O
o
o
Para
remaja putri fans fanatik K-Pop, tentunya sudah tak asing dengan nama SNSD,
f(x), T-ara, 2NE1 dan sejenisnya. Kaum penggemar costplay Jepang pastinya juga selalu update berita terkini mengenai gaya favorit mereka ini. Jika ditanya apa yang menarik dari kedua hal
ini, kebanyakan sepakat bahwa budaya tersebut mengandung sesuatu yang menarik.
Menarik dalam artian mereka menampilkan apa yang disebut sebagai gambaran
remaja putri yang ideal: cantik, punya banyak penggemar dan tajir. Tiga hal
yang menjadi impian sebagian besar gadis remaja dan akhirnya menjadi berhala yang
disembah. Yup, Latta, Uzza dan Manna telah bertransformasi menjadi Beauty,
Popularity and Wealthy, berhala modern yang disembah kaum hawa di era digital.
Berhala baru yang bahkan efeknya lebih dahsyat dari patung kaum kafir quraisy
sebagai manifestasi Tuhan yang disembah. Berhala yang tak tampak raganya, namun
efeknya sungguh radikal. Mengakar kuat dalam benak kebanyakan remaja putri dan
menghegemoni alam bawah sadar.
Berhala
pertama, Beauty. Well, perempuan mana
sih yang tak ingin cantik? Tapi tunggu dulu, definisi cantik yang seperti apa?
Apakah seperti para anggota girl band atau
model yang berkulit putih, bertubuh langsing dan berwajah cantik? FYI nih ya, Ridho
(2009) dalam “Berhala itu bernama budaya pop” mengatakan konsep kecantikan yang
dibangun tersebut hanya dibentuk oleh pemodal industri kecantikan untuk meraih
keuntungan finansial yang sangat besar. Jadi, cantik itu tidaklah seperti yang
digambarkan oleh berbagai media dengan iklan produknya masing-masing.
Memang
keinginan setiap perempuan untuk menjadi cantik itu wajar. Malahan dalam islam
kita diharapkan untuk merawat diri sebaik-baiknya sebagai wujud rasa syukur
kita akan nikmat-Nya. Namun bukan berarti kita harus mengubah ciptaan-Nya
dengan melakukan ‘permak wajah’ dan sejenisnya. Karena pada dasarnya kita semua
itu cantik. Cantik karena tahu pada siapa kecantikan itu harus dijaga atau
ditampakkan. Kita cantik dengan sepasang bola mata yang selalu berurai air mata,
terpekur akan dosa-dosa manakala tengah berkhalwat dengan-Nya. Kita cantik
dengan telinga yang hanya digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang akan
menambah kecintaan kita terhadap-Nya. Kita cantik karena sepasang tangan dan
kaki kita senantiasa digunakan untuk mengkaji berbagai ilmu agama dan pergi ke
berbagai tempat untuk mencari ridho-Nya.
So, nggak perlu deh ikutan tren yang nggak sesuai syariat karena takut
dibilang nggak cantik. Apalagi tanpa tahu apakah tren itu benar atau salah. Allah SWT dalam surat cinta-Nya Al-Isra’ ayat 36 berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” Sungguh
kita harus menyadarinya, kawan. Apa yang kita lakukan dan untuk apa hidup kita
semuanya akan dimintai pertanggunganjawabnya kelak.
Berhala
kedua, Popularity. Mungkin sebagian dari kita berpikir bahwa populer identik
dengan kemewahan dan kebahagiaan. Tak heran sebagian besar remaja putri
berlomba-lomba untuk menjadi populer, terlepas bagaimana caranya. Tapi kawan,
apa memang benar mereka yang populer itu bahagia dengan hidupnya? Kelihatannya
memang seperti itu, tapi mungkin saja tidak. Sudah banyak contoh kasus artis
papan atas Korea yang bunuh diri karena tak kuat menahan beban mental. Jadi kepopuleran
bukanlah tolok ukur kebahagiaan.
Tapi
adalah sesuatu yang baik jika pada akhirnya kita dikenal karena prestasi kita.
Selama kita bisa menciptakan tren yang positif, sah-sah saja kita melakukannya.
Namun apabila yang kita tampilkan tak sepatutnya dicontoh, itu sama halnya menjerumuskan
diri sendiri dan orang lain dalam jurang kesesatan. Sebagaimana hadits riwayat
Muslim, “Barangsiapa mensunahkan dalam Islam kebaikan maka baginya pahala apa
yang ia lakukan dan pahala orang yang mengerjakan setelahnya, tanpa mengurangi
sedikit pun dari kebaikannya. Dan barangsiapa mensunatkan kejelekan dalam Islam
maka baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakan setelahnya tanpa mengurangi
sedikit pun dosa mereka.” Tentunya nggak mau kan sesat berjamaah? Naudzubillah
min dzalik.
Berhala
ketiga, Wealthy. Hampir semua gadis ingin berlimpah materi. Untuk membeli handphone keluaran terbaru, baju
bermerk, aksesoris made in luar
negeri, dsb. Materi yang dianggap oleh sebagian besar dari kita sebagai sesuatu
yang akan membuat kita bahagia. Maka tak
heran jika film-film yang ada dalam kotak segiempat berantena itu hanya menampilkan
kehidupan masa kini yang penuh kemewahan. Dongeng cinderella yang dikemas dengan
harapan semu. Berlomba-lomba menjadi yang terbaik dari segi materi semata.
Akan tetapi jika kita renungkan
kembali apakah kekayaan itu yang akan membuat kita bahagia? Tentu tidak.
Hakikatnya, kebahagian sejati adalah yang berasal dari hati. Karena bahagia itu
sederhana. Bahagia adalah ketika kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki
saat ini. Selalu bersyukur akan apa yang diberikan-Nya kepada kita. Sebagaimana
dalam surat Ibrahim ayat 7, Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Jadi, sekarang pilihannya ada pada
kita sendiri. Apakah tetap menyembah Beauty, Popularity and Wealthy atau menjadi
cantik, berprestasi dan senantiasa merasa cukup seperti yang disyariatkan dalam
islam. Wallahu a’lam.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar