Semua orang pasti setuju kalau kesehatan itu sangat penting dan tak ternilai harganya, apalagi kesehatan mata. Dengan mata yang sehat, kita bisa melakukan berbagai aktivitas tanpa terkendala penglihatan yang bermasalah. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi saya. Sejak kelas 1 SMP, mata saya mulai bermasalah. Penyebabnya karena saya sering membaca di tempat yang kurang terang. Alhasil, saya tidak bisa melihat tulisan di papan tulis saat duduk di bangku paling belakang.
Waktu itu saya bercerita pada mama kalau saya tidak bisa melihat dengan jelas benda yang jaraknya jauh. Namun, beliau hanya mengatakan kalau saya harus banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin A. Mama tidak segera memeriksakan mata saya ke dokter mata. Tanpa alat bantu seperti kacamata, saya harus duduk di bangku paling depan dan menyipitkan mata setiap kali membaca tulisan. Sampai seorang guru matematika saya bertanya mengapa saya selalu menyipitkan mata seperti itu.
Saat masuk SMA, saya
memaksa mama untuk memeriksakan kesehatan mata saya ke dokter mata. Setelah dites, benar saja,
kedua mata saya terkena rabun jauh, minus 1,5. Saya pun akhirnya memakai
kacamata. Meski sudah menggunakan alat bantu, saya masih tidak bisa bebas
beraktivitas. Misalnya saat melakukan olahraga favorit saya, berenang, pandangan
saya buram karena tidak memakai kacamata. Rasanya tidak nyaman ketika saya tidak
bisa melihat sesuatu dengan jelas. Saya tidak bisa membaca dan menonton tanpa
kacamata. Saya hanya bisa mengenali seseorang dari bahasa tubuh atau pakaiannya
tanpa bisa melihat wajahnya dengan jelas dari jarak jauh. Bahkan, ketika saya tidak
memakai kacamata, saya tidak bisa menyapu atau mencuci piring dengan bersih.
Saya tidak pernah
memeriksakan kondisi mata saya. Saya tidak tahu apakah minus mata saya
bertambah atau berkurang. Hingga saat hamil, saya harus memeriksakan kondisi
mata karena saya ingin melahirkan normal. Waktu itu minus mata saya sudah
bertambah. Dokter kandungan mengatakan bahwa ibu yang mempunyai minus mata tinggi
berisiko saat melahirkan normal. Setelah diperiksa oleh dokter mata, alhamdulillah tidak ada
masalah dengan mata saya jika harus melahirkan normal.
Dengan beberapa
ketidaknyamanan yang saya rasakan karena memiliki mata myopia, saya berharap
bisa memiliki mata yang sehat. Saya pun rutin mengonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang banyak mengandung vitamin A seperti wortel, brokoli, mangga,
dll. Selain itu, saya juga mengatur kebiasaan saya. Saya membaca di tempat yang
terang, mengatur jarak saat menonton televisi atau menggunakan gadget, dan
mengistirahatkan mata saat sudah lelah setelah beberapa jam melihat layar.
Bebas Beraktivitas Tanpa Kacamata atau
Kontak Lens
Gaya hidup sehat di
atas tidak lantas membuat minus mata saya sembuh sepenuhnya. Sampai akhirnya
saya mendapatkan informasi dari seorang kawan tentang NLC, National Lasik
Center, yang berlokasi di Surabaya. Berita baiknya, penderita gangguan mata
bisa bebas beraktivitas tanpa kacamata atau kontak lensa setelah menjalani bedah
refraktif atau lasik di NLC.
Untuk menjalani lasik di NLC, kita bisa
berkonsultasi terlebih dulu dengan para dokter mata yang berpengalaman dan
kompeten di bidangnya. Bahkan, dokter yang praktik sudah mendapatkan sertifikat
dari Jerman. Konsultasi ini dilakukan untuk mengetahui keluhan dan kondisi
kesehatan mata, lasik apa yang cocok, dan kapan lasik dapat dilaksanakan. Selain
konsultasi, kita juga
harus melakukan pemeriksaan refraksi untuk menentukan jenis kelainan refraksi (apakah
myopia, hipermetropi, astigmatisme atau presbiopi) dan ukurannya.
Ada tiga jenis lasik yang bisa dipilih, yaitu PRK (Photorefractive
Keratectomy), Femto LASIK (Laser Assisted
In-situ Keratomielusis), dan ReLEx® SMILE (Refractive Lenticule Extraction -
Small Incision Lenticule Extraction). Setiap jenis lasik ini memiliki
keunggulan masing-masing.
PRK dipilih sebagian besar orang yang memiliki
kondisi khusus pada struktur mata. PRK dilakukan dengan cara ablasi atau melepas permukaan kornea. Prosedur ini aman untuk pasien yang memiliki
kornea tipis karena hanya ada sedikit sayatan dan tidak ada komplikasi sayatan.
Lalu, ada Femto Lasik yang proses pemulihannya lebih
cepat dan dampak setelah operasi lebih nyaman daripada PRK. Efek terjadinya mata
kering setelah lasik lebih ringan dan minim risiko efek kabut pada kornea.
Terakhir, ada ReLEx® SMILE, bedah refraktif yang paling canggih di
antara ketiga jenis lasik. ReLex SMILE mempunyai keunggulan
yang menggabungkan prosedur PRK dan Femto Lasik. Prosedur ini hanya membutuhkan
sedikit sayatan (2-4 mm) dan tidak ada kompikasi sayatan. ReLex SMILE juga memiliki semua keunggulan yang ada pada
Femto Lasik. Kelebihan lainnya adalah minim gangguan penglihatan pada
malam hari dan proses tindakannya tidak berbau, hampir tidak bersuara, dan
hampir tidak terasa sakit.
Tertarik melakukan operasi
lasik di NLC atau ingin mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai lasik?
Silakan kunjungi https://nationallasikcenter.id/ atau ikuti Instagram @NLCLasikcenter.
Aktivitas Bapak Terganggu Karena Katarak
Selain saya, bapak mertua juga
mengalami gangguan pada mata. Bapak merasa silau saat melihat cahaya dan seolah
ada kabut putih yang menutupi pandangannya. Aktivitas bapak jadi terganggu
karena katarak. Bapak yang biasanya membaca Al-Qur’an selepas salat subuh dan
magrib menjadi kesulitan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan jelas. Apalagi
bapak terbilang aktif di usia beliau yang sudah senja. Di pagi hari, beliau
masih kuat menggarap sawah dan mengelola tambak. Setiap azan berkumandang,
beliau selalu pergi ke masjid untuk menunaikan salat lima waktu. Beliau juga
kerap dimintai tolong para tetangga untuk membantu hajat mereka.
Anak-anak bapak pun sepakat
untuk memeriksakan kondisi bapak. Ketika bapak diminta untuk operasi katarak, kami
langsung menyambut baik. Bapak juga menyetujuinya. Namun, karena bapak belum
punya BPJS, kami pun patungan untuk operasi beliau. Alhamdulillah, setelah operasi,
kondisi mata kiri bapak berangsur membaik. Meski setelah operasi beliau harus
selalu memakai kacamata untuk menghindari paparan debu dan kotoran, terutama
saat berada di luar rumah. Selain itu, beliau juga tidak diperbolehkan menunduk
untuk beberapa lama. Jadilah saat salat beliau duduk di kursi karena tidak bisa
rukuk dan sujud.
Masalah mata kiri bapak
selesai. Tinggal mata kanan bapak yang masih bermasalah. Dokter mengatakan
harus ada jeda minimal enam bulan untuk dilakukan operasi yang kedua. Untuk
operasi katarak bapak yang selanjutnya, kami berencana menggunakan BPJS. Pas
sekali Klinik Mata KMU sudah bekerja sama dengan BPJS. Apalagi ada cabang Klinik
Mata KMU yang dekat rumah bapak, yaitu di Gresik.
Enaknya operasi katarak di
Klinik Mata KMU adalah operasi katarak dapat diproses dalam waktu satu hari
tanpa rawat inap. Operasi katarak dilakukan dengan teknik
Phacoemulsifikasi sehingga selesai dalam waktu 15 menit dan tanpa jahitan.
Pasien dapat beraktivitas pasca operasi dengan pantangan yang minim. Lensa yang
digunakan pun kualitas terbaik, yaitu lensa premium (IOL premium). Operasi katarak
ini ditangani oleh para dokter spesialis mata profesional dan berpengalaman
dengan jam terbang lebih dari 43 ribu operasi katarak dan lebih dari 400 ribu
masalah gangguan mata.
Jadi, jangan ragu
untuk mengembalikan penglihatan orang-orang tersayang dengan operasi katarak. Dapatkan
informasi lengkap mengenai operasi katarak di http://kmu.id/
atau ikuti Instagram @klinikmatakmu.
#lombamenulis
#Worldsightday
#eyelinkgroup