"YA ALLAH..." Dua buah kata terdengar dari sebuah rumah. Kata-kata yang indah jika diucapkan dengan penuh pengharapan. Namun lain halnya jika kata-kata ini terlontar dengan intonasi tinggi dari seorang ibu yang mendapati anak balitanya yang tengah rewel. Saya turut mengelus dada. Astagfirullahal adzim. Saya paham kondisi ibu itu. Rasa capek yang melanda atau kondisi tubuh yang kurang fit terkadang mampu menyulut emosi. Apalagi saat si kecil rewel.
Oleh karenanya, nabi berkali menyinggung dalam haditsnya terkait marah ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat, namun orang yang bisa menahan amarahnya." (Muttafaq alaihi). Dalam hadits lain, beliau mengaitkan kemampuan menahan amarah ini dengan surga. "La taghdob wa lakal jannah" (jangan marah, bagimu surga) (H.R. Ath Thabrani). Lalu, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang meminta nasihat pada nabi dan beliau mengatakan "jangan marah" lalu orang itu mengulanginya sampai beberapa kali dan nabi mengatakan "jangan marah" (H.R. Bukhari).
Masyaa allah, dari hadits-hadits diatas terlihat betapa pentingnya menahan amarah. Ya, menahan marah memang sulit dilakukan. Apalagi saat kondisi dan suasana hati sedang tidak nyaman. Nafsu emosi pun dikuasai oleh setan. Ditambah lagi jika seseorang itu dibesarkan oleh keluarga yang pemarah. Inner child-nya pun terbawa hingga digunakan untuk mendidik anak-anaknya. Oleh karenanya tak heran jika nabi memberikan beragam cara untuk mengatasi marah, yakni dengan diam, mengganti posisi tubuh atau berwudhu. Saya kembali terngiang teriakan sang ibu tadi. Ya rabb, semoga kami dimampukan untuk mendidik anak-anak kami tanpa amarah. Ampuni kami ya rabb.. Jangan sampai kami mendholimi titipanMu, aamiin.
Oleh karenanya, nabi berkali menyinggung dalam haditsnya terkait marah ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat, namun orang yang bisa menahan amarahnya." (Muttafaq alaihi). Dalam hadits lain, beliau mengaitkan kemampuan menahan amarah ini dengan surga. "La taghdob wa lakal jannah" (jangan marah, bagimu surga) (H.R. Ath Thabrani). Lalu, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang meminta nasihat pada nabi dan beliau mengatakan "jangan marah" lalu orang itu mengulanginya sampai beberapa kali dan nabi mengatakan "jangan marah" (H.R. Bukhari).
Masyaa allah, dari hadits-hadits diatas terlihat betapa pentingnya menahan amarah. Ya, menahan marah memang sulit dilakukan. Apalagi saat kondisi dan suasana hati sedang tidak nyaman. Nafsu emosi pun dikuasai oleh setan. Ditambah lagi jika seseorang itu dibesarkan oleh keluarga yang pemarah. Inner child-nya pun terbawa hingga digunakan untuk mendidik anak-anaknya. Oleh karenanya tak heran jika nabi memberikan beragam cara untuk mengatasi marah, yakni dengan diam, mengganti posisi tubuh atau berwudhu. Saya kembali terngiang teriakan sang ibu tadi. Ya rabb, semoga kami dimampukan untuk mendidik anak-anak kami tanpa amarah. Ampuni kami ya rabb.. Jangan sampai kami mendholimi titipanMu, aamiin.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar