Catatan Kulwap Parenting "Home Education: Pendidikan yang Menumbuhkan"

Oleh: Ayah Haris Safaat (Praktisi Home Education)



Opening
Sebelumnya kita pahami dulu _HE adalah kewajiban syar'i kita sebagai orangtua._ Bahkan menurut saya justru jadi ilmu wajib bagi para calon ibu dan calon bapak. Home Education itu dimulai dari satu pemahaman para fasilitator utamanya yaitu kita sebagai orangtuanya.

🌀 Maka mulailah :

a) Berdiskusi secara rutin antara anda dan pasangan tentang konsep HE. Tentukan jadwal khusus untuk anda bersungguh-sungguh membahas hal ini.

b) Seringlah belajar bersama dengan pasangan kita tentang HE, baik dengan silaturahim, ikut seminar, bedah buku dll kemudian segera tentukan apa hal-hal baik yang bisa segera kita terapkan di keluarga kita.

c) Berpeganglah teguh pada Al Quran dan Hadist sebagai acuan utama kita mendidik anak. Yang lain hanya jadikan referensi, jangan justru membuat anda bingung.

d) Belajarlah melihat potensi unik anak-anak kita, kemudian perkuat sisi keunikan tersebut, ingat anak kita adalah "limited edition" hanya kita yang paham, jangan pasrahkan ke orang lain.

e) Mulailah merancang kegiatan sederhana untuk anak2 kita.

f) Perkuat bonding anda bersama anak2 di usia 0-7 th ini. Perkuat dengan bahasa ibu dan bermain bersama alam. Jadi sebaiknya jangan terlalu dini memasukkan anak ke lembaga yang bernama "sekolah".

g) Ketika sudah memasuki usia sekolah perkaya wawasan anak dengan berbagai konsep pendidikan. *Ingat* "sekolah" itu hanya bagian pilihan dari pendidikan, bukan satu-satunya.

h) Konsep utama HE adalah Iqra' dan thalabul 'ilmi. Jadi urusannya adalah belajar atau tidak belajar bukan sekolah atau tidak sekolah.

_ⓂMatrikulasi HEbAT Community_


Sesi diskusi
sy suka dengan kalimat yg pernah di ucapkan ustadz Harry Santosa..
Sederhana tapi InsyaALLAH dalam maknanya..
*Raise your child ,Raise your self*

Moderator: Kalimat ini juga menumbuhkan motivasi yg kuat bagi saya untuk terus semangat membersamai ananda. Karena rasanya luar biasa bahwa apa yang kita pelajari ternyata tidak hanya terbatas untuk anak-anak, melainkan juga bagi diri saya sendiri.


Sesi tanya jawab:
1. Bu Ajeng di Kaltim
❓Aslmkm wrwb
1. Bagaimana jika di dalam keluarga hanya salah satu yg mendukung HE? Misal suaminya saja atau istrinya saja yg menjalankan HE.
Apa saran ayah Haris mengenai hal ini?

berkaitan dengan *idealnya dalam ber HE adalah peran kedua orang tua*.

Adakah solusi yg baik ketika ternyata keadaan tidak memungkinkan keduanya bisa kompak ber-HE.
Bisa karena alasan kondisi maupun belum teradi kesepakatan dan pemahaman tentang HE oleh pasangan?

2. Bagaimana cara melihat potensi unik anak kita? Apakah ada tahapannya? Lalu bagaimana pula cara memperkuat sisi keunikan tersebut?

3. Apakah perlu menyusun kurikulum dalam menjalankan HE? Misal kurikulum harian/bulanan/tahunan.
Jika iya, bagaimana memulai untuk merancang kurikulum tersebut? Adakah contoh kurikulum HE dr ayah Haris?

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih..
Wslmkm wrwb.

wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

1.HE adalah kewajiban orangtua (suami & istri).
Idealnya sih memang keduanya bu.
karena di bbrp tahapan usia ada yg harus di bersamai dlm menumbuhkan maskulinitas & femiminitas ananda.

Kenapa tadi sy bilang *ideal*nya..
karena memang ada bbrp keluarga yg pernah sy temui ada kendala dlm menemukan peran dlm mendidik ini.

waAllahu 'alam mslhnya kenapa?

klo kita kaji kembali sejarah Islam pola mendidik seperti ini sdh pernah di contohkan Nabi Ibrahim.
Dan atas ijin Allah, doa seorang Nabi Ibrahim  membuat putranya Nabi Ismail menjadi seorang yg keimanannya tdk diragukan lagi.

waAllahu 'alam bishowab..

2.Bisa dengan membersamai aktivitas ananda bu.
Mendokumentasikan/menuliskan setiap pola keunikan msng² ananda.
di fasilitasi aja bu setiap keunikan anak² kita. InsyaALLAH dgn bertumbuhnya usia potensi keunikannya akan berkembang.

3. Dulu sy sempat seperti ini bu.
bisa di bilang membuat cek list apa aja & kapan akan di pelajari.

Qodarullah di keluarga kami cara seperti ini malah membuat kami bingung bu.
setelah itu kami memutuskan, mentarbiyah anak² sendiri, sambil berproses dan trus belajar dlm memperbaiki diri...
Alhamdulillah sampai saat ini kami ber HE tanpa kurikulum...

waAllahu 'alam bishowab.

Moderator: MasyaAllah, ber HE tanpa kurikulum ini luar biasa ya.

Memang dengan atau tanpa kita sadari, sebenarnya kita sudah menerapkan HE.
Sebagaimana Home Education ini, sekolah ataupun tidak sekolah (Home Schooling/unSchooling), HE tetaplah menjadi kewajiban Ayah Bunda masing2 nggih.
karena sejatinya HE bukanlah memindahkan sekolah ke rumah (home schooling), melainkan penerapan pendidikan yang menumbuhkan atau biasa kita sebut dengan *inside out*.


2⃣. *CIPTA FEBIYANTI -  TAMBUN*

❓saat kita mengajarkan hal hal baik kepada anak kita dirumah tapi saat kita bawa anak kita keluar rumah ada hal buruk yg mungkin secara tidak sengaja diajarkan oleh orang lain,
misalnya memukul dianggap lucu karena si anak masih kecil dan itu jadi kebiasaan.

Bagaimana cara menjelaskan mana yg baik dan yg buruk dengan anak yg belum bisa bicara ?
Terima kasih

2⃣.Bunda Cipta yg baik
Dalam mendidik ananda kami mengibaratkan seperti seorang petani yg menanam padi.
Apakah petani itu bsa memastikan tdk ada tanaman lain(ilalang dsb)yg hidup di lahannya selain padi?

Jd yg harus petani itu lakukan gmn caranya agar tumbuhan² lainnya itu tdk menganggu tumbuhan padinya.


kurang lebihnya seperti itu bu dlm proses mendidik anak.
kita nggak akan mngkn bisa mensterilisasikan lingkungan(kecuali hijrah) utk anak².
tp keluarga InsyaALLAH bsa memberi imunisasi utk menghadapi lingkungan kita.

Pada dasarnya setiap anak dibekali dengan fitrah² kebaikan.
Jadi teruslah berdoa meminta kebaikan kpd yg Maha membolak balikkan hati & menjadi tauladan yg baik utk anak² kita.
& berharap semoga kelak anak² kita tumbuh dgn segala kebaikan²nya.

waAllahu 'alam bishowab

Moderator: proses pendidikan bukan untuk mensterilkan melainkan memberi imun kepada anak-anak kita, MasyaAllah.


3⃣. *Una - Jember*

❓Bagaimana kah menyusun kurikulum untuk anak2 di home education? Bagaimana menentukan ide dan inspirasi nya agar hal tersebut membahagiakan selalu.
Terima kasih

3⃣. Bunda Una di Jember.


Sebenarnya klo bicara kegiatan anak² usia di bawah 6/7 thn semuanya merupakan kegiatan yg membahagiakan.
Selama kegiatan itu memang yg mereka *Mau*

Hanya saja kadang² kita sbg orangtua msh menggunakan sudut pandang kita thd kelakuan/kegiatan anak, sebagai orang dewasa.

Utk yg kurikulum sy copykan jwban dari ustadz harry ya..
Dalam Islam, pendidikan itu bisa bermakna Tarbiyah, Tazkiyah, Ta'lim, Ta'dib, Tadris dll dengan tujuan dan object berbeda. Yang umum di benak orang hari ini, pendidikan itu adalah Ta'lim, atau pengajaran keilmuan saja, bahkan dipersempit menjadi akademis utk mencetak cendekiawan baik di bidang ilmu agama maupun di bidang ilmu sains/akademis
Zaman keemasan Islam, sering dimaknai dengan bertaburnya para ilmuwan dan cendekiawan hebat dalam berbagai bidang ilmu. Lalu kita beramai ramai mendirikan lembaga pendidikan utk mencetak para cendekiawan dan akademis utk mengulang keemasan.
Kita melupakan banyak hal mendasar dan pokok ttg pendidikan sesungguhnya, bahwa pendidikan bukan sekedar melahirkan para ahli sains atau ahli agama yg hebat semata, itu hanya fenomena akhir yang terlihat, tetapi pendidikan sesungguhnya adalah menghantarkan generasi peradaban kepada beragam takdir peran peran peradaban terbaik dari tiap anak Muslim sesuai potensi fitrahnya masing masing dipandu Kitabullah. Sepanjang peradaban Islam, dari generasi ke generasi, pendidikan melahirkan peran peradaban terbaik yang sesuai zamannya bahkan generasi muda didorong utk menemukan takdir peradabannya masing masing. Maka tradisi dan budaya yang terbangun adalah gairah muslim utk senantiasa belajar dan berinovasi sepanjang hayat bukan gelar gelar akademis, juga gairah utk menjemput takdir peran peradaban masing2 sesuai zamannya. Maka kurikulum pendidikan, sejak zaman Rasulullah SAW, sesungguhnya selalu sama, yaitu menumbuhkan potensi fitrah sebaik baiknya setiap anak manusia lalu menghantarkan mereka kpd takdir peran peradaban sesuai potensinya itu dan dibutuhkan ummat serta zamannya.

Moderator: clue nya ada disini ya, *"Maka kurikulum pendidikan, sejak zaman Rasulullah SAW, sesungguhnya selalu sama, yaitu menumbuhkan potensi fitrah sebaik baiknya setiap anak manusia lalu menghantarkan mereka kepada takdir peran peradaban sesuai potensinya itu dan dibutuhkan ummat serta zamannya."*

berbicara tentang  kurikulum memang dalam prinsip Home Education segalanya adalah *custom*,
istilahnya  _personalized curriculum_ dimulai dari keunikan masing-masing individu dengan dikolaborasikan minat maupun kearifan lokal sehingga menjadi langkah tepat dalam menggapai peran spesifik peradaban kita.


4. *Mala - surabaya*

❓Apakah artinya lebih baik menerapkan unshooling untuk anak anak kita?

Bunda Mala di Surabaya.

Bukan suatu keharusan bunda...

Ananda sekolah atau tidak sekolah HE adlh kewajiban setiap orangtua.
6⃣ Bunda Mala di Surabaya.

waAllahu 'alam bishowab..

Moderator: sebenarnya prinsip *unschooling* adalah menerapkan pendidkan tanpa kurikulum nasional, yang mana artinya kita membuat sendiri kurikulum ber-kearifan lokal kita.

Beda hal nya dengan *home schooling* yang mana lebih mudah dipahami dengan memindahkan sekolah ke rumah.

Akan tetapi mohon maaf, kembali kita luruskan bahwa pembahasan hari ini adalah Home Education, Bunda.
Tidak spesifik ke arah home schooling maupun unschooling nggih.


5.⃣ *Nila - Blitar*

❓"Bagaimana mengoptimalkan peran ayah dalam HE jika ayah (secara fisik) tdk bisa membersamai anak2 setiap hari (kondisi LDR)?"

Jawaban:
Tetap *Rileks & Optimis* begitu pesan salah 1 guru kami bu..

Klo kita kembali ke sejarah pola pengasuhan seperti ini sdh di contohkan Nabi Ibrahim 'alayhissalam kepada Nabi Ismail 'alayhissalam..
InsyaALLAH

Cerita sedikit ya..
Kapan hari ada diskusi zerru di grup komunitas kami.
ada slh member bercerita ttng pola asuh dgn system LDR.
setiap hari klo tdk dtng malasnya si istri selalu mencatat & mengirimkan foto anak² mereka.
jd lbh memudahkan mereka dlm membersamai tumbuh kembang anak.
InsyaALLAH..
apalagi saat ini kita sdh sangat banyak di dukung oleh media² sosial.
jd InsyaALLAH permasalahan bisa di kondisikan gmn baiknya aja bu.


Tanggapan:
Bunda Afin
Berkaitan dg pola asuh yg hanya sebelah (ayah saja / ibu saja)
Bagaimana menerapkan HE pd keluarga broken home (ayah ibu bercerai)?

Bunda Afin,
memang keadaan ideal merupakan dambaan setiap manusia.
Akan tetapi, rencana Allah selalu lebih indah.

Nabi Muhammad SAW bahkan terlahir dalam keadaan yatim (ada beberapa pendapat Ayah beliau meninggal saat beliau masih bayi), akan tetapi bukankah nabi Muhammad tumbuh dengan karakter yang luar biasa?

Sebenarnya jika kita pelajari shiroh nabawi, setelah ketiadaan Ayah- Nabi Muhammad SAW tida pernah kehilangan *sosok Ayah* dalam hidupnya, yang mana digantikan oleh Kakeknya dan paman yang merawat beliau hinggal aqil baligh.

Demikian pula sepeninggal Ibunda Rosululloh SAW, tetap ada sosok yang menggantikan *peran ibu* disisi beliau.

Itulah mengapa kita harus tetap yakin meski dalam keadaan *tidak ideal* versi kita,

Selama kita *mau*, insyaAllah, Allah yang *mampukan*.


sederhananya, jika Ayah sebenarnya kurang ideal keberadaannya, ananda tetap bisa didekatkan kepada Kakek maupun pamannya sebagai pelengkap sosok ayah. Begitu pula ketiadaan ibu yang bisa didekatkan pada sosok nenek maupun bibinya.

Jadi, dalam kondisi ayah bunda yg bercerai, kuncinya selalu hadirkan sosok ayah atau bunda yg hilang sebagai teladan untuk anak.

Wallahu'alam.


6. *Kania - Tangerang*

❓Bagaimana teknis mengenalkan alam kepada bayi saya yang berusia 11 bulan? Bagaimana cara penyampaiannya? Bolehkah dicontohkan dan dimisalkan penyampaiannya. Kendala yang saya alami, saya suka kehilangan kata-kata dan tiba-tiba blank.

Jawaban:

Usia 11 bulan adlh masa mengikat bounding dgn ibunya.
Menyusui adlh hal yg sangat menyenangkan buat ananda.
Sebaiknya bunda memaximalkan menyusui sambil membacakan kisah² indah dlm Al quran,mentaddaburinya dsbnya.

waAllahu 'alam bishowab..


7⃣. *Diah - depok*

❓ 1. Apa yg dimaksud dg iqra dan talabul Ilmi.
2. Apa perbedaannya? Bukankah sama2 hrs membaca (buku).
3. Apa yg hrs sy dan suami bicarakan klo berdiskusi ttg HE?*msh bingung mau memulai obrolan.

Bunda Diah di Depok,

1. klo kami mengartikannya *iqro* = bacalah,membaca ttng segala hal yg telah ALLAH ciptakan di alam semesta yg rujukannya tetap Al quran & Sunnah mnrt pemahaman salafusshalih..
klo *tholabul ilmi* = pencari ilmu/pembelajar.

2. Jd bukan hanya membaca buku / belajar buku aja bu.
Alam sekitar kita bisa menjadi bahan utk pembelajaran juga.

3.Sederhana aja bu..
Awali aja dgn gurauan², jgn terlalu serius,nnti jdnya malah nggak asik obrolannya.
bisa di mulai dgn mengkaji kenapa Allah  ciptakan kita dst.


*IQRO' : Reading the Universe with Fiqr & Dzikr*

dalam sebuah kesempatan kami berdiskusi bersama Ustadz Adriano Rusfi terkait IQRO' yang diyakini bukan sekedar tentang membaca tulisan atau sebuah buku, Bunda.

Iqro' disini bisa dipahami dengan *mendengar tanda alam* sebagaimana kita mencari *insight learning* dalam setiap kejadian dalam hidup kita.

Misalnya, atas sebuah keadaan dimana kita yang seharusnya bepergian menaiki pesawat terbang akan tetapi kita malah terlambat dan tertinggal. Saat kita ingin marah rasanya, tak lama kemudian, qodarullah ada berita bahwa terjadi kecelaaan pada pesawat tersebut.

disini terjadi proses *iqro'* dimana kita mengilhami, mengambil hikmah pada semesta.

Maka iqro' sebenarnya sungguh luas maknanya.

Tentang HE (Home Education) atau home based education atau *pendidikan berbasis rumah* adalah amanah dan kesejatian peran dari seriap orang tua yang tak tergantikan oleh siapapun.

sejatinya anak bersekolah hanyalah sebagai upaya pembelajaran sebagian kecil dari *pendidikan* yang menjadi tanggung jawab Ayah dan Bundanya.

Maka akan sangat disayangkan jika Ayah Bunda melepaskan begitu saja ananda untuk belajar di sekolah tanpa dikuatkan dengan *home education*,

Bukankah nanti kita-lah, Ayah Bundanya yang diminta pertanggungawaban saat yamul hisab tentang apa saja pendidikan yang kita berikan pada ananda. Bukan guru-gurunya di sekolah.

Pentingnya keterlibatan Ayah Bunda dalam proses pendidikan ananda inilah yang menjadikan, bersekolah (formal) maupun tidak (home schooling/unschooling), Home Education tetaplah wajib dilakukan oleh Ayah Bunda.

Home Education, sejatinya adalah kemampuan alami dan kewaiban syar'i setiap ayah bunda yang di[ercaya menjaga amanah-Nya.

untuk itu, siapkan diri, kuatkan mental, bersihkan segala emsi dan dendam pribadi untuk menerima SK dari Yang Maha memberi Amanah.

Jangan pernah raguan DIA. Jaga amanah dengan sungguh-sungguh,, dunia Allah yang atur dan...nikmati perjalanan anda.

sebenarnya terkait HE ini, versi sederhananya yang bisa kita bicarakan bersama pasangan adalah Apa tujuan kita dalam pendidikan keluarga. Kemana arahnya, *MENGAPA* dan bagaimana caranya menggapainya.


Tanggapan:
Bunda Diah: Bgm bila suami manut thdp langkah istri menjalankan HE.. apalagi bila bicara ttg visi misi..suami pas, gak tau.

Jawaban:
Terkait dengan *misi keluarga*, saya ingin mengutip perkataan Bapak Dodik Mariyanto

_*Untuk keluarga, misi itu ditemukan bukan direka-reka/dibuat. Maka berproseslah sekeluarga untuk dapat menemukannya.*_

jadi jelas sekali, bahwa menurut beliau (dan saya sepakat) bahwa misi keluarga itu bukan dirumuskan melainkan *dititeni* kalau istilah dalam bahasa jawanya.

untuk itu, tentu saja sebaiknya tidak boleh ada paksaan dalam mengamati, membersamai dalam tujuan *niteni* misi keluarga itu sendiri.


Bersabarlah, Bunda. InsyaAllah bunda (dan saya?) bukan satu-satunya yang antusias ingin segera menemukan misi dan berbahagia saat berhasil menemukannya.

Perbanyak aktivitas bersama, diskusi, iqro', dan tentu saja berdo'a untuk Allah segera menunjukkan *shirootolmustaqiim* kepada  keluarga kita. Aamiin.


Penutup
*"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya."* [Q.S Ar-Ruum : 30]

Mendidik sesuai dengan fitrah bukanlah upaya rekayasa yg banyak mendominasi, invervensi, manipulasi, menjejalkan (outside in) sehingga merusak benih fitrah itu sendiri. Namun, mendidik fitrah adalah upaya menemani, merawat, menumbuhkan, membangkitkan (inside out) benih agar menjadi pohon yg baik yang akarnya menghujam ke tanah dan batangnya menjulang, daunnya rimbun menaungi siapapun dibawahnya, buahnya lebat memberi peran manfaat sampai akhir hayat.

Mendidik fitrah adalah mendidik agama yg lurus itu sendiri karena tiap anak lahir dalam keadaan *fitrah*.

Mari kita jalani pendidikan sejati dan laksana peran mendidik ini sebagai bagian utama misi hidup kita, sebuah peran untuk beribada, menjadi khalifah, imaroh dan imama dengan misi peran peradaban untuk menebar manfaat dan rahmat bagi dunia yg lebih hijau dan lebih damai;
*Generasi yg Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah*.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar