Saat saya sedang pijat pada seorang ibu paruh baya, saya iseng bertanya darimana beliau belajar memijat. Saya pikir beliau akan menjawab dari neneknya atau semacamnya. Akan tetapi yang saya dapati adalah cerita panjang tentang kehidupannya. Beliau berkisah bahwa rumah tangganya digoncang badai akibat orang ketiga. Beliau mempunyai tiga orang anak. Yang pertama anak laki-laki, saat itu usianya sudah SMA. Yang kedua anak perempuan dan yang ketiga anak laki-laki kelas 5 SD.
Suaminya ini tak pernah memberikan nafkah bagi anak-anaknya. Suaminya ini juga kerap marah dan melampiaskan kekesalan padanya. Sang ibu harus berjuang sendiri untuk menghidupi ketiga anaknya. Beliau menjadi buruh cuci pada 6 orang guru. Beliau bertekad untuk menyekolahkan ketiga anaknya setidaknya sampai lulus SMA meskipun sang suami menyuruh anak-anaknya untuk berhenti sekolah. Anak sulungnya yang sudah kelas 3 SMA sempat akan putus sekolah tapi si ibu mencegahnya.
Suatu ketika, sang suami pulang ke rumah sambil marah. Ia mengatakan bahwa si ibu tak becus mengurus anaknya sehingga anak itu menjadi pembangkang. Anak sulung mereka yang baru pulang pun terlibat pertengkaran suami istri tersebut. Ia mengatakan bahwa bapaknya bukan bapak yang baik. Ia sudah mengetahui bahwa bapaknya mempunyai istri lain dan sudah mempunyai anak. Namun saat ditanya ibunya, anak ini belum mau mengatakannya.
Sepasang suami istri ini sering bertengkar. Sang suami yang kerap terlebih dahulu menyulut pertikaian meski istrinya tak ingin ribut. Suami ini stres karena istri mudanya banyak menuntut sehingga ia mempunyai banyak hutang. Ibu pijat ini disurug mrmbayar hutang suaminya. Beliau kaget didatangi penagih hutang sampai membuatnya pingsan. Saat pingsan itu beliau akan dicekik oleh suaminya. Beruntungnya kejadian itu dipergoki oleh anaknya.
Sejujurnya, ibu ini sudah tak kuat terus berada dalam kondisi seperti itu. Namun, beliau berat untuk bercerai karena kasihan dengan anak-anaknya. Terlebih anak bungsunya yang masih SD sangat dekat dengan bapaknya. Beliau bercerita sempat linglung dan lupa bacaan sholat. Sebab, ia menanggung beban pikiran berat terkait persoalan rumah tangganya. Sampai saat anak bungsunya duduk di bangku kelas 2 SMP akhirnya beliau memutuskan untuk bercerai dengan suaminya.
Setelah perceraian itu, sikap beliau terhadap suaminya masih baik. Beliau menjaga hubungan baik dengan mantan mertuanya yang masih tetangga desa. Bahkan saat anak-anaknya dan orang lain mencaci suaminya karena kekesalan mereka, ibu ini berusaha menenangkan. Beliau sudah tak ambil pusing. Sepenuhnya ikhlas. Sama sekali tak menyimpan dendam. Beliau mengatakan bahwa untuk apa marah dan kesal yang malah akan menimbulkan penyakit.
Setelah melewati ujian yang begitu berat, suatu malam beliau sholat tahajud. Saat itulah beliau seperti mendapat kemampuan untuk memijat. Masyaaallah.. Sekali lagi saya belajar ikhlas dari para ibu yang berjuang dalam kehidupannya yang berat.
Suaminya ini tak pernah memberikan nafkah bagi anak-anaknya. Suaminya ini juga kerap marah dan melampiaskan kekesalan padanya. Sang ibu harus berjuang sendiri untuk menghidupi ketiga anaknya. Beliau menjadi buruh cuci pada 6 orang guru. Beliau bertekad untuk menyekolahkan ketiga anaknya setidaknya sampai lulus SMA meskipun sang suami menyuruh anak-anaknya untuk berhenti sekolah. Anak sulungnya yang sudah kelas 3 SMA sempat akan putus sekolah tapi si ibu mencegahnya.
Suatu ketika, sang suami pulang ke rumah sambil marah. Ia mengatakan bahwa si ibu tak becus mengurus anaknya sehingga anak itu menjadi pembangkang. Anak sulung mereka yang baru pulang pun terlibat pertengkaran suami istri tersebut. Ia mengatakan bahwa bapaknya bukan bapak yang baik. Ia sudah mengetahui bahwa bapaknya mempunyai istri lain dan sudah mempunyai anak. Namun saat ditanya ibunya, anak ini belum mau mengatakannya.
Sepasang suami istri ini sering bertengkar. Sang suami yang kerap terlebih dahulu menyulut pertikaian meski istrinya tak ingin ribut. Suami ini stres karena istri mudanya banyak menuntut sehingga ia mempunyai banyak hutang. Ibu pijat ini disurug mrmbayar hutang suaminya. Beliau kaget didatangi penagih hutang sampai membuatnya pingsan. Saat pingsan itu beliau akan dicekik oleh suaminya. Beruntungnya kejadian itu dipergoki oleh anaknya.
Sejujurnya, ibu ini sudah tak kuat terus berada dalam kondisi seperti itu. Namun, beliau berat untuk bercerai karena kasihan dengan anak-anaknya. Terlebih anak bungsunya yang masih SD sangat dekat dengan bapaknya. Beliau bercerita sempat linglung dan lupa bacaan sholat. Sebab, ia menanggung beban pikiran berat terkait persoalan rumah tangganya. Sampai saat anak bungsunya duduk di bangku kelas 2 SMP akhirnya beliau memutuskan untuk bercerai dengan suaminya.
Setelah perceraian itu, sikap beliau terhadap suaminya masih baik. Beliau menjaga hubungan baik dengan mantan mertuanya yang masih tetangga desa. Bahkan saat anak-anaknya dan orang lain mencaci suaminya karena kekesalan mereka, ibu ini berusaha menenangkan. Beliau sudah tak ambil pusing. Sepenuhnya ikhlas. Sama sekali tak menyimpan dendam. Beliau mengatakan bahwa untuk apa marah dan kesal yang malah akan menimbulkan penyakit.
Setelah melewati ujian yang begitu berat, suatu malam beliau sholat tahajud. Saat itulah beliau seperti mendapat kemampuan untuk memijat. Masyaaallah.. Sekali lagi saya belajar ikhlas dari para ibu yang berjuang dalam kehidupannya yang berat.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar