Semua karena doanya

Membuka lembaran foto lama membuat saya kembali ke masa silam. Saat merasakan serunya pengalaman pertukaran mahasiswa di Universiti Brunei Darussalam. Belajar di lingkungan yang baru, bertemu para mahasiswa asing dan memperoleh banyak pengalaman. Pun memperoleh kesempatan untuk jalan-jalan di negara tetangga, Malaysia. Trip dengan bis ke Sabah, berkendara bersama kawan ke Sarawak dan terbang ke Kuala Lumpur. Mungkin menjadi hal yang biasa bagi orang-orang kaya. Namun hal itu adalah sesuatu yang istimewa bagi anak dari keluarga sederhana seperti saya.

Mimpi untuk menjejakkan kaki di luar negeri selalu saya dengungkan saat berbagi cerita dengan ibu saya. Saya juga selalu memohon doa beliau agar bisa mewujudkan cita-cita saya. Saat itu ibu saya berkata, "Mimpi kamu, Nduk." Namun saya tak patah arang. Saya ingin membuktikan pada beliau bahwa tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an: "dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya." (Q.S. An-Najm: 39).

Seleksi pertama yang saya ikuti berakhir dengan hasil nihil. Pada seleksi kedua, saya lolos seleksi administrasi tapi gagal setelah melewati tahap interview. Hingga akhirnya pada seleksi ketiga saya dinyatakan lolos. Air mata bahagia tak terasa mengalir membasahi pipi. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya bisa menjejakkan kaki di negeri asing.

Selain karena kesungguhan tekad untuk bisa merajut asa, saya yakin kesuksesan yang saya dapatkan itu adalah karena doa-doa ibu saya. Saya percaya beliau tak pernah absen memanjatkan doa untuk saya di setiap munajat kepadaNya. Meski beliau selalu mengkhawatirkan keadaan saya dengan sering menelepon menanyakan kabar, beliau jua yang tak luput mendoakan untuk keselamatan anaknya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi).

Bukankah ridho Allah sejalan dengan ridho orang tua? Jika doa-doanya saja dikabulkan oleh Allah, maka keduanya juga adalah jalan menuju surga jika kita berbakti padanya. Lalu akankah kau abaikan pintu surga yang paling tengah itu saat keduanya masih hidup?
"Orang tua (ibu dan ayah) adalah pintu surga yang paling tengah. Kamu bisa mensia-siakan pintu itu atau kamu menjaganya." (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan oleh Syuaib al-Arnauth).

0 $type={blogger}:

Posting Komentar