Dalam status WA-nya, ada beberapa kawan yang sengaja mensensor wajahnya atau anaknya. Mungkin tampak hanya sebagai "lucu-lucuan" dengan beragam emoticon yang menutupi. Namun, sepertinya mereka berusaha menghindarkan diri dan keluarganya dari 'ain. Dalam postingan grup pengajian, saya pernah membaca ada yang namanya penyakit 'ain (penyakit mata).
Ain ini timbul apabila ada orang yang melihat dengan pandangan takjub yang berlebihan atau dengki. Ain ini bisa disebabkan oleh jin dan manusia. Efeknya, orang yang terkena ain ini akan terkena sakit, yang bukan termasuk sakit yang bisa dideteksi oleh medis. Bagi bayi, ia akan rewel dan tidak mau menyusu tanpa sebab.
Pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ada seorang sahabat yang terkena penyakit ain karena dilihat oleh saudaranya yang lain. Ia pun dimandikan dengan air bekas orang tersebut. Nah, kalau zaman now bagaimana bisa mendeteksi siapa yang telah menyebabkan ain? Postingan di sosial media bisa saja dilihat jutaan orang dari segala penjuru dunia dan akan sangat sulit untuk menemukan pelakunya.
Maka, untuk menangkal dari bahaya ain, Rasulullah menganjurkan kita agar  membentengi diri dengan rajin membaca dzikir pagi dan petang. Sebab,  didalamnya terdapat doa-doa perlindungan  dan ayat-ayat ruqyah pilihan. Surat-surat yang dibaca antara lain surat Al-Fatihah, 5 ayat awal surat Al-Baqarah, ayat kursi dan beberapa ayat akhir surat Al-Baqarah, surat Al-Ikhlas (3x), Al-Falaq (3x) dan An-Nas (3x). Selain itu, ada beberapa orang yang memilih untuk berhati-hati dengan tidak memposting foto wajah mereka (hanya tampak dari belakang atau wajah ditutupi). Bagi yang melihat sesuatu yang menakjubkan hendaknya mengucapkan "Masyaaallah tabarakallahu". Allahu a'lam.
Bau rokok menyebar memenuhi udara pagi. Acara berjemur pagi itu sedikit terganggu dengan polusi yang ditimbulkannya. Saya bergeser beberapa langkah dari tempat biasa menjemur si kecil. Terpaksa berdiri karena kursi yang biasa saya duduki letaknya dekat dengan sumber polusi.
Seorang remaja laki-laki berseragam batik menghembuskan asap dari mulutnya. Ia dengan santainya mengepulkan ratusan zat berbahaya dari dalam paru-parunya. Jam sudah menunjukkan waktu masuk sekolah tapi ia malah asyik nongkrong disana. Terlebih anak itu adalah siswa SMP islam. Saya geleng-geleng prihatin. Rokok itu dihisap oleh anak usia sekolah. Sang penjual pun setiap hari menjajakan rokok itu padanya.
Dilihat dari sisi manapun, rokok itu tidaklah berfaedah. Mungkin produsen berdalih pabrik rokok memberikan lapangan pekerjaan bagi ratusan pekerjanya. Jika memang begitu, kenapa tidak membuka usaha lain yang tidak "membunuh" orang (perokok aktif dan pasif)? Mungkin para penghisap rokok berpendapat rokok itu menenangkan. Jika memang demikian, kenapa tidak membaca Al-Qur'an? Bukankah Al-Qur'an itu adalah obat bagi jiwa?
Sesungguhnya rokok itu hanyalah kebodohan dan pemborosan. Bagaimana tidak! Padahal sudah ada segambreng peringatan tentang bahaya rokok. Padahal di bungkusnya kini tertera gambar beragam penyakit yang mengerikan. Padahal sudah banyak contoh orang di sekitar yang menghembuskan nafas terakhirnya karena rokok. Akan tetapi yang mengisapnya dengan santai masih saja jutaan. Belum lagi uang yang dibuang tiap kali lintingan itu dibakar. Jika sehari saja menghabiskan 1 pak rokok seharga 12 ribu, maka sebulan 360 ribu dan setahun 4 jt lebih. Tidakkah lebih elok jika uang sebanyak itu dianggarkan untuk keperluan yang lebih bermanfaat seperti infaq dll. Islam pun telah mengingatkan bahwa sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan. So, masih mau ngerokok? The choice is yours!
"Kalau kau ingin tahu betapa berharganya waktu satu detik, maka tanyakanlah pada pelari." Itu satu kalimat yang pernah saya baca. Lengkapnya saya lupa. Yang pasti, satu kalimat yang terngiang kembali di memori saya itu mengingatkan saya akan pentingnya waktu. Di dalam Al-Qur'an, Allah banyak bersumpah demi waktu. Ya, waktu itu ibarat pedang. Jika kita tak menggunakannya dengan baik, maka ia yang akan membunuh kita. Islam pun mengajarkan pentingnya waktu ini dengan menekankan untuk memanfaatkan 5 waktu ini dengan sebaik-baiknya. Waktu-waktu itu adalah waktu sehat sebelum sakit, waktu lapang sebelum sempit, waktu kaya sebelum miskin, waktu muda sebelum tua dan waktu hidup sebelum mati.
Yang jelas, saya semakin menyadari betapa berharganya waktu ini saat memiliki bayi. Seorang ibu tentu pernah merasakan betapa hari-harinya penuh dengan kesibukan mengurus si kecil. Mulai dari bangun tidur sampai sehari semalam. 24 jam dalam sehari. 7 hari dalam sepekan. Sebagian besar waktunya habis untuk merawat buah hati tercinta. Bahkan untuk ke kamar mandi pun harus curi-curi waktu. Itu pun diiringi tangis si kecil yang sudah mulai membahana, hehehe..
Akan tetapi, tentunya semua perjuangan itu tak akan selamanya berat. Akan ada hari-hari dimana si kecil mulai bisa menjadi lebih tenang dan tak lagi serewel sebelumnya. Dan yang perlu digarisbawahi adalah waktu untuk merawat, membesarkan dan mendidik anak tidaklah lama dibandingkan dengan hasil yang akan dipetik nantinya. Mungkin hanya sekitar 21 tahun (jika ditinjau dari pendidikan anak dalam islam pada  3 fase dalam  7 tahun). Selebihnya, pemuda/i itu akan tumbuh menjadi jundullah yang mencintai rabbnya, jika memang kita libatkan IA dalam mendidik anak-anak kita. Ya, karena Allahlah sebaik-baiknya pendidik. Kita hanyalah orang tua yang dhoif. Maka, mari kita manfaatkan waktu untuk membersamai anak-anak kita di tengah kesibukan lain yang juga menuntut perhatian. Semoga Allah mampukan kita menjadi orang tua yang sholih, aamiin.
...
"Ibu, lelahmu itu akan terbayarkan nanti. Saat kau dapati anak-anakmu menjadi penyejuk hati.
Ibu, energi yang kau keluarkan itu tidaklah sia-sia. Ketika kau sadari ia tumbuh menjadi generasi rabbani."
Oleh : Iin Savitry, *Bunda Bidadari*

Serial Kulwap Pengasuhan Anak Muslim

Materi 3 : *Bahasa Cinta Untuk Ananda*

Bismillah.

Sebagai orangtua beriman, kita semua sudah paham bahwa  tugas utama kita di dunia adalah mempersiapkan buah hati kita untuk mampu dan sukarela menjalani peran peradabannya sebagai hamba Allah di muka bumi ini.

Namun tugas mulia ini tak mudah dijalani.
Lalu, sebagai 'orangtua biasa' yang dikaruniai buah hati luar biasa di rumah kita, apa yang bisa dan harus kita lakukan?

Allah telah memberi kita banyak petunjuk di ayat-ayat cintaNYA. Diantaranya tertera di surah *Al Baqarah QS :151*. Ayat cinta Allah ini memberitahukan kepada kita, langkah apa yang _harus_ dan _bisa_  kita lakukan untuk *menumbuhkan fitrah keimanan* dan *fitrah belajar* di dalam diri ananda tercinta, sejak ananda masih dalam kandungan hingga mereka aqil baligh.

Bagi orangtua, 'cukup' dengan menjalani dua tugas secara konsisten, maka Allah akan selesaikan sisanya.
1. *Bacakan Alquran ke anggota keluarga (pasangan dan buah hati)*
maka ๐Ÿ”œ Allah akan menyucikan jiwa bagi pembaca dan pendengarnya.
2. *Sampaikan kisah imani dalam Kitab (kisah-kisah di Alquran) dan Sunnah (hadits nabi, siroh nabawi)*
maka ๐Ÿ”œAllah akan ajarkan ilmu yang sebelumnya tak kita ketahui.

Itulah pesan penting bagi orangtua dari QS 2:151.

Penemuan ilmiah terkini pun menyebutkan bahwa kaum ayah butuh menyampaikan sekitar 7000 kata/hari. Sedangkan bunda sekitar 20.000 kata/hari.

Jadi, sebagai orangtua, kualitas keimanan kita bisa dilihat dari bobot ucapan kita _kepada ananda_

Kembali ke Alquran, jika kita renungkan ayat-ayat cinta ini, kita akan menemukan berbagai jenis ucapan yang Allah contohkan untuk kita ikuti.

Saya menyadari, dalam menjalani misi kami  berkeluarga dengan target *Menjadi Ayah Artis, Bunda Bidadari dan Anak Bintang*, juga menjadi *Ibunda Para Ulama*,  salah satu tugas utama saya adalah mempersiapkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar ke anak-anak.

Maka, untuk mempermudah  'tugas kami' saya memilih 3 jenis ucapan yang perlu dilatih ketika kami, ayahbunda, berbicara kepada mereka.

Ketiga ucapan ini akan membantu para ayahbunda (khususnya kami) untuk mengeluarkan *kebutuhan berbahasa*nya *kepada buah hati*  dengan cara yang Allah sukai.

Ketiga ucapan itu adalah :
1. *Qaulan sadiidan* ( surah Annisa QS 4:9). Perintah Allah untuk bertakwa dan  *berkata yang benar* ditujukan kepada orangtua yang khawatir dan risau akan bagaimana menjawab pertanyaan Allah akan titipan buah hatinya. Ini perintah untuk orangtua beriman yang takut akan pertemuan dengan Tuhannya.

2. *Qaulan tsaqiilan* (Surah Al Muzammil QS 73:5)  Ini adalah *perkataan yang berat bobot iman*nya. Perintah Allah kepada nabi Muhammad saw ini menjadi sunnah utama para pengikut ajaran nabi Muhammad saw yang setia. Karena nabi Muhammad saw  'hanya' mewariskan Alquran dan sunnah kepada kita umatnya, maka menjadi 'kewajiban' kita untuk menjaga warisan itu sebaik mungkin.
Perhatikan syarat yang Allah berikan agar kita diberi qaulan tsaqiilan ketika berucap kepada keluarga (juga orang lain)... *dengan menghidupkan malam* dan *membaca Alquran dengan tartil* di waktu terbaik itu.

3. *Qaulan layyinan* ( Surah Thaha QS 20:44). Perintah berucap dengan *perkataan yang lemah lembut* disampaikan dalam kisah Nabi Musa as yang diminta untuk mendakwahi Firaun yang zhalim, dengan harapan ia sadar atau takut dengan kekuasaan Allah. Perhatikan pesan penting dari kisah ini. *Pesan tauhid* harus *disampaikan dengan lemah lembut*, agar *menyentuh hati dan kesadaran* pendengarnya.
Jika kepada Firaun yang sangat zhalim saja Allah perintahkan untuk berkata yang lemah lembut, tentu kepada buah hati kita yang masih dalam pengasuhan harus lebih lembut lagi.

Jika kita mau serius berlatih untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kata kepada anak, dengan berpegang kepada ketiga jenis ucapan di atas, insyaAllah kita akan lebih mudah *membangun kelekatan dan kedekatan*  kepada anak.

Perkataan yang mengikat hati anak akan memudahkan anak kita menjalani peran utamanya sebagai anak: *berbakti kepada orangtua*.

❗Perhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi orangtua dalam melatih ketiga ucapan qurani di atas:

*1. Membacakan Alquran kepada anggota keluarga*
*2. Berkisah tentang isi Alquran dan sosok Alquran berjalan*
*3. Bangun malam dan menghidupkan malam dengan tilawah alquran secara tartil*
*4. Memiliki simpanan kosakata yang 'lemah lembut' untuk menyampaikan pesan-pesan tauhid kepada anak*

Jika kita landasi upaya kita ini sebagai _*bentuk ketaatan kita kepada Allah*_ ,  maka inilah yang disebut sebagai *Bahasa Cinta Untuk Ananda*.
Karena sebelum mengobrol dengan buah hati  kita akan berdoa agar Allah membimbing lisan kita dalam menyampaikan pesan imani.
Karena kita berharap agar di setiap ucapan kita akan menumbuhkan rasa *cinta kepada Allah* dalam diri buah hati kita....

❓Indikatornya?
• Perhatikan binar mata mereka.
• Perhatikan raut wajah mereka.
 • Perhatikan sikap dan perilaku mereka.

Anak yang sering diberikan *bahasa cinta* oleh ayahbundanya, insyaAllah akan bertumbuh menjadi anak yang cerdas dan santun dalam berbahasa.
Bagaimana tidak? Karena pendengaran mereka dipenuhi dengan *bahasa qurani...bahasa cinta*

Karena Alquran adalah perkataan Allah yang diberikan untuk kita, hambaNya yang terpilih.

*Dari pendengaran, turun ke hati*

Itulah bahasa cinta.

Itulah *cahaya Alquran*  yang _menjelma ke dalam setiap ucapan dan perilaku_

❓Bagaimana agar kita bisa konsisten melatih diri dengan ucapan-ucapan terpilih itu?

*Biasakan berdoa sebelum menyampaikan pesan ke anak*.  Coba renungi makna dan amalkan doa indah dari Nabi Ibrahim yang Allah abadikan di *surah Asy Syuara QS 26:83-85*.

Saya menamakannya *Doa Berkata Baik*.

Doa ini dahsyat. Berharap ucapan baik yang kita sampaikan membekas hingga ke generasi selanjutnya, dan membawa kita ke surga. Masya Allah.

Selamat merenung, bertobat dan bersungguh-sungguh berusaha *menjadi orangtua* yang setiap *ucapan dan nasihatnya dirindukan oleh buah hati* ,  sahabat.

Semoga Allah senantiasa membimbing hati, lisan dan perbuatan kita sebagai orangtua yang Allah ridhoi aamiin.

Allahu a'lam bishshawab.

Sesi diskusi
Assalaamu'alaykum mentemen
materi skrg ttg bahasa cinta
euleuh..gaya amat istilahnya, bahasa cinta
karena emang modalnya cinta
baru kita bisa berbahsa dg tepat ke anak
Nah, buat menghidupkan fitrah keqowwaman di diri anak, kan butuh bahasa yang TEPAT.
Bahasa yang MENGGUGAH, yang MENGUATKAN, yang MENGGERAKKAN.
Bukan bahasa yang menakut-nakuti jadi akhirnya bikin anak kita mundur, males dna menolak...jadinya ga semangat.
Efek dari bahasa cinta adalh berhasil MENANTANG ANAK untuk berlatih memilih sendiri level. keqowwamannya..sejak ia masih belia
Nah, kita nih kudu milih kualitas bahasa kita.
Caranya cuma satu, dekati pemilik bahasa terbaik: Allah.
Mau bahasa kita bagus?
Bukan dg banyak baca buku bagus...
tapi dg mendekat ke Allah, lewat rutin tilawah Alquran dan membaca maknanya
Dari situ..baru nanti Allah akan buka hikmah2 dari buku2 lain yang kita baca.
Nanti Allah yang akan arahkan lisan kita untuk menyampaikan pesan iman yang 'berat di dada.
bahasa yang cahaynya tembus sampai ke hati anak.
diterima sebagai *cahaya oleh hati mereka*.
Itulah bahasa seorang Ibu.
yang berusaha menjadikan Alquran sebagai bacaan dan ucapan utamanya.  Coba deh.
Jadi pesan2 qowwamah yang begitu berat, mudah diserap oleh jiwa anak2 yang jernih...karena kita menyampaikannya dengan CINTA.
Karena kita MEMBUKTIKAN ucapan kita.
Seperti shalat, ga usah ribet nyuruh anak shalat...rutin aja shalat di dekat anak, sering ajakin dia shalat..nanti juga dia akan ikuti kita.
Juga dg tilawah...rutin penuhi mata dan telinganya dg aktivitas tilawah kita.
Itu akan dominan mengisi jiwanya kan?
Sama seperti latihan keqowwaman..
rutin kita tunjukkan dan AJAK anak melakukan hal2 baik itu sejak usia dini...berikan ekspresi wajah terbaik ( wajah arrahmaan, arrahiim, asysyakuur) ketika sedang *pamer kesolihan* dan *berkisah kebaikan*  itu di depan anak.
Contohnya, saya mengamalkan 3 bahasa cinta itu ke anak2 smpi sekarang lho.
 Kalau cerita ttg keterampilan hidup sbg pemimpin, saya menekankan ttg keistimewaannya..ttg kehebatannya...ttg sisi super hero sbg orang terpilih.
jadi anak2 sejak kecil tuh BANGGA kalau bisa melakukan apa2 sendiri.
Dan saya PUJI tiap mereka bisa melakukan hal baik sekecil apa pun.
Terua saya tantang mereka untuk naikin level kemampuannya.
Mereka saya suruh pilih level sendiri, saya beri indikator2nya.
Efeknya? alhamdulillah, ketika saya beri 'aturan' agar mereka mau menyelesaikan pekerjaan mengurus rumahnya dulu sebelum main/belajar ke luar rumah, mereka jauh lebih mudah menerima dna menjalani.
Karena mereka sudah disiapkan dengan baik KONDISI HATInya..
Oleh : Iin Savitry, *Bunda Bidadari*

Serial Kulwap Pengasuhan Anak Muslim

Materi 2 : *Tahapan Perkembangan Anak Berdasarkan Fitrah - Mempersiapkan Tumbuh Kembang  Anak Bintang*

Secara umum, ada dua hal yang perlu kita pahami sebagai orangtua SEBELUM kita berusaha menyusun kurikulum belajar keqowwaman bagi anak,khususnya anak lelaki.

Kita sangat paham bahwa pelatihan ibadah shalat menjadi tolak ukur pelatihan keqowwaman seorang anak lelaki kelak.

Menumbuhkan rasa cinta shalat kepada anak 'hanyalah'  satu target pembelajaran kepada anak yang harus kita tanamkan ke anak. Namun kurikulum ini sangat krusial, karena menentukan proses belajar anak selanjutnya, sebagai QOWWAM.

Apa dua hal itu?
Sebagai orangtua beriman tugas utama kita 'hanya' dua:

*1. Menumbuhkan FITRAH (QS Ar Rum 30:30)*

Fitrah adalah software yang Allah beri di setiap jiwa. Dibawa sejak lahir. Ibarat benih, fitrah ini membawa DNA kebaikan sebagai pembawa peran khalifatullaah fil 'ardh.

Sifat dasar fitrah adalah _lembut, halus, feminin_ . Jadi harus *ditumbuhkan dengan kelembutan* . Karena fitrah identik dengan cinta. Harus ditumbuhkan dan dipelihara dengan baik.

Prinsipnya *inside out* .
Artinya: benih kebaikan yang sudah ada di jiwa anak harus kita coba tumbuhkan dengan optimal. Karena bicara tentang _hari lahir(modal dasar dari Allah)_  tentu harus dilakukan dengan cara yang *menumbuhkan RASA SYUKUR* . Dengan kelembutan.

*2. Menanamkan ADAB ( QS At Tahrim 66:6)*

Sifat dasar adab adalah _tega_ .  Sangat maskulin. Karena dalam penanaman adab, kita sedang _mempersiapkan hari akhir/kematian_  .
Targetnya adalah untuk *menyempurnakan akhlak* .  Hingga kualitas amal sangat menentukan tingkat kualitas adab seseorang.

Prinsipnya adalah *outside in*. Jadi kita harus melatih adab ini secara bertahap kepada anak. Dan ada tolak ukur keberhasilannya.

SHALAT adalah bentuk ADAB KEPADA ALLAH. Bentuk ketundukan kita kepada Allah, DIPERCAYA sebagai khalifah di bumi ini.

Jika kita rujuk hadits nabi saw, 'Innamal a'malu binniyat...', kita bisa paham bahwa *niat (buah dari iman)*  lah yang harus kita tumbuhkan ke anak dahulu. BARU  kita ajak anak untuk beramal soleh.

*Niat* didapatkan dari *penumbuhan fitrah yang benar* .
*Amal solih* didapatkan dari *penanaman adab yang tepat dan sesuai tahapan yang Rasul saw contohkan* .

Nah, jadi, sebagai orangtua beriman yang cerdas, kita harus
~ paham APA ITU FITRAH dan ADAB.
Kita juga harus
~ paham KAPAN dan BAGAIMANA kita bisa menumbuhkan dan menanamkan kedua hal itu kepada anak.

Dari sekian banyak fitrah yang harus kita tumbuhkan, berikut garis besar FITRAH yang wajib kita pahami:

*1. Fitrah KEIMANAN*
Dibangkitkan dengan *keteladanan/kesolihan*.

*2. Fitrah BELAJAR*
Dibangkitkan dengan *Inspirasi* . Setiap anak memiliki model inspirasi yang berbeda-beda. Ada yang dengan dikisahkan, ada yang dengan diajak ke masjid, ada yang dengan dituntun oleh ayah, ada yang dengan diajak melakukan sesuatu. Kita orangtua harus berusaha _menemukan model inspirasi_  masing-masing anak.

*3. Fitrah PERKEMBANGAN*
Kita harus paham tujuan penciptaan masing-masing jenis kelamin dan paham *tahapan perkembangan anak*  yang sesuai dengan anjuran Rasulullaah saw.

*4. Fitrah BAKAT*
Ini adalah salah satu cara untuk menemukan peran khusus  (identitas dan potensi kesuksesan) masing-masing anak di dunia. Merupakan petunjuk untuk menemukan MISI HIDUP seseorang.  Namun fitrah bakat ini hanya bisa optimal dimanfaatkan jika minimal ketiga fitrah utama di atas sudah bertumbuh dengan baik dan benar.  Jika tidak, maka akan menjadi bumerang dan tidak bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.

Nanti, akan berkembang berbagai fitrah lain. Diantaranya fitrah peradaban. Di sinilah akan muncul tanggung jawab orangtua untuk menanamkan fitrah adab. Dengan cara * dicontohkan* dan *dikisahkan*. ( Perhatikan juga  cara fitrah keimanan dan belajar ditumbuhkan).

Lalu, bagaimana cara kita menumbuhkan berbagai fitrah dan menanamkan adab itu?

Ilmu Tahapan Perkembangan Anak wajjb kita pahami dengan baik. Agar skala prioritas mengasuhnya jelas. Prinsip *First Things First* berlaku di setiap fase pengasuhan anak.

*Tahapan Perkembangan Anak Muslim*

0-2  thn.  Fase menyusui (anak-ibu)
2-7  thn.  Ayah-Ibu seimbang
7-10 thn  Satu gender (ibu-anak perempuan, ayah-anak lelaki)
10-14 thn. Beda gender (ibu-anak lelaki, ayah-anak perempuan)

Lalu, bagaimana *Proporsi Fitrah vs Adab?*

Ini porsi idealnya:

* a. 0-7 thn.Full Fitrah-90% fitrah, 10% adab*      
Ini fase penanaman KASIH SAYANG. Orangtua optimal memberikan *teladan/inspirasi* melalui kisah contoh ajakan  dll. Fase ini _BUKAN fase memberikan perintah_ .
Di fase ini *syariat agama tak usah dipaksakan/dihukum jika tak mengerjakan*
Kegiatan belajar anak  optimalkan  dari ALAM (eksplorasi lingkungan sekitar) dan contoh terbaik dari orangtua (lingkungan terdekat) .

*b. 7-10 thn. Fitrah 60%< adab 40%.*
Ini *fase parent's guidance*. Anak mulai dikenalkan berbagai aktivitas baik dan dibangun kesadarannya. Anak DIAJAK melakukan  berbagai aktivitas yang kita/guru contohkan. Adab mulai diajarkan perlahan, masih dengan kasih sayang dan mulai diperkenalkan konsekuensi. Tak boleh ada hukuman.

Anak DILATIH dengan agar TERBIASA melakukan berbagai pelaksanaan syariat agama.
Anak mulai diajarkan dan dipahamkan  fiqih dasar beragama.
Orangtua rutin MENJAGA proses belajar anak dengan pendekatan kasih sayang.

*c. 10-14 thn. Fitrah 30%, adab 70%*
Ini fase TEGA dan TEGAS.
Orangtua sudah memberlakukan konsekuensi optimal (yang tidak melemahkan fitrah belajar, iman, perkembangan,dll anak) dan memberlakukan target pembelajaran yang bisa diukur.
Anak diajak menyusun dan mengerjakan target pembelajaran sendiri. Juga mendiskusikan konsekuensi jika tak mencapai target pembelajaran.
*Fase Self Guide*  pun dilatih di usia ini.
Inilah fase paling krusial dari tahapan perkembangan anak.
Jika anak berhasil berlatih kemandirian dan membangun kesadaran beribadah di usia ini, insyaAllah ia akan mudah menuju fase dewasa muda dengan modal kesadaran penuh dan rela mendirikan ibadah shalat wajib dan sunnah.

*d. 14 thn > . Adab 90% , fitrah 10%*
Di fase manusia dewasa ini, ADAB sudah berkembang menjadi SELF VALUE.

Jika kita simak semua penjelasan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa tahapan pembelajaran syariat SHALAT pun harus mengikuti prosedur belajar anak di atas.

Jika kita memahami dengan baik tahapannya, maka kita akan mudah mengajak anak *menyukai semua latihan kepemimpinan di dalam rumah*  tanpa perlu teriakan apalagi pukulan. Karena kita selalu memulainya dengan CINTA. Dengan HARAPAN untuk bisa menjadi lebih baik, dan mampu melakukan kebaikan.

Karena secara fitrah semua orang diberi modal SENANG MENJADI PEMIMPIN, senang DIBERI KEPERCAYAAN untuk melakikan sesuatu dan SENANG DIHARGAI atas usahanya itu. Jika fitrahnya tumbuh dengan benar. Inilah tugas utama kita sebagai orangtua.

Allahu a'lam bishshawab.


Saya relay ya...mb Iin di grup 2
Kalau kamis lalu saya sharing ttg ranah nafkah bagi kaum lelaki, dan itu pasti membuat banyak dari kita agak terkejut, karena banyak yg tak sesuai dg apa yg kita pahami selama ini.
Tapi semoga materi kemarin bisa mmebantu kita untuk membuka wawasan..dan akhirnya bisa :  reset our mindset about leadership.
Kebanyakan dari kita bingung memulai BAGAIMANA cara untuk menumbuhkan fitrah kepemimpinan dalam diri anak...
Dan kebingungan itu biasanya diawali dari kekurangpahaman kita akan tahapan tumbuh kembang anak ( tahapan belajar anak).
Makanya materi kedua ini isinya ttg itu.
Ada banyak tahapan perkembangan anak yg harus kita pahami dengan cukup baik, agar kita ga bingung ketika mempraktekannya.
DAN, ilmu tahapan perkembangan anak adalH salah satu ilmu yang WAJIB dipahami oleh para ibu....
Karena itu bisa menjadi  tolak ukur semua pembelajaran di rumah.
Bicara kepemimpinan itu berhubungan lsg dengan KESADARAN akan pentingnya AMAL yang harus dikerjakan.
ia harus menemukan jasawan dari AMBAK  ( Apa Manfaatnya BagiKu) jika melakukan itu
Ini bicara ranah akal.
Dan akal akan sulit memahami jika tidak belajar secara aktif (melakukan).
Tapi, semua latihan itu sebenarnya MUDAH DILAKUKAN sejak anak berusia 2,5-3 thnan (melalui latihan dialog dan memilih kegiatan), karena Allah sudah menberi modal FITRAH SUKA KEBAIKAN.
SEMUA ANAK SUKA DIBERI KEPERCAYAAN.
SEMUA ANAK SUKA MENCOBA SENDIRI apa yang menarik baginya.
SEMUA ANAK FITRAHNYA MANDIRI.
Jadi, kita tinggal mengarahkan saja.
Di usia 0-7 thn, caranya hanya satu : AJAK ANAK BERBUAT BAIK...dgn sengaja menjadi CONTOH KEBAIKAN itu dan sering2 berkisah untuk  menanamkan pesan2 WHY dan WHAT FOR dari semua kebaikan itu.
Kita ortu yang membuat aturan2 dasarnya. Misal: anak ga boleh apa, anak harus bisa menguasai keterampilan hidup apa di usia berapa.
Kita harus fleksibel dalam menemukan cara untuk memenuhi rasa ingin tahu /ingin mandiri anak yg sangat besar, tapi tak membahayakannya.
contoh  kasus Silmi.
Ketika ia TK, ia sudah saya beti tugas2 sederhana spt menyapu mengepel mencuci piring membersihkan kamar ssendiri dll.
Nah, dia ingin belajar memasakm Usianya masih 4 thn.
Saya TAHU dia hanya ingin merasakan bermain dengan KOMPOR, dan itu berbahaya. Tapi saya tak melarangnya
saya arahkan dia memenuhi rasa penasarannya dgn mengarahkan satu nilai qowwamah di bidang pangan: menyiapkan bekalnya sendiri
Jadi, saya ajak dia membuat puding bersama, untuk bekal sekolahnya.
Saya dsmpingi 100%  setiap prosesnya.
saya ajak dia merencanakan mau membuat apa, belanja bareng, mengeksekusi.
Dilakukan berkali2 selama dia sekolah TK.
Saya buat aturan: ga boleh *main kompor* kalau gada saya.
Kata *main* sering saya gunakan..dan menjadi kata yang berkonotasi positif.
Saya sejajarkan makna *main* dengan * belajar*.
*main* = *belajar* = asyik   = senang = seru = *mandiri*
Kalimat penegasnya: "Aku Bisa!"
Jadi, pesan kepemimpinan itu sudah sejak kecil saya tanamkan ke dia melalui pilihan kata, kalimat dan kegiatan.
Kenapa? Saya berharap kelak akan tumbuh *RASA BANGGA* karena ia *BISA* melakukan banyak hal baik. Dan itulah ciri *PEMIMPIN YANG BAIK*.
Imaji dia adalah seorang pemimpin yang baik karena ia mandiri....
itu yg saya coba tekankan sejak kecil.
Sekarang, ketika muncul rasa lelah, malas, kesal, cape, dll...
Ia alhamdulillah lebih mudah diingatkan dgn pesan di atas.
dia *BISA*  melalui semua latihan yang melelahkan  semua karena ia *terpilih* untuk menjadi menjadi *PEMIMPIN* yang Allah cintai. Kira2 begitu.
Itu *tugas utama* kita sebagai ortu.
Menumbuhkan KESADARAN DIRI untuk RELA menjadi pemimpin.
Pemimpin: bisa melayani diri sendiri dan RELA melayani orang lain.
Begitu. Silakan ditanggapi.
Saya juga mau menjawab pertanyaan2 yang blm smpt saya jawab pekan lalu ya.

SESI DISKUSI
1. Ayu:
 gini mba..sy pnya 4 anak lk"..kebayangkn klo drmh tu gmn..
prmslhnnya ada di anak sulung saya.. ๐Ÿ˜ญ yg berumur 10th yg msh bersifat mntk diladeni trus.. Trkdng juga syka mngluh klo sy nyuruh lkkn kegiatan rutinnya,
Gmn crnya mnympikn dgn anak spy anak itu mmhmi apa yg kt spkati dan bgaimn mengoptimalkan pmkrn anak" spy satu pmkiran dgn org tua.. Agar keimanan nya lebih n makin terjaga..
๐Ÿ’ Mba, anak berusia 10 thn yang belum muncul kemandiriannya, berarti fitrahnya belum tumbuh. Artinya, pendekatan kasih sayang ( rasa syukur, arrahman arrahim) ketika usia 0-10 kurang ditumbuhkan dg baik. Biadany karena ketik di usia awal, ortu TIDAK MENDAMPINGI ANAK DENGAN TOTAL. Kurang melatih anak untuk memilih. Lebih banyak menyuruh dan menentukan aturan sendiri daripada mengajak anak dialog. Kurang konsisten menemani anak berlatih mandiri ( karena mem ang anak pasti 'lambat' kerjanya dibanding kita).

Ini agak telat. Karena usia 10-14 shrsnya sdh dominan adab (70%). Da

Sayangnya  ADAB TAK BISA DITANAMKAN dengan baik jika FITRAHNYA tidak tumbuh sempurna.

Fitrah : RASA
ADAB : akal dan sikap hati yang tepat.

Jadi, solusinya, Kembali ke tahap awal. Mba luangkan 100% waktu mba untuk menemani dia. Tumbuhkna fitrahnya untuk suka berbuat baik bagi dirinya sendiri.

Bayar waktu mba yng dulu tak diberikan dg lbh intens kepedulian mba ngobrol dg anak.
Berusaha jadi *teman*, bukan jadi polisi atau spt guru di sekolah, yang dikit2 nanyain pe er dan pelajaran ๐Ÿคญ.

Banyak nanya dan dengarkan *PERASAAN*  dia.  Jadi teman curhat anak.

Kata ahli perkembangan anak, kesalahan satu tahun pengasuhan 'bisa' dibayar dalam waktu 1 bulan.

Jadi, kalau konsisten, insyaAllah dlm wkatu 10 bulan-1 thun mba akan bisa merasakan efek dr 'pertobatan' ini.

Mulailah dari *menjernihkan hati dan akal* kita akan anak.

SingkirkN segala pikiran negatif dan kekhawatiran berlebih thdp anak.
.Yakin kalau Allah berkehendak kebaikan ke anak, jadi pasti Allah akan mudahkan dia menerima kebaikan itu. Minta ama Allah agar kita yang dipilih menjafi jalan kebaikan itu bagi anak.

Allahu a'lam.

2. Ummu Fatih: saya ummu fatih, bagaimana menyelaraskan kedisiplinan yang dikemukakan dalam materi ini dengan perkembangan fitrah anak? Dalam ilmu parenting lain dikemukakan bahwa anak 0-7th yg dipupuk dulu adalah fitrah keimanan nya dan tdk membebankan/mewajibkan dulu dengan syariat2 seperti shalat atau kedisiplinan lainnya๐Ÿ™
๐Ÿ’ Sudah saya jawab di materi kedua ini ya.

Jika kita merujuk ke fitrah based education, malah sangat bersesuaian. Karena memang fitrahnya manusia itu butuh kedisiplinan. Makanya bayi nangis kalau lapar, bosan, pipis, dll kan?

Cuma kita harus tahu BAGAIMANA dan KAPAN melatihnya.

Saya sudah membuktikan, karena saya fokus menerapkan metode KASIH SAYANG 100% dan TOTAL MENDAMPINGI ANAK selama 7 thn pertama, gada tuh keluhan2 anak2 untuk jadi mandiri. Mereka malah suka ditantang untuk mandiri..alhamdulillah.

Saya mengalami, jika kita MAU RUTIN melembutkan hati kita dgn sering2 tilawah alquran, Allah akan bimbing semuaucapan, pemikiran, sikap psrilaku kita ketika bersinggungan dg anak, JIKA kita memang serius mau mendampingi anak bertumbuh.
Allahu a'lam

3. Razita: Anak sy umur 10 bln. Kakeknya seniman. Pelukis dan pemain teater. Ayahnya jg mantan anak band. Tp sejak hijrah kami ingin menjauhkan anak dr musik dan mendekatkan dg alquran. Tp asal ada benda yg drentangkan, kyk kawat atau tali, dy sll mainkan kyk memetik gitar, dan bergumam kyk org bersenandung. Bnyk yg blg, darah g bs dbohongin. Apa sy bs mengarahkan k arah positif

๐Ÿ’ Arahkan saja dg nasyid, mba.
Itu kan bakat ya...jadi ya beri saja pemahaman akan pentingnya mengarahakn bakatnya untuk kepentingan dakwah Islam.

Beri ia pemahaman kalau itu gift dr Allah. Pasti Allah punya rencana khusus buat dia. Dia yng hrs menemukan APA bentuknya.

Untuk bisa membantunya dlm proses pencarian itu, ajak dia untuk RAJIN BERDIALOG dg Allah...melalui TILAWAH ALQURAN. Rutinkan berkisah ttg perjuanhan nabi dan sahabat..ttg pars ilmuwan dan pahlawan Islam yang multitalenta.
DAN mereka semua modal dasarnya dekat dg Allah..

Jika anak kita sdh dibekali kedekatan dg Alquran, ia sering menbaca dan mengkaji Alquran, insyaAllah jiwanya akan mudah mengikuti petunjuk dari Allah
[23/8 14.38] Parenting Merna: Handayani: Kalau dia suka menyuruh nyuruh teman untuk mengikuti perintah/keinginan dia (kls 2 Sd) apa itu bisa dikategorikan latihan jadi pemimpin๐Ÿ™

❤Iin: ini BISA jadi tanda ia punya watak command... akan mempermudah mba untuk membuat kurikulum belajar yg sesuai dg pembawaannya...tapi tentu saja hrs didampingi dg baik.

Jika ia tak didekatkan dg Alquran sejak belia,  maka ia akan sulit menerima bisikan kebaikan dari hatinya sendiri.Sedangkan seorang pemimpin sejati selalu mengikuti insting kebaikan dlm dirinya.

Bekali dia dg melatihnya memiliki cahaya di dadanya. DnegN melatih lisannya lebih banyak melantunkan alquran daripada berkata2 tak berilmu.

Seorang anak dg pembawaan pemimpin kan sukanya nyuruh2 orang tuh. Jadi, bekali ucapannya dg bahasan Alquran dan assunnah.

InsyaAllah, kedekatannya dg Alquran akan membantunya mengeluarkan cahaya bintang dlm dirinya

4. Erfin:  Ntah kenapa sosok ayah bagi sya skrg ini telah tergantikan dg sosok suami saya. Apakah rasa sperti itu boleh? Krna sya melihat, byk hal yg membuat sya skrg ini krg (maaf agak cuek) dg ayah sya. Krna sikap dan sifatnya. Wlw bgaimanapun sya ttp bersyukur punya ayah sperti bpk sya.
๐Ÿ’ Syukuri dahulu pemberian Allah melalui sosok suami mba. Itu tanda Allah menyayangi mba.

Tapi tingkatkan rasa syukur itu dg belajar *menerima* dan *memaafkan* ayah mba..
Dalam Alquran, level kebaikan anak itu dibilai dari kemauannya berusngguh2 untuk memaafkan kesalahan ortu, dg rajin mendoakanbya. Dan itu Allah jadikan 1 dari 3 amal yang tak terputus.

Jika mba sdh mendapat hadiah suami yang qurrota a'yun ( dan itu pasti ada andil doa ortu, agar mba dapat jodoh yang baik kan? ) coba pikirkan, apakah mba sudah menjadi anak yang qurrota a'yun bagi ortu mba? Anak yang terpilih mau memaafkan kesalahan ortu (karena ortu memang tak tahu ilmunya dahulu) dan mensyukuri semua kebaikan ortu? Dgn adanya masa lalu itu,  mba skrg bisa merasakan kebahagiaan hidup memiliki suami yang  baik dari ayah mba kan? Itu kan karunia bagi  orangtua mba juga. Berarti Allah mau memperbaiki keturunan dari ortu mba. Mba, menjadi bagian dari rencana kebaikan Allah itu. Masya Allah.

Jika kita mesyukuri masa kini kita, maka kita akan lbh mudah memaafkan masa lalu kelam kita. InsyaAllah.

5. Fitri: Aslmkm. Ukh... Jikalau anak laki2 terlalu dekat dg ibu, apakah baik untk perkembanganya kdepan. Misalny dlm mengasah Qowwam..

Lalu bolehkah share time scedjule untul dayli activity anak laki2 mulai umur 2.5 tahun..

๐Ÿ’ silakan baca dg tenang materi kedua yang saya share hari ini ya mba.

InsyaAllah pertanyaannya terjawab.

Ttg
skedul saya dg anak2, tentu berbeda jdwl dg yang lain. .Karena saya bisa  memilih menjadi IRT, saya jadi bisa fokus dg mendampingi anak2 belajar.

0-7 thn saya berusaha fokus melibatkan 100% diri saya. ( hati, jiwa, akal, raga) ketika berinteraksi dnegan anak.

Urusan rumah saya kerjakan di waktu sy tidur.
Saya tak mau menggantikan waktu saya bersama anak dengan pekerjaan yang menurut saya ga urgen.

Mengasuh anak bicarnya urgensi waktu.

Jadi, saya sengaja permudah segala urusan dapur, rumah, dll..saya minim perabotan rumah. Makan saya atur dominan protein (berkuah) agar anak ga dikit2 minta makan,. saya latih anak shaum agar kuat, tenang dan makin  cerdas, waktu belajar saya dominan di luar rumah..main bwrsama anak...Jika di rumah, ketika mengurus rumah, saya setting jadi progrma bajar mereka.
Seperti yang saya jelaskan di materi awal.

Sejak bayi anak2 saya biasakan mandikan subuh. Tidur stlh isya. Usia mulai 3 thn saya biasaman bangunkan sebelum subuh dna saya mandikan..


Smeua dg pendekatan kasih sayang.  Karena saya ga memburu2 waktu. Saya MENIKMATI SETIAP MOMEN SAYA BERSAMA ANAK. Saya sering ngobrol dg anak sejak m ereka masih bayi๐Ÿคญ. Saya berusaha sabar nendengar celoteh  dan segala tingkah mereka. Jadi  alhamdulillaah mereka sangat cerewet ke saya sampai sekarang And I love it๐Ÿ˜
[23/8 15.01] Parenting Merna: Ummu A: Bunda Iin, bagaimana cara menghadapi suami yang suka emosional? Apa itu bisa juga karena pola pengasuhan beliau di masa masih kecil dulu?
Saya takut anak-anak saya jadi terpengaruh bun...ikut emosional...
Terima kasih bun...
๐Ÿ’ DOAKAN SUAMI, mba

Kita ga bisa mengubah suami. Tapi Allah BISA.
Allah yang memberi kita suami dg beban inner child yang bisa mengganggu proses asuh keluarga. Tentu saja ini tantangan..dan pasti ada surganya.

Kita sbg istri punya senjata: DOA.
Jadi, penuhi saja syarat2nya agar doa kita terkabul. Jadi wanita sholihat.

Perbaiki waktu shalat kita.
Sempurnakan kualitas tilawah kita.
Rutinkan tilawah Alquran kita
Baisakan tahajud

Biasakan tilawah di depan suami, juga tahajud di dekat suami yang tertidur

Pastikan suami mendengar suara mba ketika tilawah.

Doa aagr Allah lembutkan hati suami.
doa agar Allah sembuhkan penyakit masa lalu suami, dg cara yang lembut.
Doa agar mba bisa mendampingi suami memaafkan masa lalunya dan belajar menjadi orangtua solih bersama2
Doa agar anak2 terlindung dr akibat buruk perbuatan suami

Biasakan baca al ma'tsurat. Pahami makna doa2 di sana. Lengkap tuh
Allah ga pernah ingkar janji. Jika kita menikah karena Allah, insyaAllah Allah akan terus membersamai proses belajar keluarga kita

6.Rosita: Bagaimana cara mengatur waktu istrahat siang anak n tidur malam (brapa jam wktu tdur dlm sehari) brdasarkan usia anak..krna di lihat padat sekali jadwal anak di rmh n di luar rmah...sya msih mewajibkn ank tdur siang kurang lbih 1 jam di umur 5 th...n tdur mlm lbih awal supaya pagi bngun lbih awal..itu bagaimana ya bund...
๐Ÿ’Itu udah bener mba.
Mgkin jadwal anak2 kami ketika usia 0-7  thn bisa jadi masukan:

04.30 Bangun dan mandi.Anak2 sudah wangi siap diajak shalat subuh (walau hanya tidur di sisi kita yg sedang shalat). Yang laki diajak ke masjid oleh ayah, walau cuma ditidurkan di sisi ayah
04.30-05.00 shalat sembari cerita/murojaah
05.00- 06.00 Mendengar ortu tilawah (biasanya sambil tiduran di paha atau smbil main boneka)  dilanjutkan dengan cerita ttg is Alquran.
06.00 ajak anak sarapan di teras rumah..sembari melihat orang2 sibuk berkativitas pagi. Ajak anak beberes bekas sarapan dan siap2 main
07.00-10.00 waktu main ke luar rumah. Bawa minuman byk, camilan sehat (sy biasa bawa sayuran dan  tlur rebus, keju), buku dan alquran

10.00 - 12.00 : mandi istirahat main di rumah, makan siang shalat

12.00-15.00 denger tilawah, cerita dan TIDUR
15.00- 15.30 mandi sore dan shalat, makan
15.30-17.00 main ke luar lagi. Eksplorasi alam
17.00-18.00 mandi sdh pakai baju tidur. makan malam, shalat
18.00- 19.00 tilawah murojaah,   cerita imani, siap2 isya
19.00-19.30 hafalan sambil bahas rasa syukur hari ini ( ini momen saya membahas semua kegiatan hari itu berterima kasih atas semua kebaikan yang nerrka lakukan hari itu, minta maaf jika saya melakukan kesalahan/marah dll, menjelaskan alasan saya marah, minta mereka mnyampaikan RASA ttg hari itu. mengajak mereka bersyukur ke Allah krn sdh dibsri kesmpatan bajar banyak
19.30-20.00 sya biasa ajak nereka murojaah smp tertidur.

Mulai 7 thn mulai latih mereka bangun lbh pagi buat tahajud. Tak tidur siang, tpi istirahat tenang di dlm rumah...ga aktivitas fisik tinggi

Allahu a'lam

Dan saya paling suka membacakan buku Muhammad Teladanku di setiap waktu bisa baca. karena isinya ttg akhlak harian rasul saw.
saya smp bikin poster puisi cinta khusus buat mereka, untuk menguatkan pesan kepemimpinan dan pesan belajar bagi mereka.
Sampai hari ini sdh 6 thn poster itu mereka pajang di kamar masing2 lho.
Buat Silmi anak lelaki,stlh ia lolos latihan shalat 5 wktu dg rutin, sy pilihkan Nabi Sayang Keluarga...ini pesan qowwamahnya kuat sekali.
Untuk 'Ulya saya pilihkan 'Nabi Sayang Anak- Anak' sbgai pesa. qowwamah untuk dia sbgai calon istri dan ibu..dia hrs bekali diri dg ilmu wajib  pengasuhan anak yang mumpuni..sblm belajar ilmu2 mubah lain (masak, beberer rumah, dll).

7. Siti: mau sdkit brtnya,  utk org tua yg bekerja(karir), pulang2 sdh sngat sore,
Quality time brsama anak apakah hrus stiap hari?(kalo iya d waktu kpn)
Makasih sblmny bu๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป
Afwan

๐Ÿ’
Quality Time menurut Alquran dan assunnah

1. Waktu tahajud
2. Setelah Subuh
3. Jelang Magrib
4. Antara Magrib-Isya
5. Jelang tidur


Dari semua itu, yang paling istimewa adalah waktu *setelah subuh*

Keberkahan waktu seharian ditentukan dari waktu subuhnya
Ortu yang visioner akan serius melatih anak agar terbiasa *segar* ketika subuh.

Menjadi nilai lebih jika anam sejak usia 7-10 thn mulai dibiasakan dg bangun malam sekali2... Ini syarat jadi pemimpin yang kuat jiwanya kelak..orang yang biasa istighfar dan munajat ke Allah di akhir malam.

Buat ortu bekerja, bisa buat :
1. Daily Love call. Tentukan waktu istirahat mba untuk video call atsu kirim voice note berisi pesan cinta/nyanyian khusus/ rekaman membacakab buku ke anak.

Beri tantangan2 agar anak2 mau terus menantikan masa video call itu

Bahkan saya smp skearnag msh memaksakan diri untuk melakukan itu krn anak2 terbiasa ddkat dg saya secars fisik..jadi mereka sllu ingin tahu saya sdg apa di jalan kalai hrs keluar rumah. Saya bisa mudah menyuruh mereka tilawah karena mereka MELIHAT saya juga sedang tilawah di perjalanan melalui video itu....
We walk the talk.

2. Buat special time tiap akhir pekan..
.Khusus ortu baca quran di depam anak dan bahas sedikit satu-dua ayat.

Terus makan bareng di teras sambil saling membacakan cerita. Usahakan ortu yng masak sendiri..khususnya ayah

Ini kami lakukan hampir tiap pekan..sarapan atau nakan siang. Ayahnya yang masak nasi liwet, makan pake daun pisang. Sederhana, murah tapi nyantol di hati...Habis itu bacain buku siroh.
.Terus ajak anak beberes rumah sembari menjelaskan pesan2 qowwamah. ..

Sampai skrg kami masih terus coba lakukan itu lho.

Saya menyebutnya *Our Precious Time With Alquran*

Kan berkisah ttg nabi, ajarab Islam dll, itu bagian dr memahamkan isi Alquran๐Ÿ˜ญ

Jadi pengen nangis
Pengen Alquran itu benar3 jadi hujjah kita di akhirat nanti.  Aamiin
Serial Kulwap Pengasuhan Anak Muslim

Materi 1 : *Ranah Nafkah Kaum Lelaki - SP3K*


Oleh : Iin Savitry, *Bunda Bidadari*

Bagi ayahbunda yang sudah tersadarkan akan peran penting kita dalam menanamkan ADAB kepada anak, maka akan mudah menemukan 'kesalahan asuh' generasi zaman kita. Mudah? Ya. Sangat mudah. Karena kita mungkin salah satu 'korbannya'.

Kita bisa menemukan fakta menyedihkan bahwa di zaman sekarang kaum wanita jauh lebih sigap, tegas, cekatan, cerdas, tangguh dan lebih luwes berkiprah menjadi pemimpin di segala bidang. Bahkan dalam pengambilan keputusan  di level perusahaan dan negara pun, kaum wanita terbukti jauh kuat dan fokus. Belum lagi di lingkup negara terkecil, di rumah. Fakta zaman now, sebagian besar kehidupan berumah tangga ditentukan keputusan dan arahnya oleh kaum ibu. Kaum bapak sebagian besar sekedar manut, bahkan ada yang masa bodoh dengan kebutuhan dasar rakyatnya di rumah. Sehingga para ibu merasa wajib turun gunung ke ranah publik secara berlebihan dan melelahkan jiwa. Efeknya? Anak-anak pun menjadi saksi hidup proses kehidupan itu dan akhirnya...benang kusut itu menjadi makin kusut. Sang anak yang diharap menjadi lebih baik, ternyata hanya menjadi sosok yang sama seperti orangtuanya. Betapa sering kita mendengar kisah sedih  para ortu yang tak diurus oleh anak-anaknya yang sudah dewasa? Bahkan para orangtua masih sibuk memikirkan kesejahteraan anaknya?

DAN, itu SALAH! Karena itu tidak sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadits.
Kejadian di atas adalah bukti dari peringatan Allah di surah Annisa QS 4:9.

*Dan hendaklah *takut (kepada Allah)* orang-orang yang sekiranya meninggalkan *keturunan yang lemah* di belakang mereka yang mereka *khawatir* terhadap *kesejahteraannya*. Oleh sebab itu, hendaklah mereka *bertakwa kepada Allah*, dan hendaklah mereka berbicara dengan  *tutur kata yang benar*.

Allah sudah memberi petunjuk yang sangat jelas akan tugas seorang lelaki beriman di ayat ke-34 surah yang sama. Ayat yang sangat populer dan sering disalahmaknakan oleh kebanyakan kita.

*Laki-laki (suami)* itu *pelindung* bagi perempuan (istri) karena Allah telah *melebihkan* sebagian mereka (laki-laki)  atas sebagian  yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah *memberikan nafkah dan hartanya* .  (QS 4 : 34)

Nah, terus bagaimana cara kita agar bisa memperbaiki kondisi umat ini MELALUI RUMAH KITA?
Khususnya bagi orangtua yang dikaruniai ANAK LELAKI?
Bagaimana CARA kita mengasuh mereka dalam keseharian agar  tumbuh kuat peran kelelakiannya seperti yang Allah perintahkan?

Sebelumnya, pahami dahulu, apa saja *ranah  nafkah*  yang harus ditanggung oleh kaum lelaki, menurut Islam?

Saya mempermudah penjelasannya ke keluarga dengan membuat istilah *SP3K* .

Ada *5 ranah nafkah* yang *WAJIB dipenuhi oleh lelaki*  kepada keluarganya. Yaitu:

*1. Sandang*  : Kebutuhan berpakaian. Berarti semua jalur dari hulu hingga hilir seluruh kebutuhan berpakaian anggota keluarga wajib dipersiapkan oleh kaum lelaki (dalam hal ini suami). Dari menentukan pakaian takwa seperti apa yng harus dikenakan anggota, jenis bahan yang nyaman untuk masing-masing anggota, cara mendapatkannya, menyediakannya, mencuci dan menyeterikanya...sejatinya kewajiban itu ada di kaum ayah.

*2. Pangan*  : Allah sudah banyak memberi petunjuk kepada kita akan pentingnya memperhatikan sumber makanan bagi keluarga.
Kaidah makanan minuman yang  *Halal dan Baik*  harus dipenuhi agar kita jauh lebih mudah beribadah. Berarti kaum ayah harus menguasai :
• ilmu halal haram plus
• ilmu nutrisi makanan yang cukup.
Kaum ayah pula yang harus menyusun menu makanan apa yang cocok untuk masing-masing anggota keluarga, sesuai kebutuhan masing-masing. Menyediakan bahannya, mengolahnya, menyuguhkannya, kalau perlu menyuapinya, hingga membersihkan wadah kotornya.

*3. Papan* : Kebutuhan tempat tinggal yang nyaman, memenuhi kebutuhan belajar anggota keluarga dan melindungi anggota.Qowwam harus paham kebutuhan papan masing2 anggota. Dari orangtua, istri, anak lelaki dan anak perempuan memiliki kebutuhan papan yang berbeda. Rumah harus dalam kondisi bersih dan aman, juga ketika qowwam harus pergi keluar rumah. Jadi kewajiban menjaga kebersihan rumah pun menjadi tugas para suami/ayah.

 *4. Pendidikan* : tanggung jawab
pendidikan anggota keluarga ada di pundak kaum ayah/suami. Di akhirat nanti, mereka yang akan ditanyakan oleh Allah, bagaimana perlakuannya terhadap anggota keluarga, apa yang telah diajarkan, dll.
Begitu penting peran ayah dalam mengasuh anak, sehingga kita bisa temukan banyak kisah para Nabi  yang super sibuk itu, berbicara khusus tentang keluarga. Contohnya adalah kisah Nabi Zakaria as ( surah Maryam)  dan Nabi Ayyub as ( surah Yusuf). Tak ada satupun kisah tentang tugas dakwah kedua nabi di atas  kepada umatnya di Alquran. Allah khusus menekankan kejadian penting dalam rumah tangga mereka. Belum lagi kisah penting di surah Luqman, yang berisi bahan ajar tauhid seorang ayah kepada anak-anaknya.

Dari 16 ayat pengasuhan anak di Alquran, 14 ayatnya khusus untuk kaum ayah. 2 ayatnya diperuntukkan bagi pasutri. Jadi, tugas berat mengasuh anak BUKAN di pundak ibu.
Allah mengajarkan kepada kita bahwa para ayahlah yang wajib mengajarkan anak-anaknya untuk santun dan menghargai ibunya ( baca  dan renungi surah Luqman), jika ia mengaku beriman.

5. *Kesehatan* : Tugas penting para ayah ini pun menentukan kualitas kehidupan keluarga. Dari :
• kesehatan fisik (asupan makanan bernutrisi cukup, cara pengolahan makanan,  cara dan waktu makan ; olah tubuh seperti cara dan waktu tidur, cara duduk, berdiri berjalan, asah fisik di minimal 3 bidang olahraga sunnah, menjaga waktu shalat, dll) hingga ke
• kesehatan akal (menuntut ilmu dengan cara yang benar, perhatikan cara nabi mendidik anak-anak di buku siroh *Muhammad saw Teladanku* terbitan Sygma. Di situ dijelaskan cukup lengkap dialog rasul kepada sahabat-sahabt ciliknya.) dan ke
• kesehatan jiwa ( dengan memperhatikan proses menjaga waktu shalat, khususnya shalat subuh cara menghargai waktu utama. Simak perintah Allah di surah Al Muddatsir, apa yang harus ortu latih bagi anak di tengah malam).

Kelima bidang nafkah itu WAJIB dipenuhi oleh para qowwam bagi keluarganya. Hanya dengan  melatihnya di rumah, baru ia bisa kuat melakukan tugas besarnya memimpin umat di luar rumah.

Lalu, apa kiat praktis kita agar anak lelaki kita SIAP bertumbuh menjadi LELAKI YANG ALLAH CINTAI? Menjadi lelaki yang didoakan oleh malaikat? Menjadi lelaki yang dibanggakan oleh Rasulullaah saw? Menjadi lelaki yang dirindukak oleh umat?

Hanya 1 kiatnya:
*Latih anak melakukan _#SEMUA TUGAS KERUMAHTANGGAAN#_  di rumah*

Prinsip dasarnya, anak tak boleh bermain dan belajar di luar rumah JIKA tugas rumah tangganya belum selesai.

Saya menegaskan prinsip dasar mengasuh anak di rumah kami:

a. Sekolah ga wajib, yang *wajib adalah belajar* . Belajar paling utama ada di lingkup rumah. Dalam bentuk pekerjaan rumah. Pahami fakta bahwa  75 % keterampilan hidup dan karakter utama anak dilatih dari rumah. Sekolah dan pendidikan luar rumah hanya berkontribusi 25% atas pembentukan karakter pemimpin seorang manusia.

*b. Inner circle, outer circle* . Lingkaran kecil di rumah harus selesai, baru silakan buat lingkaran besar di luar rumah. Analoginya seperti kambium. Usia pohon ditentukan dari jumlah lingkarannya.
Kenapa pohon jadi contoh? Karena dalam Alquran pun seorang mukmin diibaratkan sebagai pohon. Jadi, anak harus belajar langsung dari proses  tumbuhnya sebuah pohon.

*c. First things First*.  Skala prioritas dalam beraktivitas. Apa yang harus ia lakukan agar bisa bermain/belajar ke luar rumah.
Unsur wajib, sunnah, mubah, makruh, haram...terus dilatih untuk disematkan di setiap kegiatan. Hal ini membantu anak untuk mengambil keputusan apa yang harus didahulukan jika ada banyak pilihan kegiatan

Semua latihan harus sesuai dengan tahapan usia, dan terus bertambah seiring usia. Jadi, makin sibuk anak dengan kegiatan belajar di luar rumahnya, ia akan makin dilatih untuk makin sigap dan cekatan menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya.

Ini adalah contoh *Tahapan Pelatihan*nya:

 • ~ Dimulai sejak usia 2,5 tahun-5 tahun, biasakan anak LELAKI MEMILIH satu dari dua opsi yang kita sodorkan.
Misal pakaian, arahkan dia memilih satu dari dua baju/sepatu/celana/kaus kaki/tas yang ingin ia pakai, yang sudah kita sediakan.
Makanan, ajak ia menentukan mau makan apa hari ini. Misal untuk lauk, ikan atau ayam. Sayur bayam atau sayur sop.
Main/belajar, ajak dia mau main apa. Tiap main kita setting  2-3 kegiatan yang berbeda secara bersamaan. Pastikan aktivitas membacakan buku dan  berkisah masuk di setiap permainan.
Misal membaca buku sambil main boneka/lego dan bernyanyi. Main masak-masakan sambil membacakan buku dan bernyanyi.Olahraga sembari berpuisi dan berdendang.
Mencabut rumput sembari berhitung dan membuat kolase/menggambar di tanah.

Mulai usia 3 tahunan, biasakan anak lelaki bangun sebelum Subuh dan dimandikan. Ini bagian dari mempersiapkan fisik anak agar mudah diajak shalat Subuh ketika usia 7 tahun.

~• Usia 5-7 tahun , ajak anak LELAKI:
✓ mulai merencanakan kegiatan esok hari, dan menu untuk 3 hari kedepan.
✓ Latih anak untuk menyuguhkan makanan dan minuman untuk ayahbunda dan adik.
✓ Beri tugas2 kerumahtanggaan sederhana.
✓ Membersihkan kamar sendiri, mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai.
✓Belanja bahan makanan DAN menyortirnya untuk disimpan di kulkas/dapur.

Catatan :
❤Kita TEMANI dia ketika melakukannya.
❤Puji walau pekerjaannya (pasti) tak sempurna.
❤JANGAN kita sempurnakan pekerjaannya di depan matanya. Itu akan membuat dirinya down dan merasa percuma mengerjakannya. Hingga akhirnya membuatnya malas-malasan ketika diminta melakukannya lagi. Karena hasil kerjanya tidak dihargai.

Khusus Silmi, putra kami, karena ia ingin sekolah TK, di usia 3,5 tahun,  saya beri opsi: boleh sekolah TK asal dia mau menyiapkan bekal makanannya sendiri dan mengurus pakaian sekolahnya sendiri. Kamar harus rapi. Jika tidak, berarti dia BELUM SIAP belajar di luar rumah.

Jadi, sejak usia 4 tahun, Silmi sudah biasa membuat puding sendiri untuk snack, saya ajak menyiapkan seragam selama sepekan. Menyusunnya secara berurutan di lemari agar mudah ia ambil. Saya bantu membuat checklist pekerjaan harian dan pekanannya.

Itu sebabnya ketika ia  kelas 1 SD ( usia 6,5 tahun)  dan ia mulai rutin kemping, ia sudah mandiri menyiapkannya sendiri. Saya bantu dua kali cara packing yang efektif dan efisien, selanjutnya ia lakukan sendiri. Saya tinggal memberi evaluasi tepat atau tidak tepatnya. Tentu packingnya belum sempurna, hingga ia berusia 9 tahun baru bisa total mandiri. Saya tak pernah mengurus keperluan kemping atau bepergiannya lagi. Dari membuat checklist barang dan kegiatan,  menyiapkan, packing, dll semua ia yang menentukan. Jika ada barang yang belum ada, baru ia beritahu ke saya. Di akhir persiapan, ia biasa meminta saya mengecek kembali semuanya. Ini berarti dia siap buat dievaluasi.

~ • Usia 7-10 tahun , anak lelaki wajib diberi *tugas menjaga kebersihan rumah*  SEBELUM ia keluar rumah.
Ia yang bertugas mencatat apa yang kurang di rumah, membeli kekurangannya.
Sebelum magrib ia yang bertugas menutup semua pintu dan jendela rumah, menutup wadah air/sayuran berkuah di dapur. Memastikan rumah sudah bersih sebelum maghrib.
Memasukkan hewan peliharaan ke kandang.  Menyalakan lampu.
Sebelum tidur memastikan rumah terkunci. Ini semua bagian dari menghidupkan sunnah nabi. Ada haditsnya, silakan dicari sendiri.

Untuk urusan sandang, anak lelaki usia 10 tahun ke atas harus sudah selesai terbiasa mengurus kebutuhan diri sendiri ( menjaga kebersihan tubuh, pakaian, barang2nya, keperluan sekolah dll), dilatih mengurus/membersihkan  pakaian keluarga, khususnya pakaian dalam sendiri dan orangtua.

Ini penting, karena memang sejak usia 9 tahun anak-anak wajib dilatih mengurus kebutuhan internal dirinya, walau memiliki pembantu di rumah.

Di rumah kami, anak-anak saya wajibkan mencuci pakaian dalamnya sendiri sejak usia 9 tahun. Sejak usia 10 tahun saya mulai latih Silmi (anak lelaki kami) untuk mencucikan pakaian dalam kami, menjemurnya, mengangkatnya, melipatnya dan meletakkannya ke lemari kami masing-masing.

Dalam urusan  pangan, anak lelaki dilatih melayani ayahbunda dan adik-adiknya ketika makan. Ia dilatih menyediakan alat makan, menyuguhkan makanan untuk anggota keluarga dahulu sebelum mengambil jatah makan sendiri dan kalau perlu belajar menyuapi ortu dan adik, sebelum ia sendiri makan.

Bisa kita tantang untuk saling menyuapi bersama kita.

Kalau saya, saya demonstrasi suami menyuapi saya di depan anak-anak. Lalu suami balas menyuapi saya.
Dan sejak anak usia 7 tahun, suami yang rutin menyediakan makanan bagi kami. Walau saya yang sering menentukan mau makan apa/menu dan mengajarkan cara memasaknya. Jadi anak MENYAKSIKAN proses belajar kedua orangtuanya secara langsung.

~• Anak lelaki usia 12 tahun harus  sudah bisa diberi tugas menyusun menu untuk keluarga, berbelanja dan mencatat kekurangan sembako yang ada di rumah, mengusahakannya ada.

Satu peraturan khusus di rumah, mereka TIDAK BOLEH BERKEGIATAN DI LUAR RUMAH jika *target interaksi Alquran dan pekerjaan rumahnya*  belum selesai. Karena
berlaku *prinsip skala prioritas dalam beramal* , inner circle outer circle....

Aturan ini berlaku tegas sejak anak berusia 10 tahun, setelah dilatih secara intensif sejak mereka berusia 4 tahun.

Jika anak kita sangat enjoy dengan aktivitas luar ruangnya, ia akan berusaha keras menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya agar bisa 'bebas' bermain di luar rumah.

Berbagai fakta membuktikan, anak-anak lelaki yang terbiasa dilatih bertanggung jawab terhadap pekerjaan di rumahnya, akan tumbuh menjadi lelaki yang lebih  tangguh, berani bertanggung jawab, mudah mengambil keputusan bahkan di saat sulit, DAN PEDULI dengan sesama.

Anak-anak lelaki yang terlatih otot jiwa, fisik dan akalnya di rumah, akan tumbuh menjadi lelaki yang PEDULI dengan kesejahteraan orangtua, wanita dan anak-anak.

Mereka akan MENSYUKURI dan MENGHARGAI jerih payah para orangtua dan wanita yang ada di sekelilingnya, karena keberadaan orangtua dan wanita itu adalah HADIAH Allah baginya. Mempermudah tugasnya sebagai pemimpin umat di luar rumah.

Mereka akan bertumbuh menjadi lelaki yang memiliki HARGA DIRI, pekerja keras dan cerdas untuk menafkahi seluruh anggota keluarganya dengan optimal.

Mereka akan BANGGA bisa membahagiakan dan memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya, bukannya malah merasa terbebani apalagi masa bodoh.

Pada akhirnya, jika anak lelaki kita terlatih untuk melayani di rumah, kita sendiri yang akan merasa lega. Ikatan cinta dan saling menghargai di antara ayahbunda-anak akan makin kuat.

Maka, fase DEKAT dan LEKAT antar ortu-anak akan mudah kita bangun dengan mengantarkan mereka menjadi qowwam belia di surga mungil kita.


Mari Baca Quran dan terjemah surah Annisa QS 4:9,
Surah Al Baqarah QS 2:151,
Surah Attahrim QS 66:6,
Surah Al Furqon QS 25:74,
Surah Asysyu'ara QS 26: 83-85,
Surah Annisa 4:9 itu landasan fiqih qowwamah,
Lalu QS 4: 34 adalah dalil yg sangat jelas ttg *kelebihan lelaki* adl kewajiban memberi *nafkah harta* bagi keluarga,

Baik teman2, di siang ini kita akan sama2 berusaha saling mengingatkan akan pentingnya tugas kita sebagai Ibu dari anak2 lelaki di akhir zaman

Saya, untuk menguatkan konsep diri dan visi misi berkeluarga, sampai di fase pemdampingan anak usia 10-14 thn ini, sampai membuat 'judul perjuangan' baru untuk diri sendiri: *Ibunda Para Ulama*

Sadar diri bahwa saya hanya seorang Bunda Sekedar Bisa , bukan ibu serba bisa, saya hanya berharap, anak2 bisa bertumbuh jadi lebih baik dari kami, bisa bertumbuh menjadi bagiaj dari barisan pemuda pemudi pejuang kebangkitan umat di akhir zaman

Nah, poin utamanya adalah di PENDAMPINGAN di usia krusial...di usia 0-14 tahun

Dengan karunia diberi anak lelaki, ini menjadi tantangan khusus bagi kita semua

Karena kita harus *memutus* budaya tidak baik yang telah mengakar, sehingga peran kepemimpinan di dunia sejak lebih kurang  50 thn terakhir dikuasai oleh sosok wanita...

Ini tidak benar...

Kita harus memperbaikinya DARI RUMAH SENDIRI

Materi kepemimpinan kali ini adalah pembuka bagi diskusi cukup detil dan mendalam tentang pengasuhan anak lelaki di rumah

dari memahami ranah nafkah para lelaki inilah, nanti akan kita bedah tahapan persiapan membiasakan ibadah2 khusus: seperti shalat, shaum, dll

Baik, mari kita mulai diskusi kita...silakan ditanggapi....

Jika kita memahami ranah nafkah kaum lelaki juga ranah hak kewajiban  wanita, maka kita akan lebih mudah menyusun program pelatihan otot kepemimpinan masing2 gender....

Jelas2 kita harus berbeda penanganan antara persiapan menjadi lelaki aqil baligh dan wanita aqil baligh

dan itu dimulai sejak anak berusia 2,5 tahun

Baiklah, silakan kita mulai diskusinya..

Mungkin ada yg mau menanggapi

Sebagai ilustrasi, saya dan suami sepakat untuk mendidik anak  lelaki dg tegas...itu salah satu alasan saya memilih menjadi ibu rumah tangga sejak memiliki anak, agar bisa lbh fokus mendampingi anak....

qodarullaah kami dikaruniai putra sulung yg wataknya lembut...lebih seperti Abu Bakar ra atau Sa'ad bin Abi Waqqash ra.

Dia lbh mirip ke ayahnya daripada ke saya

Nah, ini tantangan luar biasa buat saya yang sangat kholeris, kalau sahabat wanita mgkin spt bunda shafiyah binti abdul muthalib ra, bibinya rasul saw...agak 'kejam' ama anak๐Ÿ˜…๐Ÿ˜Ž

Tapi, bermodal Alquran dan Assunnah yang kami pahami, kami nekad membesarkan anak dg cara yg relatif berbeda dg keluarga besar dan lingkungan kami

Bayangkan? Anak TK harus buat bekal sendiri? Sebelum sekolah dia hrs sdh selesai membersihkan rumah?

Begitu usia 6 thn, dia tak boleh sekolah sblm mengerjakan tugas rumah (menyapu,mengepel lantai, mencuci piring, dan membantu urusan dapur) dan selesai tilawah 1 juz..

Parenting Merna: di sekolah pun saya tugaskan dia tetap tilawah dan murojaah...

pulangnya harus setoran hafalan ke saya, juga tilawah disimak oleh saya

Padahal sekolahnya sekolah alam, full energy, full activities..

Dia masih  harus olah fisik (olahraga sepatu roda, memanah, karate), juga hrs latihan tahajud

Makin besar usianya, makin berat tugas2nya, makin banyak pilihan kegiatannya, makin SEDIKIT WAKTUNYA

Di sini dia diuji untuk bisa manajemen waktu

Tega?
Iya
Tegas?
Sangat

Tapi, berkali2 saya tegaskan, jika ia tak siap berlatih di rumah, maka ia belum siap belajar di luar rumah

Efeknya?
So far so good

Tidurnya sedikit, tapi insyaallah bermakna

Setidaknya di usia 11 thn, ia terbiasa tilawah minimal 1 juz dlm segala kondisi

ia terbiasa shalat tahajud walau cuma 2 rakaat

Dia terbiasa  berjalan kali pulang ke rumah, dg jarak sampai 3,5 km,..dan makan hanya sekedarnya

Demi apa?
Demi mengikuti aktivitas yang ia sukai: sekolah, memanah, les matematika, dll

Saya yakin, daya tahan dia itu adlh bagian dr latihan2  sejak kecil...tmsuk shaum sejak usia 4 thn..

allahu a'lam


Sesi diskusi

1. Emmi:
Assalamualaikum,bu...anak pertama sy laki2,skrg sudh umur 8 thn,sudah terlambatkah klo mau di latih seperti demikian?walaupun ada latihan yg biasa sy beri, seperti merapikan tempat tidur,membuang sampah,dan merapikan baju dan peralatan sekolahnya,itupun kadang dilakukan kadang tidak๐Ÿ˜“
Sy jg nanggapinya yah liat kondisinya si anak,klo misalnya tdk cukup waktunya untk melakukan itu,ya sy biarkan sj dia tdk melakukannya.tp klo memng kelihatan karna malasnya,kadang sy marah jg๐Ÿ˜Œ.jd daripada sy marah2 mending sy kerjakan sendiri sj,toh memng tugasnya sorang ibu๐Ÿ˜….tolong ditanggapi bu..bagman yg seharusnya sy lakukan...?

๐ŸŒท Sangat tidak terlambat. Malah pas waktunya, di usia sekolah.

Mulai dari langkah awal, mba... Pola diskusi terbuka harus mba latih.

Kunci awalnya, mba hrs RELA pekerjaannya lebih lama selesai dan tidak sempurna..

Dan mba harus MAU meluangkan waktu lbh lama.

Waktu yng lama untuk mendampingi anak mengerjakan tugas rumah, adalah INVESTASI  bagi kita lho๐Ÿ˜Ž๐Ÿ˜….

Jika kita MAU SABAR meluangkan waktu 3-4 kali lbh lama ( kita cukup 10-15 menit ngerjain, anak butuh waktu sejam, itupun juga ga sempurna๐Ÿ˜…) dlm mendampingi anak agar BERHASIL mngerjakan tugas2 rumahnya, selain ia merasa nyaman karena ditemani, mba bisa buat bonding istimewa ke anak lho.
Anak dg ikatan hati yg kuat dg ortu cenderung lbh cepat tunbuh KESADARAN DIRInya untuk bertanggung jawab thdp diri dan keluarganya....
Mereka lbh mudah memilih berlatih jadi *aqil* sblm baligh lho


Jadi, saran saya, INVESTASI WAKTU itu, mumpung mereka masih kecil.
Allahu a'lam


2. Novia: Yg mau saya tanyakan, upaya apa yg mesti dilakukan seorang ibu jika anak lelaki tidak bisa melihat sosok ayah sbg qowwam?

๐ŸŒท
1. Kita sebagai ibu yang berusaha optimal menjaganya dlm pelatihan harian.
2. Carikan sosok qowwam di sekitar yang bisa jadi contoh. Kalau bisa anggota keluarga (kakek, paman, dll) atau sosok lain yg dekat lingkungan tinggal. Rutin kisahkan sosok ayah teladan yang riil ( masa lalu : rasul saw, sahabat, ulama. Masa kini : ulama2 baik masa kini, tokoh2 inspiratif islami seluruh dunia)

Sbisanya rutinkan pertemukan dg sosok ayah teladan itu dg anak. Biarkan ia menyerap energi itu lsg dari sosok nyata.

Jangan bandingkan dg ayahnya, apalgi membuat ia tak menghargai ayah... Asah daya kritisnya untuk menerima dan menyadari bahwa KUALITAS ILMU menentukan SIKAP dan PERILAKU.

Saya sering memakai istilah Aa Gym : Teko hanya akan mengeluarkan isinya.

Jadi, dia mau isi apa tekonya?


Kalau saya dan suami, khusus mengambil peran sosok ayah yng rajin shalat di masjid dan tilawah. Saya sengaja membuat kelas tilawah subuh buat anak laki2 di rumah, untuk melihat dan merasakan sendiri *perbedaan* mengisi awal hari dg shalat subuh dan tilawah, sblm mulai sekolah. Semua ayah santri2 saya itu jarang dan hampir tak pernag shalat di masjid lho...bahkan ga bisa ngaji..tapi anak2nya alhamdulillah dilatih terus...ibu2nya berjuang untuk menyelamatkan anak2nya dg bela2in jaga anak mau shalat subuh dan tilawah subuh....

perjuangan seorang ibu zaman sekarang memang lbh berat, tapi ini surga kita. Raih dg sukarela...maka hati akan lebih lapang
"YA ALLAH..." Dua buah kata terdengar dari sebuah rumah. Kata-kata yang indah jika diucapkan dengan penuh pengharapan. Namun lain halnya jika kata-kata ini terlontar dengan intonasi tinggi dari seorang ibu yang mendapati anak balitanya yang tengah rewel. Saya turut mengelus dada. Astagfirullahal adzim. Saya paham kondisi ibu itu. Rasa capek yang melanda atau kondisi tubuh yang kurang fit terkadang mampu menyulut emosi. Apalagi saat si kecil rewel.
Oleh karenanya, nabi berkali menyinggung dalam haditsnya terkait marah ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat, namun orang yang bisa menahan amarahnya." (Muttafaq alaihi). Dalam hadits lain, beliau mengaitkan kemampuan menahan amarah ini dengan surga. "La taghdob wa lakal jannah" (jangan marah, bagimu surga) (H.R. Ath Thabrani). Lalu, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang meminta nasihat pada nabi dan beliau mengatakan "jangan marah" lalu orang itu mengulanginya sampai beberapa kali dan nabi mengatakan "jangan marah" (H.R. Bukhari).
Masyaa allah, dari hadits-hadits diatas terlihat betapa pentingnya menahan amarah. Ya, menahan marah memang sulit dilakukan. Apalagi saat kondisi dan suasana hati sedang tidak nyaman. Nafsu emosi pun dikuasai oleh setan. Ditambah lagi jika seseorang itu dibesarkan oleh keluarga yang pemarah. Inner child-nya pun terbawa hingga digunakan untuk mendidik anak-anaknya. Oleh karenanya tak heran jika nabi memberikan beragam cara untuk mengatasi marah, yakni dengan diam, mengganti posisi tubuh atau berwudhu. Saya kembali terngiang teriakan sang ibu tadi. Ya rabb, semoga kami dimampukan untuk mendidik anak-anak kami tanpa amarah. Ampuni kami ya rabb.. Jangan sampai kami mendholimi titipanMu, aamiin.
Kemarin dapat kabar dari seorang kawan yang baru saja dinaikkan derajatnya oleh Allah. Ia kehilangan bayi yang dikandungnya. Bayi mungil itu meninggal setelah dilahirkan. Sang ibu yang tengah mengandung mengalami gatal-gatal karena alergi. Ia pun meminum obat alergi, yang tentunya sudah sesuai dengan resep dokter. Setelah itu, detak jantung bayinya mulai melemah saat usia 8 bulan. Detak jantungnya semakin melemah memasuki bulan ke-9. Kawan saya pun pecah ketuban. Ia mengira sudah waktunya melahirkan karena memang sudah dekat hpl. Namun ternyata Allah berkendak lain. Bayi perempuan itu lebih disayangNya dan diambilNya kembali. Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Pandangan saya mengabur. Air mata menggenangi pelupuk mata. Terbayang betapa sedih kehilangan bayi yang dikandungnya selama 9 bulan. Akan tetapi teman saya ini kelihatannya sudah ikhlas. Ya, meninggal karena apapun itu semuanya hanya menjadi sebab. Yang jelas semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah.
"Allah tahu yang terbaik bagi hambaNya. Allah memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan." Kalimat-kalimat tersebut sering kita dengar tapi terkadang pada praktiknya tidak mudah untuk dijalankan. Ikhlas dan sabar adalah dua hal yang dibutuhkan. Terlebih saat kehilangan yang disayang. Dan bersyukur saat ditimpa musibah itu luar biasa. Alhamdulillah alaa kulli haal.