Menulis surat untuk orang terkasih selalu menyimpan keharuan tersendiri. Inilah misi terakhir matrikulasi Institut Ibu Profesional. Menulis surat cinta untuk suami, anak, atau orang tua. Lalu, menyampaikan aliran rasa saat menulis, mengirim, dan mendapatkan balasan suratnya. 

Pada dasarnya saya cukup sering mengirim surat kepada suami. Sebab, saya lebih nyaman menyampaikan seluruh uneg-uneg lewat tulisan. Pun menulis kata-kata sayang padanya. Bukankah cinta itu memang harus disampaikan meski kami tahu bahwa kami saling sayang? Tentu sah-sah saja jika dilakukan pada tempatnya. It's a secret between god and us.

Nah, setiap kali saya menuliskan apa yang saya rasakan selama bersama ayah dari anak saya itu, kristal bening kerap mengaburkan pandangan. Turun satu per satu menjelma gerimis. Kata syukur tak henti terpanjatkan atas salah satu anugerah berupa jodoh yang Allah berikan. 

Dan setelah saya kirimkan surat itu, beberapa menit kemudian saya mendapatkan surat balasan. Sebuah pesan manis yang menghangatkan jiwa. Kembali saya merenung. Introspeksi akan perjalanan biduk rumah tangga kami yang baru seumur jagung. Evaluasi kekurangan diri dan saling menguatkan. 

Semoga rumah tangga kami sakinah, mawaddah wa rahmah, diridhoi-Nya serta langgeng sampai akhirat kelak, aamiin. 

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah