Aku, disini, disebuah ruang hampa udara yang penat oleh gumpalan awan kelabu. Disaat sepasang kaki ini lelah mencari. Ketika hati ini tak sanggup lagi menanti, aku terduduk lemah. Sebuah suara tiba-tiba tertangkap indera pendengaran, "Ku bilang juga apa, kau lebih baik mencintaiku.."
"Siapa kau?" teriakku dalam keheningan.
"Apa kau lupa kalau aku akan selalu ada untukmu?" dia balik bertanya.
"Omong kosong! Setiap orang tak akan selamanya mendampingiku. Cepat atau lambat, mereka akan pergi meninggalkanku!"
"Tapi aku tidak! Aku bahkan akan selalu mencintaimu tak peduli siapapun kau, tak peduli apapun keadaanmu, tak peduli apakah kau membalas cintaku atau tidak" ujar suara itu lagi.
"Terserah apa katamu. Aku tak peduli!"
Aku mulai beranjak pergi ketika suara itu kembali berkata, "Aku pernah mengatakan padamu kalau aku tak akan pernah meninggalkanmu, kecuali kau yang berlari dariku. Percayalah, kau tak akan patah hati karena cintaku. Tak seperti cinta-cinta semu yang hanya akan menorehkan luka dihatimu!"
"Aku tak percaya padamu! Aku tak percaya dengan bualan cintamu! Aku muak dengan janji-janji palsu yang dilontarkan banyak orang padaku!" jeritku marah. "Sebenarnya siapa kau? Bisakah kau berhenti membuatku frustasi?"
Suara itu menjawab dengan tenangnya, "Aku malah akan menyembuhkanmu dari segala duka dan menghadiahkanmu segala hal yang terbaik untukmu karena akulah Tuhanmu. Aku Allah SWT."
Aku tertunduk malu mendengar jawabanNya. Semua yang dikatakanNya itu nyata. Akulah yang lupa akan keagungan cintaNya. Akulah yang menyandingkan cintaNya dengan cinta-cinta semu. Aku yang salah!
Setiap kali menatap langit biru yang dihiasi gumpalan awan putih, ingatanku kembali pada masa kanak-kanak. Aku kerap membayangkan berbaring diatas struktur lembutnya. Menganggap awan-awan itu serupa permen kapas koala kesukaanku. Pernah pula aku bertanya-tanya untuk apa kita makan padahal akhirnya makanan itu akan terbuang menjadi kotoran. Hah, mungkin tak cuma dua pertanyaan remeh itu saja. Aku tak ingat pasti berapa banyak aku bertanya. Semuanya adalah sesuatu yang dipertanyakan ketika ku masih ingusan. Dan seiring berjalannya waktu, semua tanda tanya itu terjawab. Tak lantas usai. Tanda tanya lain yang lebih besar berganti muncul. Ah, hidup memang penuh dengan rahasia Tuhan yang mengagumkan.