“Fish forever can’t fly. The same
thing goes for bird. It never can swim. At least the fish never try to fly with
its gills to make the bird impressed.”
Suatu
hari, seekor ikan mungil yang tengah asyik berenang di lautan menangkap suara
kepak sesosok makhluk di atasnya. Ia pun mendongak dan mendapati seekor burung
biru. Burung itu terbang berputar di sekitar tempat sang ikan berenang. Pun
berkali mendongak ke bawah. Mendapati sosok asing nun jauh di atas sana, ikan
kecil bersembunyi semakin dalam di peraduannya. Tak berani menampakkan seujung
sisik pun. Namun, si makhluk bersayap tak kalah gigih. Ia malah terbang semakin
mendekati habitat ikan.
“Hai ikan kecil,” sapa burung biru.
“...” Tak ada jawaban. Si makhluk air masih larut dalam
ketakutannya.
“Tenang saja, aku tak akan menyakitimu. Aku hanya ingin
mengenalmu dan belajar tentang ekosistem air,” kata sang burung.
Mendengar perkataan si makhluk bersayap, ikan mungil itu
pun menengok sedikit ke arah burung biru. Ia perhatikan sang makhluk bersayap
di atasnya. Makhluk tersebut tampaknya tak mengancam. Sekarang, ia malah
terlihat kelelahan mengepakkan sayapnya di atas air. Ikan kecil mulai merasa
empati padanya. Perlahan, ia pun muncul ke permukaan.
“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya ikan.
“Aku ingin berteman denganmu,” jawab sang burung.
“Kenapa? Bukankah ada banyak
spesies burung yang mengepakkan sayap yang sama di atas sana? Kenapa kau malah memilih untuk berteman denganku?”
spesies burung yang mengepakkan sayap yang sama di atas sana? Kenapa kau malah memilih untuk berteman denganku?”
“...” Tak ada jawaban. Tentu saja! Si ikan kecil tak
mengutarakan pertanyaannya secara langsung pada kenalan barunya. Ia hanya
bertanya-tanya dalam hati dan rak pernah mendapatkan jawabnya.
“Boleh aku... melihat-lihat apa yang ada dalam air? Ehm,
itu pun jika kau tak keberatan,” tanya burung biru hati-hati.
“Hah?” Ikan mungil tergagap. Apa ia tak salah dengar?
Bagaimana mungkin kawan barunya itu ingin mengetahui kehidupan bawah air? Ia,
yang sehari-hri bernafas dengan trakea! Apa ia ingin mencoba bernafas dengan
insang? Yang benar saja! Yang ada makhluk bersayap itu akan tergagap dalam air.
Mungkin malah akan tenggelam. Atau yang lebih tragis, terbang jauuuh dan takkan
pernah kembali.
Ya, ikan selamanya takkan bisa terbang. Hal yang sama
berlaku untuk burung. Ia takkan pernah bisa berenang. Jauh sebelum ikan
mengenal burung, ikan sudah tahu akan hal itu. Karenanya ia tak ingin berenang
di permukaan. Sama sekali tak pernah berkeinginan untuk mengenal dekat dunia burung.
Berpikir untuk menampakkan diri di depannya saja tidak.
Ikan
sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi makhluk bersayap itu jika mengenal
dunianya. Benar saja! Lihatlah bagaimana raut muka sang burung biru saat
mengetahui kehidupan di permukaan air. Itu baru permukaannya. Si makhluk
bersayap bahkan belum mengetaui dasar laut.
Ah,
entahlah! Ikan kecil tak ambil pusing. Ia tak ingin disibukkan dengan berbagai
kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Setidaknya ia tak berpura-pura menjadi
makhluk bersayap dan berusaha terbang dengan insangnya. Yang terpenting, ia
hanya menjadi seekor ikan. Tak mencoba membuat burung terkesan dengan menjelma
menjadi seekor makhluk bersayap.
Jika
memang burung biru sungguh ingin berkawan baik, tentu ia takkan mengepakkan
sayapnya menjauh. Namun jika sebaliknya, ikan kecil tak keberatan. Ia yakin
dirinya akan mendapatkan sahabat baik yang berinsang. Atau mungkin teman burung
yang bisa sepenuhnya memahami habitatnya. Harapan yang sama ia panjatkan untuk
burung biru. Burung-burung cantik di atas sana yang sudah sejak lama ingin
bersahabat dekat dengan burung biru mungkin bisa lebih memahami dunia si
makhluk bersayap.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar