Demi Waktu

"Kalau kau ingin tahu betapa berharganya waktu satu detik, maka tanyakanlah pada pelari." Itu satu kalimat yang pernah saya baca. Lengkapnya saya lupa. Yang pasti, satu kalimat yang terngiang kembali di memori saya itu mengingatkan saya akan pentingnya waktu. Di dalam Al-Qur'an, Allah banyak bersumpah demi waktu. Ya, waktu itu ibarat pedang. Jika kita tak menggunakannya dengan baik, maka ia yang akan membunuh kita. Islam pun mengajarkan pentingnya waktu ini dengan menekankan untuk memanfaatkan 5 waktu ini dengan sebaik-baiknya. Waktu-waktu itu adalah waktu sehat sebelum sakit, waktu lapang sebelum sempit, waktu kaya sebelum miskin, waktu muda sebelum tua dan waktu hidup sebelum mati.
Yang jelas, saya semakin menyadari betapa berharganya waktu ini saat memiliki bayi. Seorang ibu tentu pernah merasakan betapa hari-harinya penuh dengan kesibukan mengurus si kecil. Mulai dari bangun tidur sampai sehari semalam. 24 jam dalam sehari. 7 hari dalam sepekan. Sebagian besar waktunya habis untuk merawat buah hati tercinta. Bahkan untuk ke kamar mandi pun harus curi-curi waktu. Itu pun diiringi tangis si kecil yang sudah mulai membahana, hehehe..
Akan tetapi, tentunya semua perjuangan itu tak akan selamanya berat. Akan ada hari-hari dimana si kecil mulai bisa menjadi lebih tenang dan tak lagi serewel sebelumnya. Dan yang perlu digarisbawahi adalah waktu untuk merawat, membesarkan dan mendidik anak tidaklah lama dibandingkan dengan hasil yang akan dipetik nantinya. Mungkin hanya sekitar 21 tahun (jika ditinjau dari pendidikan anak dalam islam pada  3 fase dalam  7 tahun). Selebihnya, pemuda/i itu akan tumbuh menjadi jundullah yang mencintai rabbnya, jika memang kita libatkan IA dalam mendidik anak-anak kita. Ya, karena Allahlah sebaik-baiknya pendidik. Kita hanyalah orang tua yang dhoif. Maka, mari kita manfaatkan waktu untuk membersamai anak-anak kita di tengah kesibukan lain yang juga menuntut perhatian. Semoga Allah mampukan kita menjadi orang tua yang sholih, aamiin.
...
"Ibu, lelahmu itu akan terbayarkan nanti. Saat kau dapati anak-anakmu menjadi penyejuk hati.
Ibu, energi yang kau keluarkan itu tidaklah sia-sia. Ketika kau sadari ia tumbuh menjadi generasi rabbani."

0 $type={blogger}:

Posting Komentar