Siang
itu, kami bertujuh berkumpul di ruang bimbingan konseling, basecamp baru para
wanita. Maklum saja, kantor atas yang biasa digunakan untuk kantor para guru
perempuan telah disulap menjadi laboratorium komputer. Sementara kantor bawah
telah berubah fungsi menjadi ruang rapat. Jadilah kami lebih suka berkumpul di
ruangan yang sehari-harinya digunakan untuk konseling para siswa.
Ruangan
tersebut pun didominasi oleh para sanguinis. Bisa dibayangkan betapa ramainya
suasana didalam ruangan tersebut. Sementara para siswa sedang menekuri ujian
tengah semester mereka, kami mengisi waktu dengan membicarakan masa kanak-kanak
kami. Mengenang permainan masa kecil. Ah, betapa menyenangkannya masa itu. Ternyata
permainan yang dimainkan oleh anak-anak di usia kami hampir sama. Entah itu
yang berasal dari Nganjuk, Madiun, Mojokerto, Jombang, Kediri ataupun daerah lainnya.
Permainan
masa kecil yang melibatkan banyak orang jenisnya tak terhitung. Mulai dari
betengan, kotak pos, bekelan, dakonan, lompat tali sampai permainan ramalan
konyol tentang berapa jumlah anak kami nantinya. Hihi, bagaimana bisa anak kecil memainkan permainan seperti itu. Saya jadi bertanya-tanya siapa yang pertama kali membuat permainan-permainan semacam itu. Dan bagaimana bisa di berbagai tempat di Indonesia ini memainkan permainan yang sama. Jadilah seperti tercipta permainan universal.
Kami pun bercerita secara bergantian dan mengingat jenis permainan yang dulu sering kami mainkan bersama kawan-kawan. Lebih sering tertawa geli.
Mengingat kekonyolan yang kami lakukan saat bermain dulu. Tapi sungguh, semua itu benar-benar menyenangkan. Kami jadi bisa bernostalgia saat mengingatnya. Sungguh masa yang indah.
Tidak
seperti permainan yang ada sekarang yang kebanyakan hanya perlu colokan listrik
untuk memainkannya. Tanpa adanya teman. Hmm, mungkin generasi saat ini yang
tengah memainkan permainan semacam playstation,
game online dan sejenisnya akan lebih banyak bernostalgia tentang jenis
permainan apa saja yang sudah mereka mainkan, apa yang berhasil mereka
takhlukkan, sampai level berapa atau semacamnya. Bukan pada bagaimana mereka
berinteraksi dengan teman sebaya, keseruan yang mereka dapat atau bahkan bagaimana
mereka berseteru dengan kawan saat ada yang bermain tak fair. Sepertinya cerita mereka kelak tidak akan seseru kenangan
kami saat memainkan permainan zaman dulu. Meski terlihat kuno tapi kesenangan
yang didapat benar-benar nyata.
Besok-besok, anak-anak kita dikumpulin buat main bareng permainan tradisional itu aja ya, girls! :)
mayaaaaaaaaaakkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapusNganjuk dilewati, gak disebut!! mari Madiun langsung Kediri, gak lewat Nganjuk ta??????
hehe, lupa bu'. dah tak edit tuh, dsbutn awal ndri mlah..
Hapussetuju buk!! sukmben nek wes duwe anak kabeh, kita bikin reuni dengan tajuk "Bermain dengan Nostalgia, Bernostalgia dengan Permainan"
BalasHapussiiip... tema acarax dah ada, tnggal bkin proposal. psti heboh kl ank2 qt dkmpuln, ga jauh bda ma emak2nya, hihi...
Hapus