Belajar Istiqomah dari Nenek Tetangga

Panggilan sholat telah berkumandang. Seorang wanita usia senja keluar dari rumahnya dengan mengenakan mukena dan menyandang sajadah. Tiap kali adzan terdengar dari musholla, nenek itu selalu mendatanginya. Tak peduli meski mata tak lagi awas. Tak hiraukan kondisi kaki yang butuh alat bantu berjalan. Dari almarhumah yang notabene adalah tetangga lama saya, keluarga kami belajar istiqomah.

Menurut syariat, istiqomah artinya adalah meniti jalan yang lurus yaitu agama islam tanpa menyimpang ke kanan atau ke kiri. Istiqomah yang dilakukan Mbah Nah, sapaan beliau, adalah dengan melaksanakan sholat wajib lima waktu berjamaah di musholla. Dulu kami sempat berpikir "Kok bisa ya setiap adzan langsung otomatis berangkat ke musholla? Apa nggak pernah ngerasa malas?" Ternyata jawabannya adalah pengulangan perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan melahirkan istiqomah. Saat awal melakukannya mungkin terasa berat. Belum lagi banyaknya gangguan baik dari dalam maupun dari luar diri. Akan tetapi, jika kita bisa rutin melakukan suatu perbuatan secara terus menerus, maka pada akhirnya perbuatan tersebut akan menjadi otomatis. Seperti halnya otak yang sudah hafal jalan pulang dari tempat kerja ke rumah, maka saat pikiran melamun pun tubuh kita tetap bisa mengarahkan kendaraan menuju jalan pulang ke rumah.

Istiqomah menjadi sesuatu yang penting untuk menunjang amalan-amalan kita. Sebagai contoh, melakukan sholat dhuha dua raka'at setiap hari lebih disukai Allah daripada hari ini sholat dhuha 12 raka'at tapi kemudian tak pernah sholat dhuha lagi. Dari Aisyah r.a, beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah ta'ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit." Sebagai tambahan, Dari Abu 'Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu 'Amrah Sufyab bin 'Abdillah ats-Tsaqafi r.a, yang berkata: "Aku berkata, 'Ya Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.' Beliau menjawab, 'Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,' kemudian istiqamalah.'" (Hadits Shahih riwayat Muslim no.38)

Namun sebagai manusia, ada kalanya hati ini patuh dalam ketaatan pada Allah dan tak jarang pula lalai. Oleh karena itu, hendaknya kita berdoa agar selalu istiqomah. "Yaa muqollibal quluub, tsabit qolbii alaa diinik. Yaa muqollibal quluub, tsabit qolbii alaa thooatik." (Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu. Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas ketaatan padaMu). Aamiin..

0 $type={blogger}:

Posting Komentar