Feminisme V Ranah Domestik (dimuat di Jawa Pos For Her 06 Maret 2011)

Oleh: Mega Anindyawati

“Tanggapan miring atas keberadaan entitas perempuan ini sudah seharusnyalah mulai terhapus dari catatan sejarah. Pasalnya, dibalik sisi biologisnya yang terlihat lemah, ada sejuta kekuatan di sana. Di antaranya adalah kekuatan untuk merubah dunia secara tidak langsung lewat salah satu perannya yang paling penting, yaitu sebagai ibu.” (Ani Fitria WS).
Gerakan feminisme yang demikian pesat berkembang telah membuat kedudukan perempuan tak lagi termarginalkan. Hal inilah yang akhirnya mendorong semakin banyaknya perempuan yang berkarir dan tak hanya berada di sektor domestik. Namun jika hal tersebut disikapi secara kurang tepat, perempuan akan terlena dengan gerakan feminisme dan kesetaraan gender yang diusungnya. Membuat mereka lupa diri dan menganggap peran domestik sebagai suatu hal yang remeh.
Padahal tidak dapat dipungkiri peran utama seorang perempuan adalah sebagai ibu. Definisi ibu tidak terbatas pada wanita yang telah memiliki keturunan, tetapi ibu adalah setiap perempuan dengan naluri keibuan mereka. Secara umum, perempuan dapat menjadi ibu bagi setiap anak, adik maupun anak didik, dan khususnya bagi anak-anak mereka.
Perlu digarisbawahi bahwa ibu mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lily Tjahjandari (2010) “Dalam lingkungan rumah tangga peran ibu sebagai pendidik memang tidak tergantikan, terutama pada masa balita, saat dimana seorang anak menemukan identitas awal.” Dalam hal ini, ibu adalah sosok pembentuk karakter dan perilaku anak pada fase awal pertumbuhan. Mereka juga berperan untuk memberikan arahan agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.
Sebagai tambahan, sukses tidaknya seseorang tergantung pada didikan ibu. Sebagai contoh Nancy Matthews Edison, ibu Thomas Alva Edison sang penemu bola lampu. Thomas dikeluarkan dari sekolah karena menurut pihak sekolah dirinya sangat bodoh dan agak tuli. Namun sang ibu percaya kalau Thomas bukan anak yang bodoh. Nancy mendidiknya sendiri di rumah sehingga Thomas bisa sukses sebagai penemu terbesar di dunia dengan 1093 paten penemuan atas namanya.
Lebih lanjut, seperti halnya kutipan diatas, peran perempuan sebagai ibu dapat mengubah dunia secara tidak langsung. Sebagaimana penelitian pada tahun 1996 yang dilakukan oleh Tony Dickensheets, seorang pendidik Amerika, menunjukkan bahwa sosok ibu di Jepang berperan dalam membentuk sukses ekonomi penduduk Jepang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa unsur kunci dari economic miracle (keajaiban ekonomi) Jepang adalah Kyoiku Mama atau education mama (pendidikan yang diberikan oleh ibu).
Oleh karena itu, peran domestik perempuan sebagai seorang ibu bukanlah suatu hal yang patut untuk diremehkan. Karena bagaimanapun juga orang-orang hebat lahir dari didikan tepat seorang ibu. Dalam hal ini, perempuan bisa jadi mempunyai pengaruh luar biasa untuk memajukan bahkan memundurkan sebuah bangsa dan negara. Namun tidak berarti feminisme yang telah diusung sekian lama harus tumbang. Perempuan memang sudah tidak terlalu dibatasi untuk berada di ranah domestik. Mereka boleh berkarir asalkan tidak melalaikan peran utamanya sebagai seorang ibu.
Maka sangat dianjurkan bagi para perempuan untuk dapat berkarir sekaligus dapat membagi waktu untuk keluarga dan rumah tangga. Hal ini merupakan tantangan bagi kaum perempuan. Tantangan untuk dapat berkarir menyamai bahkan melebihi pria. Juga untuk dapat menerapkan pola asuh yang benar bagi anak-anak mereka. Karena melalui tangan perempuan akan tercipta bibit-bibit unggul yang diharapkan mampu memperbaiki kondisi bangsa dan mengubah peradaban negara Indonesia menjadi lebih baik.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar