Bau rokok menyebar memenuhi udara pagi. Acara berjemur pagi itu sedikit terganggu dengan polusi yang ditimbulkannya. Saya bergeser beberapa langkah dari tempat biasa menjemur si kecil. Terpaksa berdiri karena kursi yang biasa saya duduki letaknya dekat dengan sumber polusi.
Seorang remaja laki-laki berseragam batik menghembuskan asap dari mulutnya. Ia dengan santainya mengepulkan ratusan zat berbahaya dari dalam paru-parunya. Jam sudah menunjukkan waktu masuk sekolah tapi ia malah asyik nongkrong disana. Terlebih anak itu adalah siswa SMP islam. Saya geleng-geleng prihatin. Rokok itu dihisap oleh anak usia sekolah. Sang penjual pun setiap hari menjajakan rokok itu padanya.
Dilihat dari sisi manapun, rokok itu tidaklah berfaedah. Mungkin produsen berdalih pabrik rokok memberikan lapangan pekerjaan bagi ratusan pekerjanya. Jika memang begitu, kenapa tidak membuka usaha lain yang tidak "membunuh" orang (perokok aktif dan pasif)? Mungkin para penghisap rokok berpendapat rokok itu menenangkan. Jika memang demikian, kenapa tidak membaca Al-Qur'an? Bukankah Al-Qur'an itu adalah obat bagi jiwa?
Sesungguhnya rokok itu hanyalah kebodohan dan pemborosan. Bagaimana tidak! Padahal sudah ada segambreng peringatan tentang bahaya rokok. Padahal di bungkusnya kini tertera gambar beragam penyakit yang mengerikan. Padahal sudah banyak contoh orang di sekitar yang menghembuskan nafas terakhirnya karena rokok. Akan tetapi yang mengisapnya dengan santai masih saja jutaan. Belum lagi uang yang dibuang tiap kali lintingan itu dibakar. Jika sehari saja menghabiskan 1 pak rokok seharga 12 ribu, maka sebulan 360 ribu dan setahun 4 jt lebih. Tidakkah lebih elok jika uang sebanyak itu dianggarkan untuk keperluan yang lebih bermanfaat seperti infaq dll. Islam pun telah mengingatkan bahwa sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan. So, masih mau ngerokok? The choice is yours!
Seorang remaja laki-laki berseragam batik menghembuskan asap dari mulutnya. Ia dengan santainya mengepulkan ratusan zat berbahaya dari dalam paru-parunya. Jam sudah menunjukkan waktu masuk sekolah tapi ia malah asyik nongkrong disana. Terlebih anak itu adalah siswa SMP islam. Saya geleng-geleng prihatin. Rokok itu dihisap oleh anak usia sekolah. Sang penjual pun setiap hari menjajakan rokok itu padanya.
Dilihat dari sisi manapun, rokok itu tidaklah berfaedah. Mungkin produsen berdalih pabrik rokok memberikan lapangan pekerjaan bagi ratusan pekerjanya. Jika memang begitu, kenapa tidak membuka usaha lain yang tidak "membunuh" orang (perokok aktif dan pasif)? Mungkin para penghisap rokok berpendapat rokok itu menenangkan. Jika memang demikian, kenapa tidak membaca Al-Qur'an? Bukankah Al-Qur'an itu adalah obat bagi jiwa?
Sesungguhnya rokok itu hanyalah kebodohan dan pemborosan. Bagaimana tidak! Padahal sudah ada segambreng peringatan tentang bahaya rokok. Padahal di bungkusnya kini tertera gambar beragam penyakit yang mengerikan. Padahal sudah banyak contoh orang di sekitar yang menghembuskan nafas terakhirnya karena rokok. Akan tetapi yang mengisapnya dengan santai masih saja jutaan. Belum lagi uang yang dibuang tiap kali lintingan itu dibakar. Jika sehari saja menghabiskan 1 pak rokok seharga 12 ribu, maka sebulan 360 ribu dan setahun 4 jt lebih. Tidakkah lebih elok jika uang sebanyak itu dianggarkan untuk keperluan yang lebih bermanfaat seperti infaq dll. Islam pun telah mengingatkan bahwa sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan. So, masih mau ngerokok? The choice is yours!
0 $type={blogger}:
Posting Komentar