Kening saya berkerut membaca misi 7 kali ini. Ada tanda tanya besar yang bercokol di pikiran. Setelah menyimak video siaran langsung bersama WI bunda Maria Ulfah dan diskusi di WAG bersama WI bunda Farda, saya masih berusaha menemukan benang merah antara penjelasan para WI dengan misi connecting the dots. 

Seperti apa aku ini? 
Apa yang membuatku unik? 
Nilai-nilai apa yang aku miliki? 
Apa yang aku perjuangkan? 
Apa kesamaanku dengan Institut Ibu Profesional? 

Misi 7 mengenai connecting the dots ini benar-benar butuh perenungan mendalam. Diri kita sendiri bahkan terkadang belum sepenuhnya mampu mengenal pribadi kita. 

Lalu saya menemukan clue dari WI bunda Maria, mengenai connecting the dots yang dipopulerkan oleh Steve Jobs. Bahwa titik-titik dalam hidup kita adalah masa lalu yang akan membentuk jalinan peristiwa yang kita alami sekarang. 

Intinya memang tidak ada yang tiba-tiba terjadi dalam hidup. Allah memang yang merancang takdir kita, dan kitalah yang "menginginkannya" menuju kesana. Seperti saat saya bergabung dengan Institut Ibu Profesional. Sebelumnya saya sudah punya ketertarikan untuk belajar mengenai ilmu parenting. Dan bertemu dengan Ibu Profesional seolah menjadi sekolah tempat saya kembali menuntut ilmu mengenai bagaimana mengembangkan diri sebagai seorang ibu. 

Dan setelah misi 7 berhasil dilalui, inilah yang kami peroleh.. 



#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah
Assalamu'alaikum. Hai-hai para ibu penjelajah samudera. Petualangan kita kali ini semakin seru, ya. Terus menggali diri untuk menemukan potensi berupa mutiara tersembunyi yang ada dalam diri setiap ibu. 

Setelah mendengarkan penjelasan WI @Bunda Maria Ulfa mengenai piramida Ibu Profesional dan karakter moral Ibu Profesional serta berdiskusi dengan WI @Bunda Farda, saya merasa semakin tercerahkan dan yakin untuk memilih Institut sebagai rumah belajar. Misi ke-7 kali ini adalah tentang connecting the dots, sebagaimana yang dipopulerkan oleh Steve Jobs. Bahwa segala pengalaman kita di masa lalu berkoneksi membentuk jalinan titik-titik yang pada akhirnya akan bermuara pada hal yang ingin dicapai. Maka, perbanyaklah titik-titik tersebut. 

Misi 7 : Connecting the Dots


Dan inilah titik-titik saya.. Sehari-hari saya menjalani peran sebagai seorang full time mommy yang hobi menulis. Saya senang belajar, terutama mengenai segala hal yang berhubungan dengan parenting dan dunia kepenulisan. Hasil belajar tersebut kemudian saya coba terapkan dalam keseharian. 

Baca juga:

Parenting menjadi bekal perjalanan saya dalam menemani tumbuh kembang si kecil. Sementara menulis merupakan sarana menyalurkan segenap gagasan dan perasaan, sekaligus tempat untuk Me-Time, hehe. 

Nah, dalam proses belajar tersebut ada nilai-nilai yang menjadi sumbu agar saya tetap semangat untuk belajar dan berkarya, yakni curiosity (rasa ingin tahu) dan semangat berbagi melalui tulisan. Semoga tulisan-tulisan tersebut dapat menjadi ladang dakwah dan media berbagi kebaikan, aamiin. 

Ya, saya tengah berjuang mengenali diri sepenuhnya dan berbenah untuk melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik. 

Menilik kembali jejak langkah saya beberapa jengkal ke belakang, titik-titik dalam hidup saya tersebut pada akhirnya menghubungkan saya dengan Ibu Profesional. Kembali saya mengucap syukur karena telah dipertemukan-Nya dengan sebuah forum belajar untuk para Ibu dan calon Ibu, khususnya Institut Ibu Profesional. Saya berharap dapat mengembangkan diri dan memberikan manfaat bagi sesama, sebagaimana yang selalu didengungkan oleh para Widyaiswara. Proses belajar bermuara pada akhlak mulia yang tercermin dari sikap percaya diri, terus mengembangkan diri, mampu mendidik dan mengembangkan anak, dan hebat mengelola keluarga.

#matrikulasibatch8
#navigasidanberaksi
#institutibuprofesional
#belajardarirumah
Setiap orang tentu pernah mengalami suatu masa dimana ia merasa terpuruk. Merasa kalah, lemah, dan kecenderungan negatif lainnya. Demikian pula saya. Masa-masa ini membuat hari-hari gelisah. Hati tak tenang, rasanya uring-uringan.



Baca juga:


Pada titik itu rasanya saya ingin berhenti, berbalik, atau bahkan lari. Tapi saya sadar semua itu sama sekali tak menyelesaikan. Yang ada hanya keputusasaan yang terus menggerus semangat. Saya ingin menyerah. Melambaikan bendera putih. Tapi ada sesuatu yang lain yang kemudian mendorong saya, meraih tangan saya, mengajak saya bangkit. “Hey, kamu tak sendiri,” katanya. “Ada jutaan kepala yang pernah mengalami hal yang sama. Bahkan mereka berada dalam posisi yang lebih buruk darimu.”
Lantas, apa yang membuat mereka bangkit? Apa yang membuat mereka pada akhirnya kembali berlari mengejar mimpi? Terus merangkak walau berat, tetap berjalan meski tertatih. “Ingatlah kembali hakikat penciptaanmu di dunia ini,” dengungnya lagi. Saya seolah tertampar. Apa yang saya lakukan selama ini sudah sejalan dengan apa yang diinginkan-Nya saat menciptakan kami, yang dikatakan malaikat sebagai mereka yang membuat kerusakan di bumi? 

Neuron dan sinapsis dalam otak saya berkelindan mengeja setiap adegan kehidupan yang digariskan-Nya. “Come on, apa memaafkan sesuatu yang buruk di masa lalu sesulit itu? Tidak! Kau hanya menyimpan api. Yang jika terus kau pelihara akan menjadi noda hitam yang bercokol hatimu.” Saya mulai berusaha memaafkan. Perlahan, meski terkadang tak mudah. Tapi saya harus bisa.

Baca cara menyembuhkan inner child disini. 


Adegan lain yang merupakan manifestasi munajat panjang saya menjelma. Sesuatu kembali menampar saya. “Bukankah ini yang selama ini kau idam-idamkan? Lantas, kenapa sekarang kau abaikan, seolah ia tak pernah menjadi bagian dari asa yang kau rajut?” Ya, saya harus berbenah. Menata hati lebih bijak lagi. Mengatur segala urusan. Menempatkan skala prioritas agar tak ada yang terdzalimi. Jundi kecil itu, dia anugerah terindah-Nya, yang tak semua orang mendapatkan amanah tersebut. Dikirim langsung oleh-Nya dengan ekspedisi bernama kesabaran yang dibawa kurir doa. Tidak, saya tak boleh menyia-nyiakannya. Terima kasih Ya Rabb telah mengantarkan saya menjadi bagian dari Institut Ibu Profesional untuk bisa belajar lebih baik lagi dalam mengelola diri menjalani peran sebagai seorang ibu. Simak kisah saya disini.

Tak selesai sampai disitu, ketakutan lain membayang. Menjelma sesuatu hitam pekat yang meninggalkan getir. Ya, impian untuk berdakwah melalui tulisan. Mimpi yang saya rajut semenjak manusia belum mengenal kata smartphone. Akankah ia kandas begitu saja? Tidak! Saya sadar pada akhirnya saya takkan pernah bisa melepasnya walau berat.

Intip tips-tips seputar dunia penulisan disini.


Coz I know I can be better. 


#matrikulasibatch8
#navigasidanberaksi
#institutibuprofesional
#belajardarirumah