juna seraya menggandeng tangan Ayah.
Juna akhirnya terpaksa ikut kedua orang tuanya sambil menangis meraung.
Duh, ayah pake pelet apa sih sampe gak cuma bunda aja tapi anak kecil juga nempel hihihi..
Sampai saat ini Juna nggak pernah lagi diajak maen ke rumah. Mungkin takut susah diajak pulang.

Di sore yang lain, seorang anak perempuan umur 3 tahun, Rara, mengajak teman-temannya maen ke rumah.
"Bu guyu..." sapanya saat masuk rumah diikuti kedua temannya.
Mereka bermain bersama hingga terjadilah adu mulut dan rebutan mainan. Rara terlihat santai saja merebut mainan yang sedang dimainkan temannya. Ia tak takut meski anak itu usianya jauh diatasnya. Kepada anak yang lebih kecil darinya, ia malah memukul kalau sedang tidak suka. Sampai bunda yang sedang mengerjakan sesuatu di belakang harus turun tangan untuk memisahkan mereka. Untungnya teman-teman Rara pengertian dan selalu mengalah menyerahkan mainannya ke Rara.
Sampai tibalah waktu pulang...
Semua temannya sudah beranjak ke rumahnya masing-masing. Tinggallah Rara yang masih asyik memainkan mainan yang bisa terbang jika pelatuknya ditarik ke atas. Ibunya pun datang untuk menjemputnya pulang. Ayah dan ibunya akan pergi dan mengajak Rara turut serta. Namun kejadian yang sama terulang.
"Ayo ikut!"
"Gak mau. Mau maen sama bu guyu.."
Ibunya yang tak ingin buang waktu langsung menggendongnya naik ke atas sepada motor. Rara menangis tak terima diajak pergi dari rumah.
Duh..duh..duh.. Kok anak-anak kecil sampai segitunya nempel sama kami.

Suatu malam seorang anak perempuan usia 2 tahun, Nisa, mengikuti kakaknya yang saat itu datang ke rumah kami untuk belajar dan mengaji. Sementara kakaknya bergelut mengerjakan latihan soal, sang adik tengah masyuk mencari mainan.
"Ka.. (maksudnya buka)," ujarnya seraya menyodorkan kotak mainan ular tangga kepada bunda. Setelah mendapat apa yang diinginkan, gadis kecil itu pun membongkar isinya ke atas lantai.
Bunda yang sedang menunggui kakaknya selesai mengerjakan kini iseng menggoda Nisa. Bunda menyanyikan lagu anak-anak berbahasa inggris sambil bertepuk tangan.
Senyum mengembang di bibir Nisa. Ia menggoyang-goyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Anak itu memang suka sekali mendengarkan lagu.
Di pagi yang cerah saat hari libur, anak-anak SD tengah berkumpul untuk menonton film di rumah. Nisa pun membuntuti kakaknya. Saat salah seorang anak memutar MP3 lagu dangdut dari handphone-nya, Nisa langsung menggoyang-goyangkan badannya lucu. Kami semua spontan tertawa dibuatnya.
Kembali di malam saat kakak Nisa belajar di rumah. Nisa terkadang mencoret-coret papan tulis dengan spidol atau "menggambar" dengan spidol warna-warni di kertas yang disediakan bunda. Ayah biasanya ikut menggambar dan menceritakan gambar itu. Tapi yang lebih Nisa senangi adalah memukulkan spidol-spidol itu ke bangku untuk membentuk irama tertentu. Kalau sudah begitu, kepalanya kembali bergoyang hihihi.
Selesai belajar, kakak Nisa biasanya mengaji. Ketika si kakak selesai mengaji, tiba-tiba Nisa membuka Al-Qur'an dan bergumam, "baa..aaa..." Masya allah.. Ia ikutan mengaji. Duh Nisa, "why are you so cute?" ujar bunda seraya menciuminya setiap kali balita itu melakukan sesuatu yang menggemaskan.
Waktu pulang pun tiba. Nisa biasa berpamitan sebelum pulang. Saat kami semua sibuk dengan urusan kami masing-masing, Nisa terus mengucapkan "Daaa...". Ia baru pulang ketika ada yang menghiraukannya. Sopan banget kamu, nak.

Di lain hari, seorang balita bernama Zahra sedang asyik "belajar" di rumah kami. Ia sibuk mengeluarkan seluruh mainan dari kardus. Mainan-mainan itu diamatinya satu per satu bak profesor yang sedang bereksperimen. Hihihi... Saat ia menemukan sebuah handphone mainan, Zahra langsung meletakkannya di telinga dan berkata, "halo.." Wajah imutnya membuat bunda tak tahan untuk menggodanya.
"Kring..kring.. Assalamu'alaikum.. Halo.. Zahra ada?"
"halo.." ujar Zahra lagi. Ia memang masih belajar berbicara. Raut mukanya tampak serius mendengarkan obrolan di telepon. Duh nak, wajahmu mengalihkan duniaku.
Setelah bosan menelepon, balita itu memasukkan kepalanya ke dalam rak buku bagian bawah. Ia lantas mengobrak-abrik buku bacaan yang tersusun rapi. Buku-buku yang terjangkau tangannya pun menjadi korban. Kedua kakaknya yang masih usia SD mengomel. Mereka mengeluhkan ulah adiknya yang tak bisa diam. Mau tak mau mereka yang akan membereskan mainan itu ke tempatnya nanti.
Balita aktif ini memang harus terus diawasi. Saat bunda lengah sedikit saja bangku-bangku yang tertata di teras sudah berjatuhan. Untungnya bangku-bangku itu tak jatuh menimpa Zahra. Namun karena kaget, ia pun menangis.
Bunda bergegas mendekap Zahra, mengelus-elusnya dan bersholawat. Ya, spontan saja bunda menyenandungkan sholawat. Zahra tampak agak tenang. Bunda lantas membacakan beberapa ayat Al-Qur'an. Subhanallah.. Balita itu langsung diam. Tangisnya reda. Setelah itu seolah tak terjadi apa-apa, Zahra beranjak ke pelataran rumah. Bunda mengekor. Takut Zahra kenapa-napa. Tapi anak itu tak bergeming di tempatnya. Ia menunjuk-nunjuk kucing yang lewat. Setelah sekitar satu menit terpaku mengamati kucing, Zahra pun pulang ke rumah dengan langkah kaki cepat. Duh, memang super aktif dan ngegemesin balita yang satu ini.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar