Di tahap telur hijau Bunda Cekatan ini, kami belajar mengidentifikasi tentang diri sehingga bisa mengenal kelebihan masing-masing. Dengan begitu, kami bisa menentukan kebutuhan belajar dan apa saja yang perlu dikuasai untul menjadi seorang Bunda Cekatan.




Dari banyaknya aktivitas sehari-hari sebagai seorang perempuan, istri, dan ibu ternyata ada beberapa kegiatan yang kita kuasai dan menyenangkan untuk dilakukan. Aktivitas inilah yang menjadi cikal bakal potensi diri untuk menjadi produktif.

Setelah memetakan beragam aktivitas harian, saya menemukan empat kegiatan yang saya bisa dan suka, yaitu:

1.     Menulis

Aktivitas ini rutin saya lakukan setiap hari. Saya selalu meluangkan waktu untuk menulis setelah lewat tengah malam agar lebih fokus dan tidak ada gangguan.

2.     Menyunting naskah (editing)

Setelah belajar tentang editing naskah, saya mulai mengaplikasikan ilmu dari kelas tersebut untuk menyunting naskah dan menjadi editor lepas sebuah penerbit indie.

3.     Mengajar bahasa Inggris

Rasanya menyenangkan jika bisa mengaplikasikan ilmu yang saya dapat di bangku kuliah untuk mengajar les bahasa Inggris di rumah.

4.     Mengajar menulis

Saya senang kalau ada orang lain yang memiliki minat yang sama dengan saya. Mengajar ekstrakulikuler menulis sekaligus menjadi sarana belajar saya untuk lebih mendalami teori-teori kepenulisan.

 

#institutibuprofesional

#hutankupucekatan

#telurhijau

#lacakkekuatanmu

#jurnalmaintelurhijau

 


Oleh: Mega Anindyawati

 

Moms, tahu nggak, sih, kalau 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) itu merupakan periode yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Masa ini dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik. Ada banyak faktor lain yang berperan penting seperti nutrisi, kondisi saat dalam rahim, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, testosteron dan estrogen, kesehatan yang baik dan kebahagiaan. Jadi, tidak selalu orang tua yang pendek akan mempunyai anak-anak yang pendek dan sebaliknya, ya, moms.

 

Nutrisi, Modal Utama Pertumbuhan Anak

 

Nah, di antara banyak faktor itu, nutrisi adalah modal utama untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Nutrisi yang baik mendukung stimulasi anak. Investasi cerdas dalam pemberian nutrisi ini dapat dimulai sejak anak berusia dini. Semakin dini pemberian nutrisi ini, semakin besar dampak yang akan ditimbulkan. Nutrisi ini tidak hanya berdampak jangka pendek, tapi juga memberikan efek jangka panjang. Untuk jangka pendek, nutrisi ini penting untuk perkembangan otak, pertumbuhan otot dan tulang, pertambahan tinggi dan berat badan, dll. Sedangkan untuk jangka panjang, nutrisi yang baik mendukung kemampuan kognitif, kekebalan tubuh, energi untuk aktivitas otak, dll.

 

Dampak Kekurangan Nutrisi

 

Di sisi lain, kekurangan nutrisi atau malnutrisi berdampak pada otak yang sedang berkembang. Sel otak akan terganggu karena serabut syaraf yang terbatas. Hal ini bisa mengarah pada growth faltering atau kondisi gagal tubuh yang menyebabkan stunting, yaitu kondisi tinggi badan anak yang lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak seusianya.

Dalam Corbett dan Drewett (2004), penelitian meta-analisis menunjukkan anak growth-faltering memiliki penurunan IQ sebesar 4,2%. Sementara menurut Kohort di Inggris menyatakan bahwa penurunan nilai IQ anak growth-faltering mencapai 2,71% (Emond et al, 2007). Penelitiannya selama 8 tahun menunjukkan jika pertumbuhan anak optimal maka berat badan anak akan lebih baik dan nilai aritmatikanya juga lebih baik (Black et al, 2007).

Yang memprihatinkan, angka stunting meningkat di masa pandemi COVID-19. Berdasarkan data dari PBB, hampir 7 juta anak di dunia terancam stunting akibat pandemi COVID-19. Sementara data dari Menko PMK menyebutkan angka stunting di Indonesia sekitar 27,6% pada tahun 2019. Jumlah ini diperkirakan naik pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Pasalnya, hanya 19,2% puskesmas yang tetap menjalankan kegiatan posyandu. Sebagai tambahan, asupan protein anak Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, yaitu hanya sebesar 61,10% dibanding Myanmar yang 81,90%. Indonesia hanya lebih tinggi sedikit dari Filipina yang persentasenya sebesar 60,20%.

 

Pentingnya Mengontrol Asupan Nutrisi Anak

 

Berdasarkan survei yang dilakukan Abott, sebanyak 56% dari 1221 orang tua tidak mengukur pertumbuhan anak mereka. Hal ini akan mengakibatkan ketidakmampuan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan sehingga bisa diberikan asupan nutrisi yang sesuai. Oleh karena itu, orang tua perlu mengontrol pemberian nutrisi yang tepat bagi buah hatinya. Berdasarkan rekomendasi WHO, pemberian makan pada bayi dan batita meliputi:

- Inisiasi menyusui dini ASI 1 jam setelah bayi lahir.

- Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan.

- Pemberian MPASI yang adekuat dan aman saat bayi berusia 6 bulan.

- Melanjutkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.

Pada usia 6 bulan, bayi memerlukan tambahan energi 30%, protein 20%, zat besi 95%, zinc 70%, vitamin A 20% (Dewey K. 2001). Lebih lanjut, dalam MPASI harus terkandung sumber karbohidrat (seperti beras, ubi, kentang, singkong), protein hewani (daging sapi, ayam, hati, telur), sumber lemak (minyak, santan, margarin), sayur atau buah (dalam jumlah sedikit), dan produk susu.

 

Protein Hewani Terbaik Dari Konsentrat Protein Susu


Menurut rekomendasi WHO, protein yang lebih baik untuk anak adalah protein hewani dibandingkan protein nabati. Daging unggas, ikan atau telur harus dimakan sesering mungkin. Mengonsumsi satu butir telur setiap hari selama 6 bulan menurunkan stunting pada anak usia 6-9 bulan sebanyak 47%. Daging merah dan hati adalah sumber protein, zat besi, dan seng. Protein hewani ini disarankan karena tubuh lebih mudah mencerna protein jenis ini. Yang paling tinggi adalah konsentrat protein susu (segala jenis produk susu pekat yang mengandung 40-90% protein susu). Nah, pediasure adalah pilihan produk susu yang pas untuk mendukung pertumbuhan anak.

 

Pediasure, Pilihan Duma Riris dan Sherina

 


Sepeti halnya Duma Riris Silalahi (putri Indonesia Lingkungan 2007) yang mempercayakan pilihan susu pada Pediasure karena nutrisi lengkap untuk kedua anaknya yang aktif dan banyak kegiatan. Apalagi pediasure sudah 25 tahun menemani anak Indonesia. Senada dengan Duma Riris, Sherina Munaf (brand ambassador Pediasure) kecil juga nempel banget sama Pediasure. Sherina kecil minum pediasure dua kali sehari. Dia mengaku suka sekali rasa pediasure yang enak, terutama rasa vanilla.

 

Pediasure Formula Baru, Dukung Pertumbuhan Nyata Anak Indonesia

 


Apalagi kini ada pediasure formula baru yang semakin lengkap nutrisinya dengan tambahan Arginine dan vitamin K2. Dari penjelasan Dr. Jose Rodolfo Dimaano, Jr. (medical director for abott nutrition business in Pacific Asia), saya jadi tahu, nih, pentingnya Arginine dan vitamin K2.

 


Arginine berperan penting untuk menstimulasi pelepasan hormon pertumbuhan. Sedangkan Vitamin K2 memfasilitasi pertumbuhan tulang melalui pengaktifan Osteocalcin, sebuah protein yang mengikat kalsium dan menyalurkannya untuk kekuatan tulang. Pediasure formula baru ini kandungannya lengkap banget untuk mendukung pertumbuhan si kecil. Selain arginine dan vitamin K2, ada 3 Sumber Protein Kompleks & MCT 15%, DHA dan AA, Omega 3 dan Omega 6, Prebiotik FOS & Probiotik L.acidophilus, 14 Vitamin & 9 Mineral dan 42% sukrosa lebih rendah.

Pediasure ini tersedia dalam berbagai pilihan rasa seperti vanilla, madu, dan cokelat. Ada berbagai kemasan juga, lho mulai dari 200 gr, 400 gr, 850 gr, dan 1800 gr. Jadi, moms mau pilih yang mana, nih, buat si kecil?

 Untuk informasi dan pemesanan bisa klik website dan media sosial Abbott, ya, moms. 

Website: www.abbott.com

Facebook: www.facebook.com/Abbott

Twitter: @abbottnews dan @abbottglobal

Instagram: @pediasureindonesia


Yuk, dukung pertumbuhan anak Indonesia! 

#tumbuhbersamapediasure

#mominfluencerid

#momblogger

#pediasure




Oleh: Mega Anindyawati*



Judul buku : Ayah, Aku Rindu

Penulis : S. Gegge Mappangewa

Penerbit : Indiva Media Kreasi

Tahun terbit : Maret 2020

Jumlah halaman : 192 halaman

Harga : Rp. 45.000,-

 

Masa remaja kerap disebut sebagai masa pencarian identitas diri, sehingga masa ini umumnya tak lepas dari konflik. Dunia remaja juga identik dengan cinta. Tak heran jika banyak novel remaja yang menyuguhkan menyuguhkan kisah-kisah seputar percintaan. Namun, novel remaja yang ditulis oleh S. Gegge Mappangewa ini menyajikan sensasi yang berbeda. Tetap dibalut dalam dunia remaja yang bersinggungan dengan cinta dan persahabatan, tetapi menyajikan konflik yang jauh dari sekedar virus merah jambu.

Novel yang menjadi juara pertama kompetisi menulis novel remaja Indiva 2019 ini memfokuskan kisah pada konflik batin si tokoh utama dalam menghadapi masalah dalam hidupnya. Rudi Gilang, seorang remaja berusia 18 tahun, dihadapkan pada kenyataan pahit yang terjadi secara beruntun dalam hidupnya. Ibunya meninggal karena kanker rahim. Sejak kematian ibunya, Rudi harus “kehilangan” sang ayah yang mengalami goncangan mental berat. Anehnya, perubahan sikap drastis ayah Rudi ini membuatnya sangat marah dan membenci Rudi, bahkan mengancam membunuhnya.

Daeng Gegge piawai mengolah unsur-unsur intrinsik dalam novel setebal 192 halaman ini. Tema yang disajikan bersifat universal, seperti tentang bagaimana seseorang harus bersabar menghadapi ujian. Tema yang diangkat dalam novel remaja ini adalah kerinduan seorang anak akan kehadiran ayahnya secara utuh sehingga membuatnya belajar dewasa dari problematika kehidupan yang terbilang cukup kompleks untuk anak seusianya. Hal-hal yang menarik ditampilkan melalui sisi religius, nilai-nilai kebaikan seperti jujur, sabar, dan syukur serta moralitas dalam memperlakukan orang dengan gangguan mental. Hasilnya, tema yang terbilang umum menjadi lebih bernas.

Lebih lanjut, plot di dalam novel ini mengombinasikan tiga jenis peristiwa, yaitu peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan (Nurgiyantoro, 2009: 116), secara apik. Peristiwa fungsional yang menentukan perkembangan plot dihadirkan pada tiap bab untuk membuat cerita terus mengalir. Misalnya, saat Rudi menemukan bahwa ada yang tak beres dengan ayahnya (Hikayat Tiga) berlanjut pada pemasungan ayah Rudi oleh warga menuntun Rudi untuk mengambil keputusan apakah akan tetap membiarkan ayahnya seperti itu karena ia tak ingin jauh dari ayahnya atau membawanya ke rumah sakit jiwa (Hikayat Tujuh).

Peristiwa kaitan, yaitu peristiwa-peristiwa yang mengaitkan kejadian-kejadian penting, banyak dijumpai dalam novel ini. Contohnya saat Rudi mengirimkan foto hasil jepretan ayahnya untuk mengikuti lomba foto (Hikayat Delapan). Peristiwa kaitan ini menjadi acuan yang menggiring kemarahan ayah Rudi saat melihat foto Rudi sebagai juara lomba foto di koran (Hikayat Sepuluh).

Selanjutnya, alur maju mundur dalam novel mudah dicerna. Pembaca digiring untuk memahami peristiwa secara runtut dengan flashback yang menyelipkan beberapa kenangan Rudi terkait ayahnya. Penokohan Rudi sebagai remaja laki-laki ditampilkan dengan sikap emosional yang kuat tetapi tidak berlebihan. Sebagai tambahan, gaya bahasa yang digunakan dalam novel tidak mendayu-dayu.

Sisi atraktif lain dalam novel ini ditampilkan dalam latar tempat yang tidak biasa. Unsur lingkungan dan sosial di dalamnya berkelindan menarik. Unsur lingkungan ditonjolkan dengan memaparkan kondisi wilayah Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, yang kotor dan bau karena kebanyakan masyarakatnya berprofesi sebagai peternak. Gunung batu sebagai aset alam juga mulai terkikis akibat aktivitas para pemahat dan pengrajin batu. Unsur sosial dalam cerita terletak pada bagaimana kerajinan alat-alat tradisional itu semakin terpinggirkan dan digantikan oleh alat-alat modern yang lebih canggih.

Seperti beberapa novelnya yang lain, Daeng Gegge, yang lahir di Sidenreng Rappang, cakap mengangkat kearifan lokal yang ada di daerahnya. Ia menjadikan beberapa wilayah di Sulawesi sebagai latar tempat dalam novelnya. Tulisan-tulisannya yang kental akan unsur-unsur sosial, lingkungan, dan kearifan lokal juga menjadi pembeda yang menandai ciri khasnya. Dalam novel remaja ini, Daeng Gegge memasukkan cerita rakyat mengenai La Pagala atau Nenek Mallomo. Tema terkait kerinduan akan keluarga juga masih tak lepas dari sorotannya. Sebagai tambahan, latar belakang penulis sebagai seorang guru juga turut mewarnai kekayaan novel ini.

Namun, novel ini akan bertambah utuh jika sudut pandang orang pertama (aku dan saya) dalam tulisan dan judul digunakan secara konsisten. Selain itu, penggunaan dialek jawa dalam beberapa bagian (hal. 150) sebaiknya dihindari. Ada baiknya memilih nama tokoh yang berbau lokal sehingga semakin menguatkan karakter tokoh dan menjadikan cerita terikat dengan latar tempat. Novel ini juga akan semakin mulus dengan penutup yang tidak terserempak.

Novel “Ayah, Aku Rindu” adalah novel yang kita butuhkan dalam situasi darurat lapar ayah saat ini. Jika ibu adalah madrasah pertama maka ayah yang menjadi kepala sekolahnya. Ayah memegang peran signifikan dalam pengasuhan anak di keluarga. Di zaman ini kita kesulitan menemukan figur ayah semacam ini, yang tidak hanya hadir secara fisik tetapi juga memiliki andil besar dalam pengasuhan. Sebagaimana Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, Lukman, dan para ayah hebat sekelas mereka yang sukses mencetak generasi terbaik.

Sosok ayah dalam diri Rudi memiliki andil besar dalam membentuk kepribadiannya yang positif sehingga ia kesulitan melupakan sang ayah disebabkan eratnya jalinan di antara keduanya. “Saya dan ayah memang sangat akrab. Hampir tak ada jarak yang membatasi kami kecuali rasa sopan yang tetap harus saya jaga.” (hal. 82). Eksistensi peran ayah bisa digantikan oleh figur laki-laki lain saat kehadiran ayah biologis bermasalah. Sebagaimana sosok Pak Sadli, guru sekolah Rudi, yang memengaruhi pengambilan keputusan Rudi terhadap solusi atas masalahnya.

Pada akhirnya novel ini tidak hanya menarik bagi pembaca remaja tapi juga masyarakat umumnya, khususnya para ayah, yang ingin lebih memahami anak-anaknya dan bagaimana memperlakukan mereka sebagai sahabat. Sebab, tanggung jawab utama pengasuhan bukanlah pada ibu, tetapi pada ayah. []


*pegiat literasi dari FLP Sidoarjo

Pentingnya aqil baligh secara bersamaan

Semakin berkembangnya zaman, ternyata aqil dan baligh anak semakin tidak seimbang.  Idealnya saat mencapai usia baligh anak juga akan aqil (mampu berpikir secara dewasa). Namun, anak zaman sekarang rata-rata baligh mulai usia 9 tahun sana baru mencapai aqil saat di rentang usia >20 tahun. Rentang waktu puluhan tahun ini menjadi celah berbahaya.

Anak yang tidak seimbang aqil dan balighnya berpotensi tertarik dan ingin menjalin hubungan dengan lawan jenis tanpa sepenuhnya memahami konsekuensi logis yang harus ditanggung. Oleh karena itu, orang tua penting untuk mengarahkan agar baligh dan aqil bisa berjalan seimbang melalui pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kebutuhan, dialog terkait pendidikan seksualitas dan konsekuensi perilaku terkait dll.

 

#harike10

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Pengaruh media digital terhadap pemahaman seksualitas

Perkembangan zaman dan kemajuan media dimanfaatkan anak untuk belajar apa pun, termasuk mengenai pendidikan seksualitas. Jika orang tua tidak memberikan pendidikan seksualitas pada anak dengan anggapan tabu dll, dikhawatirkan anak akan mencari informasi di tempat lain, seperti media digital. Informasi yang didapat dari media tidak semuanya bisa dipertanggungjawabkan. Ada kalanya informasi tersebut mengandung hoax, tidak sesuai dengan usia anak, dan mengajarkan hal-hal yang sebenarnya tidak atau belum dibutuhkan anak. Selain itu, ada banyak kejahatan seksual di media yang mengintai anak.

Oleh karena itu, orang tua hendaknya waspada dalam memberikan gagdet dan mengontrol penggunaan media anak. Lebih baik lagi jika orang tua sendiri yang terlibat langsung menjelaskan pendidikan seksualitas pada anak dengan referensi dari media, yang dapat disesuaikan dengan usia dan tingkat kebutuhan anak.

 

#harike9

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 

Peran ayah dalam pengasuhan untuk pendidikan seksualitas

Selama ini titik berat pengasuhan anak lebih dibebankan kepada ibu, padahal ayah memegang peranan penting dan utama dalam pengasuhan. Begitu pun dalam pendidikan seksualitas. Hal ini penting agar anak laki-laki mendapatkan informasi mengenai pendidikan seksualitas langsung dari sumber terpercaya, yaitu ayahnya. Bagi anak perempuan, keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan memberikan gambaran mengenai sosok laki-laki ideal sehingga mereka diharapkan dapat terhindar dari penyimpangan atau kejahatan seksualitas.

 

#harike8

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Pendidikan seksualitas sejak dini

Pendidikan seksualitas dirasa sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan dan diajarkan, terlebih pada anak usia dini. Selama ini, pendidikan seksualitas hanya didapatkan anak dari pelajaran biologi di sekolah. Itu pun sebatas pengenalan fungsi organ reproduksi. Padahal sejatinya, anak perlu mendapatkan pendidikan seksualitas sejak dini.

Pendidikan ini tentunya disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, anak usia dini dikenalkan tentang perbedaan laki-laki dan perempuan dan bagian tubuh mana saja yang harus dijaga agar tidak disentuh orang lain, bahkan oleh keluarga dekat, tanpa ada kepentingan. Orang tua juga hendaknya waspada untuk tidak memposting foto anak dalam keadaan tidak berbusana atau membiarkan anak berpakaian minim karena menganggap mereka masih kecil. Hal ini penting untuk menjaga anak agar terhindar dari korban kejahatan seksual.

 

#harike7

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia


Pemahaman perbedaan gender

Pendidikan seksualitas pada anak dimulai dengan mengajarkan perbedaan gender. Gender berbeda dengan seks. Seks terkait jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang sudah diciptakan oleh Tuhan sementara gender adalah bentukan lingkungan, bagaimana seseorang berpikir, berdandan, dan berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya.

Ada beberapa hal penting terkait pendidikan gender pada anak. Orang tua dan keluarga dekat seperti kakak, adik, kakek-nenek dll hendaknya memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Jangan karena menginginkan anak laki-laki, misalnya, orang tua memberi nama dan memperlakukan anak perempuan seperti laki-laki. Demikian pula dengan keluarga dekat. Kakak-kakak perempuan, misalnya, jangan iseng mengajak adik laki-laki bermain make-up atau mendandani adiknya seperti perempuan. Biarkan anak-anak tumbuh sesuai fitrahnya. Tugas kita hanya mengarahkan mereka agar memahami identitas gendernya dan mempersiapkan mereka agar mampu menjadi ayah dan ibu.

 

#harike6

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak usia dini


Day 5: Mengenalkan anak konsep malu dan menutup tubuh.

Kegiatan: Saat anak ingin menemui temannya dalam keadaan tidak berpakaian, bunda ajarkan untuk menutup tubuhnya, meskipun kepada anak yang berjenis kelamin sama. “Malu,” kata bunda sambil menutupi tubuh si kecil. Setelah selesai berpakaian, anak boleh bermain. Anak juga diajarkan untuk tidak hanya memakai pakaian saat di dalam rumah, terlebih ketika keluar rumah.

Evaluasi: Pernah anak mencontoh temannya yang melepas baju sembarangan saat akan mandi. Berkali-kali bunda harus sounding untuk tidak melepas pakaian di tempat terbuka dan jika tidak ada keperluan seperti mandi, BAK atau BAB.

 

#harike5

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia


Kelas bunda sayang Sidoarjo-Mojokerto sepakat untuk bagi tugas dengan membuat kelompok-kelompok kecil agar memudahkan diskusi. Inilah hasil diskusi kelompok yang membahas pencegahan penyimpangan seksual.

 

Ada beberapa pihak yang berperan penting dalam pencegahan penyimpangan seksualitas.

1.           Orang tua

Orang tua harus paham betul tentang aqidah, akhlak, dan pendidikan seksualitas untuk diajarkan kepada anak-anaknya. Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua sebagai upaya pencegahan penyimpangan seksual, diantaranya:

 

a. Dari segi aqidah

- Mengenalkan Allah dan menjadikannya sebagai tempat bergantung saat ada sesuatu yang buruk terjadi.

- Membuat anak mencintai Allah dan selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga tidak berani berbuat yang tidak baik meskipun tidak ada yang orang yang melihat.

 

b. Dari segi akhlak

- Mengajarkan konsep malu pada anak.

- Orang tua memberi contoh menjaga aurat dengan tidak berpakaian minim didepan anak serta berperilaku sesuai dengan aturan (ada batasan perilaku interaksi meskipun dengan orang yang berjenis kelamin sama).

- Mengajarkan anak untuk menutup aurat kepada siapa pun, termasuk saudara dan keluarga serta teman berjenis kelamin sama.

 

c. Pendidikan seksualitas

Berdasarkan materi fitrah seksualitas oleh Ustaz Harry Santosa, sangat penting menjaga anak agar tidak tercerabut dari orang tuanya sejak usia dini sehingga ia akan tumbuh sesuai fitrahnya (tidak mengalami gangguan kejiwaan, depresi atau bahkan penyimpangan seksual). Pada usia 0-2 tahun, anak laki-laki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada proses menyusui. Pada usia 3-6 tahun, anak laki-laki dan perempuan harus dekat dengan ayah dan ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional, terlebih anak usia 3 tahun harus memastikan identitas seksualitasnya. Pada usia 7-10 tahun, anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah karena pada usia ini egosentrisnya bergeser ke sosiosentris, mereka memiliki tanggung jawab moral dan di saat yang sama ada perintah salat. Pada usia 10-14 tahun adalah tahap kritis di mana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan. Di usia ini, anak laki-laki didekatkan ke ibu dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Hal ini bertujuan agar baik anak laki-laki maupun perempuan memahami bagaimana memperlakukan laki-laki atau perempuan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Adapun beberapa pendidikan seksualitas anak berdasarkan rentang usia dijelaskan sebagai berikut:

 

Anak usia dini

- Pengenalan perbedaan jenis kelamin mulai anak usia dini. Laki-laki berambut pendek, pakai celana, suka main mobil-mobilan. Perempuan berambut panjang, pakai jilbab, suka main boneka dan masak-masakan.

- Memakaikan atribut sesuai jenis kelamin anak. Laki-laki memakai celana, peci. Perempuan memakai rok, kerudung.

- Tidak mendandani anak laki-laki seperti anak perempuan, misalnya iseng memakaikan make-up atau atribut perempuan, dan sebaliknya.

- Mengajarkan anak untuk menjaga dirinya dan tidak mau disentuh bagian vital tubuhnya (dada, pantat, alat kelamin).

- Mengajarkan anak agar berani berkata tidak jika ada orang yang ingin menyentuh bagian vital tubuhnya.

- Memberi tahu anak agar berani melaporkan pada orang tua, guru, atau orang yang dipercaya jika ada orang yang ingin berbuat tidak senonoh padanya.

 

Usia 7-10 tahun

- Mengusahakan agar anak bermain dengan kawan yang berjenis kelamin sama untuk menghindari laki-laki ikut main mainan perempuan dan sebaliknya.

- Pemisahan kamar anak mulai umur 10 tahun, setidaknya tidak tidur dalam selimut yang sama (pisah tempat tidur) untuk mencegah perbuatan homoseks dan lesbian.

- Memberi edukasi terkait masalah balig pada anak (terkait perubahan yang terjadi pada dirinya).

 

Remaja

-             Memberikan pemahaman tentang perbedaan peran laki-laki dan perempuan serta tanggung jawab yang dipikulnya.

-             Memberikan pemahaman pada anak tentang tanggung jawab yang ditanggung apabila melanggar norma terkait perilaku seksual.

-             Berdialog dengan anak mengenai fenomena terkait penyimpangan seksual.

 

2.           Sekolah

Sekolah turut memegang peranan dalam upaya pencegahan pendidikan seksualitas. Beberapa hal yang bisa dilakukan sekolah, yaitu:

-             Memberikan pemahaman pada siswa TK/SD mengenai cara menjaga diri agar tidak disentuh orang lain, edukasi pada siswa SD tingkat akhir terkait masa balig, dan pemahaman mengenai tanggung jawab dan konsekuensi yang ditanggung apabila melanggar norma terkait perilaku seksual pada siswa SMP/SMA.

-             Memiliki aturan yang tegas terkait perilaku penyimpangan seksual yang terjadi di sekolah merujuk pada  permendikbud Permendikbud No. 82 Th. 2015 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah. Sebab, menurut data KPAI, banyak guru dan kepala sekolah yang belum tahu tentang peraturan tersebut.

 

3.           Masyarakat

Pihak yang berperan selanjutnya adalah masyarakat yang harus peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.

-             Mengawasi dan menegur apabila menemukan perilaku penyimpangan seksual.

-             Melaporkan perilaku penyimpangan seksualitas kepada pihak yang berwenang.

-             Membuat inovasi terkait pendidikan seksualitas dan kontrol sosial seperti inovasi untuk mencegah penyimpangan seksual. Contohnya, aplikasi DDS (deteksi disorientasi seksual) sebagai pendeteksi perilaku penyimpangan seksual melalui game berbasis mobile learning untuk anak usia dini dari salah satu mahasiswa prodi PG PAUD FIP Universitas Negeri Malang.

 

4.           Lembaga terkait

-             Memberikan penyuluhan terkait penyimpangan sosial dan bahayanya.

-             Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai apa yang harus dilakukan apabila menemui kasus penyimpangan seksual.

-             Membantu proses rehabilitasi korban dan pelaku penyimpangan seksual.

-             Menindak pelaku penyimpangan seksual sesuai dengan hukum yang berlaku.

 

Referensi:

- Santosa, Harry. (2018). Fitrah Based Education. Yayasan Cahaya Mutiara Timur.

- Ch., Ani (2021). Tuntas Seksualitas. Filla Press.

- Ideo, Watiek. (2011). Aku anak yang berani bisa melindungi diri sendiri. PT Gramedia Pustaka Utama.

- Hanum, Fadhila. Menjaga Diriku. Maskana kids.

- Bercermin dari Kasus Reynhard, Ini Pentingnya Pendidikan Seks Sejak Dini, https://www.google.com/amp/s/amp.ayobandung.com/read/2020/01/10/75974/becermin-dari-kasus-reynhard-ini-pentingnya-pendidikan-seks-sejak-dini.

 

#harike4

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 


Urun rembuk diskusi

Topik kelompok 8: Penyimpangan seksualitas, pencegahan, dan solusinya.

 

Penyimpangan seksualitas: LGBT, dll.

 

Pencegahan:

-         Mengenalkan Allah dan menjadikannya sebagai tempat bergantung saat ada sesuatu yang buruk terjadi.

-         Membuat anak mencintai Allah dan selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga tidak berani berbuat yang tidak baik meskipun tidak ada yang orang yang melihat.

-         Mengusahakan agar anak bermain dengan kawan yang berjenis kelamin sama untuk menghindari laki-laki ikut main mainan perempuan dan sebaliknya.

-         Memakaikan atribut sesuai jenis kelamin anak. Laki-laki memakai celana, peci. Perempuan memakai rok, kerudung.

-         Tidak mendandani anak laki-laki seperti anak perempuan, misalnya iseng memakaikan make-up atau atribut perempuan, dan sebaliknya.

-         Pengenalan perbedaan jenis kelamin mulai anak usia dini. Laki-laki berambut pendek, pakai celana, suka main mobil-mobilan. Perempuan berambut panjang, pakai jilbab, suka main boneka dan masak-masakan.

-         Pemisahan kamar anak mulai umur 10 tahun, setidaknya tidak tidur dalam selimut yang sama (pisah tempat tidur) untuk mencegah perbuatan homoseks dan lesbian.

-         Orang tua memberi contoh menjaga aurat dengan tidak berpakaian minim di depan anak serta berperilaku sesuai dengan aturan (ada batasan perilaku interaksi meskipun dengan orang yang berjenis kelamin sama).

-         Mengajarkan anak untuk menutup aurat kepada siapapun, termasuk saudara dan keluarga serta teman berjenis kelamin sama.

-         Mengajarkan konsep malu pada anak.

-         Mengajarkan anak untuk menjaga dirinya dan tidak mau disentuh bagian vital tubuhnya (dada, pantat, alat kelamin).

-         Mengajarkan anak agar berani berkata tidak jika ada orang yang ingin menyentuh bagian vital tubuhnya.

-         Memberi tahu anak agar berani melaporkan pada orang tua, guru, atau orang yang dipercaya jika ada orang yang ingin berbuat tidak senonoh padanya.

 

Solusi:

-         Tetap tenang. Tanyakan kenapa anak berperilaku demikian. Bisa jadi anak begitu karena tidak tahu dan hanya mencontoh apa yang dilihatnya.

-         Berikan pemahaman pada anak bahwa dia adalah laki-laki (atau perempuan sesuai jenis kelaminnya) dan beri tahu contoh perilaku seperti halnya laki-laki (perempuan).

-         Batasi jarak anak dari saudara atau teman yang memberi pengaruh dalam berperilaku menyimpang. Jika memungkinkan, anak tersebut bisa ditegur baik-baik.

-         Bicarakan dengan pasangan. Suami biasanya punya solusi cerdas yang bisa jadi tidak kita pikirkan saat kita panik.

-         Buat aturan dan kesepakatan dengan anak tentang perilaku apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan beserta konsekuensinya.

-         Sepakati bersama konsekuensi yang diterima anak jika melanggar.

-         Koordinasikan dengan pihak sekolah untuk pendampingan pendidikan seksualitas yang membutuhkan pihak/ahli terkait.

-         Konsultasikan dengan psikolog jika perilaku menyimpang anak sulit untuk dikendalikan.

 

#harike3

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 

 

Mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak usia dini

 

Day 2: Mengenalkan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Aktivitas: Anak memberi label teman dan orang yang dikenalnya apakah laki-laki atau perempuan setelah bunda menyebutkan perbedaan ciri-cirinya.

Evaluasi: Masih perlu diajarkan lagi. Anak kadang masih belum tepat menyebutkan jenis kelamin seseorang.

 

#harike2

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 

Mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak usia dini

 

Day 1: Mengenalkan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Aktivitas: Anak mencocokkan baju yang dipakai anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki memakai peci dan celana panjang. Anak perempuan memakai kerudung dan rok.

Evaluasi: Sukses.

 

#harike1

#tantangan15hari

#zona7pendidikanseksualitas

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Nama: Nabil (2 y)

Hari ke- : 10

 

Rencana stimulasi:

- Mengenal nama simbol tertulis.

- Menabung koin setiap hari.

 


Aksi:

- Membuat lesson plan setiap hari.

- Menyiapkan simbol angka 1-3, bulatan sejumlah angka dan lem.

- Mengajak anak menempel simbol angka dan mencocokkan dengan bulatan sebanyak angka.

 

Refleksi:

- Alat dan bahan tersedia.

- Anak mau mengelem, ikut menempel, menghitung, tapi tidak terlalu memperhatikan bulatan angka yang ditempel.

- Kegiatan terlaksana dengan baik.

 

Bintangku hari ini:  puas

⭐⭐⭐⭐

 

#harike10

#tantangan15hari

#zona6stimulasikecerdasanmatematikadanfinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 

 

Nama: Nabil (2 y)

Hari ke- : 9

 

Rencana stimulasi:

- Mengenal nama simbol tertulis.

- Menabung koin setiap hari.

 


Aksi:

- Membuat lesson plan setiap hari.

- Menyiapkan papan tulis hapus. Bunda menulis angka dan menggambar sejumlah angka secara acak.

- Mengajak anak mencocokkan jumlah benda dengan angka.

 

Refleksi:

- Alat dan bahan tersedia.

- Anak fokus mencocokkan. Beberapa kali salah mencocokkan tapi masih antuasias. Dia minta mengulang permainan sampai enam kali.

- Kegiatan terlaksana dengan sangat baik.

 

Bintangku hari ini:  sangat puas

⭐⭐⭐⭐⭐

 

#harike9

#tantangan15hari

#zona6stimulasikecerdasanmatematikadanfinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 

 


Nama: Nabil (2 y)

Hari ke- : 8

 

Rencana stimulasi:

- Mengenal nama simbol tertulis.

- Menabung koin setiap hari.

 


Aksi:

- Membuat lesson plan setiap hari.

- Menyiapkan kartu bertuliskan angka 1-3 dengan gambar benda sebanyak jumlah angka.

- Mengajak anak mengenal simbol angka 1-3 dengan menghitung lalu bunda menuliskannya. Angka 1 seperti ulat, angka 2 seperti bebek, dst.

 

Refleksi:

- Alat dan bahan tersedia.

- Anak fokus menyimak, antusias menghitung, dan menirukan menulis angka 1. Angka 2 dan 3 diabaikan  karena masih kesulitan menuliskannya.

- Kegiatan terlaksana dengan sangat baik.

 

Bintangku hari ini:  sangat puas

⭐⭐⭐⭐⭐

 

#harike8

#tantangan15hari

#zona6stimulasikecerdasanmatematikadanfinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 

 


Nama: Nabil (2 y)

Hari ke- : 7

 

Rencana stimulasi:

- Mengenal angka melalui obyek konkret (mainan lego bentuk peluru).

- Menabung koin setiap hari.

 



Aksi:

- Membuat lesson plan setiap hari.

- Menyiapkan mainan lego bentuk peluru.

- Mengajak anak bermain sambil menghitung 1-10.

 

Refleksi:

- Alat dan bahan tersedia.

- Anak antusias menghitung sampai kemudian teralihkan fokusnya untuk bermain lego.

- Kegiatan terlaksana dengan sangat baik.

 

Bintangku hari ini:  puas

⭐⭐⭐⭐

 

#harike7

#tantangan15hari

#zona6stimulasikecerdasanmatematikadanfinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

 

 


Nama: Nabil (2 y)

Hari ke- : 6

 

Rencana stimulasi:

- Mengenal angka melalui obyek konkret (mainan lego bentuk balok)

- Menabung koin setiap hari.

 


Aksi:

- Membuat lesson plan setiap hari.

- Menyiapkan mainan lego bentuk balok.

- Mengajak anak bermain sambil menghitung 1-8.

 

Refleksi:

- Alat dan bahan tersedia.

- Anak antusias menghitung sampai selesai.

- Kegiatan terlaksana dengan sangat baik.

 

Bintangku hari ini:  sangat puas

⭐⭐⭐⭐⭐

 

#harike6

#tantangan15hari

#zona6stimulasikecerdasanmatematikadanfinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia