Resume Kulwap 1: "Kiat Praktis Melatih Anak Lelaki Menjadi Qowwam yang Dicintai Allah"

Serial Kulwap Pengasuhan Anak Muslim

Materi 1 : *Ranah Nafkah Kaum Lelaki - SP3K*


Oleh : Iin Savitry, *Bunda Bidadari*

Bagi ayahbunda yang sudah tersadarkan akan peran penting kita dalam menanamkan ADAB kepada anak, maka akan mudah menemukan 'kesalahan asuh' generasi zaman kita. Mudah? Ya. Sangat mudah. Karena kita mungkin salah satu 'korbannya'.

Kita bisa menemukan fakta menyedihkan bahwa di zaman sekarang kaum wanita jauh lebih sigap, tegas, cekatan, cerdas, tangguh dan lebih luwes berkiprah menjadi pemimpin di segala bidang. Bahkan dalam pengambilan keputusan  di level perusahaan dan negara pun, kaum wanita terbukti jauh kuat dan fokus. Belum lagi di lingkup negara terkecil, di rumah. Fakta zaman now, sebagian besar kehidupan berumah tangga ditentukan keputusan dan arahnya oleh kaum ibu. Kaum bapak sebagian besar sekedar manut, bahkan ada yang masa bodoh dengan kebutuhan dasar rakyatnya di rumah. Sehingga para ibu merasa wajib turun gunung ke ranah publik secara berlebihan dan melelahkan jiwa. Efeknya? Anak-anak pun menjadi saksi hidup proses kehidupan itu dan akhirnya...benang kusut itu menjadi makin kusut. Sang anak yang diharap menjadi lebih baik, ternyata hanya menjadi sosok yang sama seperti orangtuanya. Betapa sering kita mendengar kisah sedih  para ortu yang tak diurus oleh anak-anaknya yang sudah dewasa? Bahkan para orangtua masih sibuk memikirkan kesejahteraan anaknya?

DAN, itu SALAH! Karena itu tidak sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadits.
Kejadian di atas adalah bukti dari peringatan Allah di surah Annisa QS 4:9.

*Dan hendaklah *takut (kepada Allah)* orang-orang yang sekiranya meninggalkan *keturunan yang lemah* di belakang mereka yang mereka *khawatir* terhadap *kesejahteraannya*. Oleh sebab itu, hendaklah mereka *bertakwa kepada Allah*, dan hendaklah mereka berbicara dengan  *tutur kata yang benar*.

Allah sudah memberi petunjuk yang sangat jelas akan tugas seorang lelaki beriman di ayat ke-34 surah yang sama. Ayat yang sangat populer dan sering disalahmaknakan oleh kebanyakan kita.

*Laki-laki (suami)* itu *pelindung* bagi perempuan (istri) karena Allah telah *melebihkan* sebagian mereka (laki-laki)  atas sebagian  yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah *memberikan nafkah dan hartanya* .  (QS 4 : 34)

Nah, terus bagaimana cara kita agar bisa memperbaiki kondisi umat ini MELALUI RUMAH KITA?
Khususnya bagi orangtua yang dikaruniai ANAK LELAKI?
Bagaimana CARA kita mengasuh mereka dalam keseharian agar  tumbuh kuat peran kelelakiannya seperti yang Allah perintahkan?

Sebelumnya, pahami dahulu, apa saja *ranah  nafkah*  yang harus ditanggung oleh kaum lelaki, menurut Islam?

Saya mempermudah penjelasannya ke keluarga dengan membuat istilah *SP3K* .

Ada *5 ranah nafkah* yang *WAJIB dipenuhi oleh lelaki*  kepada keluarganya. Yaitu:

*1. Sandang*  : Kebutuhan berpakaian. Berarti semua jalur dari hulu hingga hilir seluruh kebutuhan berpakaian anggota keluarga wajib dipersiapkan oleh kaum lelaki (dalam hal ini suami). Dari menentukan pakaian takwa seperti apa yng harus dikenakan anggota, jenis bahan yang nyaman untuk masing-masing anggota, cara mendapatkannya, menyediakannya, mencuci dan menyeterikanya...sejatinya kewajiban itu ada di kaum ayah.

*2. Pangan*  : Allah sudah banyak memberi petunjuk kepada kita akan pentingnya memperhatikan sumber makanan bagi keluarga.
Kaidah makanan minuman yang  *Halal dan Baik*  harus dipenuhi agar kita jauh lebih mudah beribadah. Berarti kaum ayah harus menguasai :
• ilmu halal haram plus
• ilmu nutrisi makanan yang cukup.
Kaum ayah pula yang harus menyusun menu makanan apa yang cocok untuk masing-masing anggota keluarga, sesuai kebutuhan masing-masing. Menyediakan bahannya, mengolahnya, menyuguhkannya, kalau perlu menyuapinya, hingga membersihkan wadah kotornya.

*3. Papan* : Kebutuhan tempat tinggal yang nyaman, memenuhi kebutuhan belajar anggota keluarga dan melindungi anggota.Qowwam harus paham kebutuhan papan masing2 anggota. Dari orangtua, istri, anak lelaki dan anak perempuan memiliki kebutuhan papan yang berbeda. Rumah harus dalam kondisi bersih dan aman, juga ketika qowwam harus pergi keluar rumah. Jadi kewajiban menjaga kebersihan rumah pun menjadi tugas para suami/ayah.

 *4. Pendidikan* : tanggung jawab
pendidikan anggota keluarga ada di pundak kaum ayah/suami. Di akhirat nanti, mereka yang akan ditanyakan oleh Allah, bagaimana perlakuannya terhadap anggota keluarga, apa yang telah diajarkan, dll.
Begitu penting peran ayah dalam mengasuh anak, sehingga kita bisa temukan banyak kisah para Nabi  yang super sibuk itu, berbicara khusus tentang keluarga. Contohnya adalah kisah Nabi Zakaria as ( surah Maryam)  dan Nabi Ayyub as ( surah Yusuf). Tak ada satupun kisah tentang tugas dakwah kedua nabi di atas  kepada umatnya di Alquran. Allah khusus menekankan kejadian penting dalam rumah tangga mereka. Belum lagi kisah penting di surah Luqman, yang berisi bahan ajar tauhid seorang ayah kepada anak-anaknya.

Dari 16 ayat pengasuhan anak di Alquran, 14 ayatnya khusus untuk kaum ayah. 2 ayatnya diperuntukkan bagi pasutri. Jadi, tugas berat mengasuh anak BUKAN di pundak ibu.
Allah mengajarkan kepada kita bahwa para ayahlah yang wajib mengajarkan anak-anaknya untuk santun dan menghargai ibunya ( baca  dan renungi surah Luqman), jika ia mengaku beriman.

5. *Kesehatan* : Tugas penting para ayah ini pun menentukan kualitas kehidupan keluarga. Dari :
• kesehatan fisik (asupan makanan bernutrisi cukup, cara pengolahan makanan,  cara dan waktu makan ; olah tubuh seperti cara dan waktu tidur, cara duduk, berdiri berjalan, asah fisik di minimal 3 bidang olahraga sunnah, menjaga waktu shalat, dll) hingga ke
• kesehatan akal (menuntut ilmu dengan cara yang benar, perhatikan cara nabi mendidik anak-anak di buku siroh *Muhammad saw Teladanku* terbitan Sygma. Di situ dijelaskan cukup lengkap dialog rasul kepada sahabat-sahabt ciliknya.) dan ke
• kesehatan jiwa ( dengan memperhatikan proses menjaga waktu shalat, khususnya shalat subuh cara menghargai waktu utama. Simak perintah Allah di surah Al Muddatsir, apa yang harus ortu latih bagi anak di tengah malam).

Kelima bidang nafkah itu WAJIB dipenuhi oleh para qowwam bagi keluarganya. Hanya dengan  melatihnya di rumah, baru ia bisa kuat melakukan tugas besarnya memimpin umat di luar rumah.

Lalu, apa kiat praktis kita agar anak lelaki kita SIAP bertumbuh menjadi LELAKI YANG ALLAH CINTAI? Menjadi lelaki yang didoakan oleh malaikat? Menjadi lelaki yang dibanggakan oleh Rasulullaah saw? Menjadi lelaki yang dirindukak oleh umat?

Hanya 1 kiatnya:
*Latih anak melakukan _#SEMUA TUGAS KERUMAHTANGGAAN#_  di rumah*

Prinsip dasarnya, anak tak boleh bermain dan belajar di luar rumah JIKA tugas rumah tangganya belum selesai.

Saya menegaskan prinsip dasar mengasuh anak di rumah kami:

a. Sekolah ga wajib, yang *wajib adalah belajar* . Belajar paling utama ada di lingkup rumah. Dalam bentuk pekerjaan rumah. Pahami fakta bahwa  75 % keterampilan hidup dan karakter utama anak dilatih dari rumah. Sekolah dan pendidikan luar rumah hanya berkontribusi 25% atas pembentukan karakter pemimpin seorang manusia.

*b. Inner circle, outer circle* . Lingkaran kecil di rumah harus selesai, baru silakan buat lingkaran besar di luar rumah. Analoginya seperti kambium. Usia pohon ditentukan dari jumlah lingkarannya.
Kenapa pohon jadi contoh? Karena dalam Alquran pun seorang mukmin diibaratkan sebagai pohon. Jadi, anak harus belajar langsung dari proses  tumbuhnya sebuah pohon.

*c. First things First*.  Skala prioritas dalam beraktivitas. Apa yang harus ia lakukan agar bisa bermain/belajar ke luar rumah.
Unsur wajib, sunnah, mubah, makruh, haram...terus dilatih untuk disematkan di setiap kegiatan. Hal ini membantu anak untuk mengambil keputusan apa yang harus didahulukan jika ada banyak pilihan kegiatan

Semua latihan harus sesuai dengan tahapan usia, dan terus bertambah seiring usia. Jadi, makin sibuk anak dengan kegiatan belajar di luar rumahnya, ia akan makin dilatih untuk makin sigap dan cekatan menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya.

Ini adalah contoh *Tahapan Pelatihan*nya:

 • ~ Dimulai sejak usia 2,5 tahun-5 tahun, biasakan anak LELAKI MEMILIH satu dari dua opsi yang kita sodorkan.
Misal pakaian, arahkan dia memilih satu dari dua baju/sepatu/celana/kaus kaki/tas yang ingin ia pakai, yang sudah kita sediakan.
Makanan, ajak ia menentukan mau makan apa hari ini. Misal untuk lauk, ikan atau ayam. Sayur bayam atau sayur sop.
Main/belajar, ajak dia mau main apa. Tiap main kita setting  2-3 kegiatan yang berbeda secara bersamaan. Pastikan aktivitas membacakan buku dan  berkisah masuk di setiap permainan.
Misal membaca buku sambil main boneka/lego dan bernyanyi. Main masak-masakan sambil membacakan buku dan bernyanyi.Olahraga sembari berpuisi dan berdendang.
Mencabut rumput sembari berhitung dan membuat kolase/menggambar di tanah.

Mulai usia 3 tahunan, biasakan anak lelaki bangun sebelum Subuh dan dimandikan. Ini bagian dari mempersiapkan fisik anak agar mudah diajak shalat Subuh ketika usia 7 tahun.

~• Usia 5-7 tahun , ajak anak LELAKI:
✓ mulai merencanakan kegiatan esok hari, dan menu untuk 3 hari kedepan.
✓ Latih anak untuk menyuguhkan makanan dan minuman untuk ayahbunda dan adik.
✓ Beri tugas2 kerumahtanggaan sederhana.
✓ Membersihkan kamar sendiri, mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai.
✓Belanja bahan makanan DAN menyortirnya untuk disimpan di kulkas/dapur.

Catatan :
❤Kita TEMANI dia ketika melakukannya.
❤Puji walau pekerjaannya (pasti) tak sempurna.
❤JANGAN kita sempurnakan pekerjaannya di depan matanya. Itu akan membuat dirinya down dan merasa percuma mengerjakannya. Hingga akhirnya membuatnya malas-malasan ketika diminta melakukannya lagi. Karena hasil kerjanya tidak dihargai.

Khusus Silmi, putra kami, karena ia ingin sekolah TK, di usia 3,5 tahun,  saya beri opsi: boleh sekolah TK asal dia mau menyiapkan bekal makanannya sendiri dan mengurus pakaian sekolahnya sendiri. Kamar harus rapi. Jika tidak, berarti dia BELUM SIAP belajar di luar rumah.

Jadi, sejak usia 4 tahun, Silmi sudah biasa membuat puding sendiri untuk snack, saya ajak menyiapkan seragam selama sepekan. Menyusunnya secara berurutan di lemari agar mudah ia ambil. Saya bantu membuat checklist pekerjaan harian dan pekanannya.

Itu sebabnya ketika ia  kelas 1 SD ( usia 6,5 tahun)  dan ia mulai rutin kemping, ia sudah mandiri menyiapkannya sendiri. Saya bantu dua kali cara packing yang efektif dan efisien, selanjutnya ia lakukan sendiri. Saya tinggal memberi evaluasi tepat atau tidak tepatnya. Tentu packingnya belum sempurna, hingga ia berusia 9 tahun baru bisa total mandiri. Saya tak pernah mengurus keperluan kemping atau bepergiannya lagi. Dari membuat checklist barang dan kegiatan,  menyiapkan, packing, dll semua ia yang menentukan. Jika ada barang yang belum ada, baru ia beritahu ke saya. Di akhir persiapan, ia biasa meminta saya mengecek kembali semuanya. Ini berarti dia siap buat dievaluasi.

~ • Usia 7-10 tahun , anak lelaki wajib diberi *tugas menjaga kebersihan rumah*  SEBELUM ia keluar rumah.
Ia yang bertugas mencatat apa yang kurang di rumah, membeli kekurangannya.
Sebelum magrib ia yang bertugas menutup semua pintu dan jendela rumah, menutup wadah air/sayuran berkuah di dapur. Memastikan rumah sudah bersih sebelum maghrib.
Memasukkan hewan peliharaan ke kandang.  Menyalakan lampu.
Sebelum tidur memastikan rumah terkunci. Ini semua bagian dari menghidupkan sunnah nabi. Ada haditsnya, silakan dicari sendiri.

Untuk urusan sandang, anak lelaki usia 10 tahun ke atas harus sudah selesai terbiasa mengurus kebutuhan diri sendiri ( menjaga kebersihan tubuh, pakaian, barang2nya, keperluan sekolah dll), dilatih mengurus/membersihkan  pakaian keluarga, khususnya pakaian dalam sendiri dan orangtua.

Ini penting, karena memang sejak usia 9 tahun anak-anak wajib dilatih mengurus kebutuhan internal dirinya, walau memiliki pembantu di rumah.

Di rumah kami, anak-anak saya wajibkan mencuci pakaian dalamnya sendiri sejak usia 9 tahun. Sejak usia 10 tahun saya mulai latih Silmi (anak lelaki kami) untuk mencucikan pakaian dalam kami, menjemurnya, mengangkatnya, melipatnya dan meletakkannya ke lemari kami masing-masing.

Dalam urusan  pangan, anak lelaki dilatih melayani ayahbunda dan adik-adiknya ketika makan. Ia dilatih menyediakan alat makan, menyuguhkan makanan untuk anggota keluarga dahulu sebelum mengambil jatah makan sendiri dan kalau perlu belajar menyuapi ortu dan adik, sebelum ia sendiri makan.

Bisa kita tantang untuk saling menyuapi bersama kita.

Kalau saya, saya demonstrasi suami menyuapi saya di depan anak-anak. Lalu suami balas menyuapi saya.
Dan sejak anak usia 7 tahun, suami yang rutin menyediakan makanan bagi kami. Walau saya yang sering menentukan mau makan apa/menu dan mengajarkan cara memasaknya. Jadi anak MENYAKSIKAN proses belajar kedua orangtuanya secara langsung.

~• Anak lelaki usia 12 tahun harus  sudah bisa diberi tugas menyusun menu untuk keluarga, berbelanja dan mencatat kekurangan sembako yang ada di rumah, mengusahakannya ada.

Satu peraturan khusus di rumah, mereka TIDAK BOLEH BERKEGIATAN DI LUAR RUMAH jika *target interaksi Alquran dan pekerjaan rumahnya*  belum selesai. Karena
berlaku *prinsip skala prioritas dalam beramal* , inner circle outer circle....

Aturan ini berlaku tegas sejak anak berusia 10 tahun, setelah dilatih secara intensif sejak mereka berusia 4 tahun.

Jika anak kita sangat enjoy dengan aktivitas luar ruangnya, ia akan berusaha keras menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya agar bisa 'bebas' bermain di luar rumah.

Berbagai fakta membuktikan, anak-anak lelaki yang terbiasa dilatih bertanggung jawab terhadap pekerjaan di rumahnya, akan tumbuh menjadi lelaki yang lebih  tangguh, berani bertanggung jawab, mudah mengambil keputusan bahkan di saat sulit, DAN PEDULI dengan sesama.

Anak-anak lelaki yang terlatih otot jiwa, fisik dan akalnya di rumah, akan tumbuh menjadi lelaki yang PEDULI dengan kesejahteraan orangtua, wanita dan anak-anak.

Mereka akan MENSYUKURI dan MENGHARGAI jerih payah para orangtua dan wanita yang ada di sekelilingnya, karena keberadaan orangtua dan wanita itu adalah HADIAH Allah baginya. Mempermudah tugasnya sebagai pemimpin umat di luar rumah.

Mereka akan bertumbuh menjadi lelaki yang memiliki HARGA DIRI, pekerja keras dan cerdas untuk menafkahi seluruh anggota keluarganya dengan optimal.

Mereka akan BANGGA bisa membahagiakan dan memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya, bukannya malah merasa terbebani apalagi masa bodoh.

Pada akhirnya, jika anak lelaki kita terlatih untuk melayani di rumah, kita sendiri yang akan merasa lega. Ikatan cinta dan saling menghargai di antara ayahbunda-anak akan makin kuat.

Maka, fase DEKAT dan LEKAT antar ortu-anak akan mudah kita bangun dengan mengantarkan mereka menjadi qowwam belia di surga mungil kita.


Mari Baca Quran dan terjemah surah Annisa QS 4:9,
Surah Al Baqarah QS 2:151,
Surah Attahrim QS 66:6,
Surah Al Furqon QS 25:74,
Surah Asysyu'ara QS 26: 83-85,
Surah Annisa 4:9 itu landasan fiqih qowwamah,
Lalu QS 4: 34 adalah dalil yg sangat jelas ttg *kelebihan lelaki* adl kewajiban memberi *nafkah harta* bagi keluarga,

Baik teman2, di siang ini kita akan sama2 berusaha saling mengingatkan akan pentingnya tugas kita sebagai Ibu dari anak2 lelaki di akhir zaman

Saya, untuk menguatkan konsep diri dan visi misi berkeluarga, sampai di fase pemdampingan anak usia 10-14 thn ini, sampai membuat 'judul perjuangan' baru untuk diri sendiri: *Ibunda Para Ulama*

Sadar diri bahwa saya hanya seorang Bunda Sekedar Bisa , bukan ibu serba bisa, saya hanya berharap, anak2 bisa bertumbuh jadi lebih baik dari kami, bisa bertumbuh menjadi bagiaj dari barisan pemuda pemudi pejuang kebangkitan umat di akhir zaman

Nah, poin utamanya adalah di PENDAMPINGAN di usia krusial...di usia 0-14 tahun

Dengan karunia diberi anak lelaki, ini menjadi tantangan khusus bagi kita semua

Karena kita harus *memutus* budaya tidak baik yang telah mengakar, sehingga peran kepemimpinan di dunia sejak lebih kurang  50 thn terakhir dikuasai oleh sosok wanita...

Ini tidak benar...

Kita harus memperbaikinya DARI RUMAH SENDIRI

Materi kepemimpinan kali ini adalah pembuka bagi diskusi cukup detil dan mendalam tentang pengasuhan anak lelaki di rumah

dari memahami ranah nafkah para lelaki inilah, nanti akan kita bedah tahapan persiapan membiasakan ibadah2 khusus: seperti shalat, shaum, dll

Baik, mari kita mulai diskusi kita...silakan ditanggapi....

Jika kita memahami ranah nafkah kaum lelaki juga ranah hak kewajiban  wanita, maka kita akan lebih mudah menyusun program pelatihan otot kepemimpinan masing2 gender....

Jelas2 kita harus berbeda penanganan antara persiapan menjadi lelaki aqil baligh dan wanita aqil baligh

dan itu dimulai sejak anak berusia 2,5 tahun

Baiklah, silakan kita mulai diskusinya..

Mungkin ada yg mau menanggapi

Sebagai ilustrasi, saya dan suami sepakat untuk mendidik anak  lelaki dg tegas...itu salah satu alasan saya memilih menjadi ibu rumah tangga sejak memiliki anak, agar bisa lbh fokus mendampingi anak....

qodarullaah kami dikaruniai putra sulung yg wataknya lembut...lebih seperti Abu Bakar ra atau Sa'ad bin Abi Waqqash ra.

Dia lbh mirip ke ayahnya daripada ke saya

Nah, ini tantangan luar biasa buat saya yang sangat kholeris, kalau sahabat wanita mgkin spt bunda shafiyah binti abdul muthalib ra, bibinya rasul saw...agak 'kejam' ama anak๐Ÿ˜…๐Ÿ˜Ž

Tapi, bermodal Alquran dan Assunnah yang kami pahami, kami nekad membesarkan anak dg cara yg relatif berbeda dg keluarga besar dan lingkungan kami

Bayangkan? Anak TK harus buat bekal sendiri? Sebelum sekolah dia hrs sdh selesai membersihkan rumah?

Begitu usia 6 thn, dia tak boleh sekolah sblm mengerjakan tugas rumah (menyapu,mengepel lantai, mencuci piring, dan membantu urusan dapur) dan selesai tilawah 1 juz..

Parenting Merna: di sekolah pun saya tugaskan dia tetap tilawah dan murojaah...

pulangnya harus setoran hafalan ke saya, juga tilawah disimak oleh saya

Padahal sekolahnya sekolah alam, full energy, full activities..

Dia masih  harus olah fisik (olahraga sepatu roda, memanah, karate), juga hrs latihan tahajud

Makin besar usianya, makin berat tugas2nya, makin banyak pilihan kegiatannya, makin SEDIKIT WAKTUNYA

Di sini dia diuji untuk bisa manajemen waktu

Tega?
Iya
Tegas?
Sangat

Tapi, berkali2 saya tegaskan, jika ia tak siap berlatih di rumah, maka ia belum siap belajar di luar rumah

Efeknya?
So far so good

Tidurnya sedikit, tapi insyaallah bermakna

Setidaknya di usia 11 thn, ia terbiasa tilawah minimal 1 juz dlm segala kondisi

ia terbiasa shalat tahajud walau cuma 2 rakaat

Dia terbiasa  berjalan kali pulang ke rumah, dg jarak sampai 3,5 km,..dan makan hanya sekedarnya

Demi apa?
Demi mengikuti aktivitas yang ia sukai: sekolah, memanah, les matematika, dll

Saya yakin, daya tahan dia itu adlh bagian dr latihan2  sejak kecil...tmsuk shaum sejak usia 4 thn..

allahu a'lam


Sesi diskusi

1. Emmi:
Assalamualaikum,bu...anak pertama sy laki2,skrg sudh umur 8 thn,sudah terlambatkah klo mau di latih seperti demikian?walaupun ada latihan yg biasa sy beri, seperti merapikan tempat tidur,membuang sampah,dan merapikan baju dan peralatan sekolahnya,itupun kadang dilakukan kadang tidak๐Ÿ˜“
Sy jg nanggapinya yah liat kondisinya si anak,klo misalnya tdk cukup waktunya untk melakukan itu,ya sy biarkan sj dia tdk melakukannya.tp klo memng kelihatan karna malasnya,kadang sy marah jg๐Ÿ˜Œ.jd daripada sy marah2 mending sy kerjakan sendiri sj,toh memng tugasnya sorang ibu๐Ÿ˜….tolong ditanggapi bu..bagman yg seharusnya sy lakukan...?

๐ŸŒท Sangat tidak terlambat. Malah pas waktunya, di usia sekolah.

Mulai dari langkah awal, mba... Pola diskusi terbuka harus mba latih.

Kunci awalnya, mba hrs RELA pekerjaannya lebih lama selesai dan tidak sempurna..

Dan mba harus MAU meluangkan waktu lbh lama.

Waktu yng lama untuk mendampingi anak mengerjakan tugas rumah, adalah INVESTASI  bagi kita lho๐Ÿ˜Ž๐Ÿ˜….

Jika kita MAU SABAR meluangkan waktu 3-4 kali lbh lama ( kita cukup 10-15 menit ngerjain, anak butuh waktu sejam, itupun juga ga sempurna๐Ÿ˜…) dlm mendampingi anak agar BERHASIL mngerjakan tugas2 rumahnya, selain ia merasa nyaman karena ditemani, mba bisa buat bonding istimewa ke anak lho.
Anak dg ikatan hati yg kuat dg ortu cenderung lbh cepat tunbuh KESADARAN DIRInya untuk bertanggung jawab thdp diri dan keluarganya....
Mereka lbh mudah memilih berlatih jadi *aqil* sblm baligh lho


Jadi, saran saya, INVESTASI WAKTU itu, mumpung mereka masih kecil.
Allahu a'lam


2. Novia: Yg mau saya tanyakan, upaya apa yg mesti dilakukan seorang ibu jika anak lelaki tidak bisa melihat sosok ayah sbg qowwam?

๐ŸŒท
1. Kita sebagai ibu yang berusaha optimal menjaganya dlm pelatihan harian.
2. Carikan sosok qowwam di sekitar yang bisa jadi contoh. Kalau bisa anggota keluarga (kakek, paman, dll) atau sosok lain yg dekat lingkungan tinggal. Rutin kisahkan sosok ayah teladan yang riil ( masa lalu : rasul saw, sahabat, ulama. Masa kini : ulama2 baik masa kini, tokoh2 inspiratif islami seluruh dunia)

Sbisanya rutinkan pertemukan dg sosok ayah teladan itu dg anak. Biarkan ia menyerap energi itu lsg dari sosok nyata.

Jangan bandingkan dg ayahnya, apalgi membuat ia tak menghargai ayah... Asah daya kritisnya untuk menerima dan menyadari bahwa KUALITAS ILMU menentukan SIKAP dan PERILAKU.

Saya sering memakai istilah Aa Gym : Teko hanya akan mengeluarkan isinya.

Jadi, dia mau isi apa tekonya?


Kalau saya dan suami, khusus mengambil peran sosok ayah yng rajin shalat di masjid dan tilawah. Saya sengaja membuat kelas tilawah subuh buat anak laki2 di rumah, untuk melihat dan merasakan sendiri *perbedaan* mengisi awal hari dg shalat subuh dan tilawah, sblm mulai sekolah. Semua ayah santri2 saya itu jarang dan hampir tak pernag shalat di masjid lho...bahkan ga bisa ngaji..tapi anak2nya alhamdulillah dilatih terus...ibu2nya berjuang untuk menyelamatkan anak2nya dg bela2in jaga anak mau shalat subuh dan tilawah subuh....

perjuangan seorang ibu zaman sekarang memang lbh berat, tapi ini surga kita. Raih dg sukarela...maka hati akan lebih lapang

0 $type={blogger}:

Posting Komentar