SHARE ILMU: PELATIHAN “NOVEL MOTIVATION TRAINING”

Sedikit ilmu yang bisa saya bagikan selepas pelatihan ini. Itu pun hasil penjelasan Bunda Pipiet Senja dan Pak Fahri Asiza. Semoga bermanfaat.
Materi pertama mengenai “Kesiapan menjadi seorang penulis dan motivasi menulis” disampaikan oleh Pak Fahri Asiza. Berikut kira-kira yang saya tangkap dari penjelasan beliau:
Mungkin pernah terbersit dalam benak kita “Ah, mana mungkin saya bisa mengarang. Saya tidak berbakat menulis.” Atau “Saya tidak punya waktu tidak mood, tidak suka menulis dan berbagai alasan lainnya”
Akan tetapi, pada dasarnya semua orang itu bisa mengarang. Ya, mengarang hanya memerlukan bakat sebanyak 5%, selebihnya adalah kerja keras yang disertai kemauan. Pasalnya, masih menurut Pak Fahri Asiza “tanpa kemauan, kerja keras pun tak ada gunanya.”
Bagaimana dengan ide? Bagaimana kita mencari ide sebuah tulisan?
“Ide itu bisa muncul kapan saja, asalkan kita kreatif, mengolahnya dalam pikiran, mengendapkannya atau bahkan mungkin langsung menuliskannya.” Memang benar, setiap hal yang kita jumpai sehari-hari dapat menjadi ide tulisan. Saya biasanya menulis apa saja yang saya temui hari itu. Misalnya, ketika menggunakan angkutan umum untuk pergi ke kampus, saya menemukan seorang ibu dan tiga orang anak balitanya. Nah, sebuah hal yang kelihatannya kecil semacam itu bisa menjadi tulisan tentang ibu. Contohnya mengenai bagaimana seorang ibu berjuang demi menghidupi anak-anaknya. Ide bisa juga didapat dengan mengadaptasi apa yang kita alami dengan melakukan beberapa manipulasi.
Lalu, apakah riset diperlukan?
“Boleh, bila memang yang hendak kita karang itu sesuatu yang memang memerlukan riset. Misalnya, cerita tentang seseorang yang pekerjaannya mencari mutiara. Riset dibutuhkan untuk mengetahui seluk beluk pekerjaan tersebut.”
Lebih lanjut, yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menguasai karakter tokoh-tokoh kita. Kita sebagai dalang yang menguasai mereka ttapi tidak mengatur mereka.
2. Memahami waktu, setting, dan dialog.
3. Rangkaian sebab akibat harus selalu ditonjolkan dalam mengarang.
Tak hanya itu, seorang penulis sebaiknya memahami jenis cerita yang akan ia buat. Contohnya:
- Cerita anak-anak:
1. Berpikirlah seperti anak-anak, ringan, ceria, dan selalu ingin tahu.
2. Jangan membuat cerita yang begitu mudah menyelesaikan masalah.
3. Beri akhir cerita yang menyenangkan, meskipun sad ending tapi tetap dibuat bahagia.
- Cerita remaja:
1. Gunakan bahasa remaja.
2. Kalau mungkin ciptakan bahasa sendiri.
3. Jangan menggunakan bahasa yang mendayu-dayu. Karena biasanya remaja mementingkan apa yang ingin disampaikan dalam cerita dan akhir cerita, bukan bahasa yang digunakan.
- Cerita sastra:
1. Jangan berpatokan pada sastrawan.
2. Gunakan bahasa yang emngutamakan isi ktimbang kata-kata.
3. Jalan cerita boleh diputarbalikkan secara bebas.
4. Beri kebebasan berpikir pada tokoh dan diri kita.
5. Melatih diri menggunakan kalimat puitis.
6. Usahakan agar ending cerita dikembalikan kepada pembaca (tergantung kemauan pengarang).

Jadi, ayo siapkan penamu dan goreskan tinta itu menjadi sebuah novel!!!
1. Tentukan tema.
2. Mulai menulis. Bisa dimulai dengan:
- Suspense (kejutan). Ex: Ketika kuterbangun kudapati bom disamping tempat tidurku.
- Konflik
- Awal cerita (liner)
- Deskripsi latar
- Deskripsi tokoh
- Dialog
- Ending. Bisa didapat dengan 2 cara: tidaj memikirkan tubuh cerit, tapi memikirkan ending terlebih dahulu atau biarkan ending berdiri sendiri tanpa perlu memikirkan sebelumnya.
3. Merangkai peristiwa.
4. Membangun konflik dan mengakhiri cerita.
5. Menulis, menulis, menulis. Biarkan mengalir.
Setelah menulis sesuka hati, baru di edit. Jangan pikirkan dulu apakah tulisan tersebut koheren atau tidak, masuk akal atau tidak. Biarkan mengalir, baru setelahnya perbaiki diksi, alur cerita, tanda baca, dll.

Nah, sekarang waktunya beranjak pada materi kedua “15 jurus jitu membuat novel” oleh Bunda Pipiet Senja.
Nih jurusnya:
1. Ide.
Yang paling saya ingat dari penjelasan Bunda Pipiet adalah seorang penulis dianjurkan untuk sesering mungkin berjalan-jalan. Pasalnya, dengan begitu kita akan menemukan banyak hal yang isa menjadi ide tulisan. Benar saja! Suatu ketika, saya pergi ke suatu pantai di daerah X. Baru menginjakkan kaki beberapa detik di pantai itu, sudah terekam banyak hal di otak saya yang bisa saya tuangkan ke dalam sebuah tulisan. Jadi, langsung saja! Ambil catatan dan pena lalu tulis! Kalau perlu, saya juga merekam suasana disana dan mengambil beberapa gambar untuk memperkuat deskripsi.
2. Judul: Usahakan memikat, menggedor, membuat penasaran.
Dengan membaca sebuah judul, pembaca dapat tertarik untuk membaca sebuah tulisan meskipun isi cerita didalamnya tidak semenarik judul yang dipampang. Karena itu, pikat media untuk menerbitkan tulisan kita dengan judul yang menggedor.
3. Drafting: Organisir cerita per bab.
4. Diksi/ deskripsi: Asah kemampuan menajamkan makna.
Menurut saya, untuk yang satu ini biasanya kita harus banyak membaca tulisan-tulisan orang lain. Semisal kita ingin membuat cerpen, maka yang harus kita baca adalah cerpen. Begitu juga jenis karangan yang lain. Dengan begitu kita akan semakin kaya dengan diksi dan lebih mahir mengasah kata.
5. Bahasa.
6. Penokohan.
7. Suspense/ kejutan: Hampir sama dengan yang telah dijelaskan oleh Pak Fahri.
8. Ending: close ending/ open ending (dibiarkan menggantung).
9. Editing: Setelah selesa menulis semua.
10. Perangkat penunjang: Leppy (laptop), notebook, internet, survey, dll.
11. Menembus media: Harus tahu jenis tulisan apa yang diterima oleh tiap-tiap media, jangan sampai salah sasaran. Oya, kirim softcopy kita lewat PDF biar lebih aman, kan nggak bisa di copy tuh kalau pakai PDF!
12. Proaktif penulis: Terus tanyakan nasib novel kita. Biasanya batas waktu muat atau tidak adalah 3 bulan. Kalau sudah terbit, penulis harus ktif mengadakan promosi untuk mendongkrak penjualan bukunya.
13. Kelemahan penulis pemula:
- Cepat puas, tak siap mental menjadi terkenal.
- Pede dengan karya sendiri.
- Jangan pernah menunggu karya kita dimuat dulu.
- Tulis, kirim, tulis lagi, kirim lagi. Ayo, serang media dan penerbit dengan tulisan-tulisa kita!!!
14. Buku harian.
Hah, buat apa?
Ya, ini penting untuk mencatat setiap detail yang kita temui atau alami hari ini. Kalau dibutuhkan sewaktu-waktu, misalnya kita ingin menulis tentang apa yang pernah kita alami ketika SD, kita tinggal membuka buku harian. Ok, kan?
15. Komunitas penulis.
Hmm…emang terbukti kok lebih enak gabung sama komunitas daripada tertatih menggapai cita seorang diri. Tapi hati-hati ya jangan sampai terjebak ke dalam komunitas yang tidak jelas atau menyesatkan!
Sudah? Yuk, sekarang praktek! Siapkan laptop masing-masing yak dan mulai menulis!!!

0 $type={blogger}:

Posting Komentar