Andai Cinta Kami Mabuk Kepayang

"Kuserahkan hidup dan matiku hanya untukmu," ucap seorang pemuda kepada gadis di depannya. Ya, kalimat cinta tersebut adalah kutipan adegan sinetron remaja yang saya dengar saat iklan.
"Aku lebih baik mati daripada tidak bertemu dia," kalimat lain meluncur dari pemuda tersebut saat cintanya tak direstui.
Hanya 'sedikit' perbedaan antara cinta pemuda yang sedang jatuh cinta tersebut dengan cinta para sahabat Rasulullah kepada rabbnya.
Saat si pemuda mengatakan "Kuserahkan hidup dan matiku hanya untukmu", para shahabiyah mengucapkan "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku kuserahkan kepada Allah, Tuhan semesta alam" di dalam doa iftitah saat mereka sholat.
Ketika si pemuda berucap "Aku lebih baik mati daripada tidak bertemu dia", sahabat mulia seperti Bilal bin Rabah lebih memilih untuk mati ditindih batu di tengah terik matahari dibandingkan harus menjadi kafir. Beberapa sahabat lainnya lebih suka menjadi syahid di medan perang. Mereka seolah berkata, "Aku lebih baik mati daripada menjadi kafir atau melihat kekafiran merajalela."
Ah, andai cinta kami kepada-Mu dimabuk kepayang. Orang yang tengah jatuh cinta rela melakukan apapun untuk yang dicintainya. Pun hal-hal yang ekstrim seperti rela mati. Bukankah suatu hal yang amat indah jika kami mampu mencintaimu lebih dari cinta sepasang kekasih yang tengah kasmaran. Ampuni kami yaa rabb, jika cinta kami padamu terkadang terkalahkan dengan hal-hal duniawi yang kami cinta. Padahal cinta-Mu pada kami melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar